Cerita Lengkap Kasus Pembunuhan yang Diduga Jerat Ahli Jessica

Reporter : Sandy Mahaputra
Rabu, 21 September 2016 18:10
Cerita Lengkap Kasus Pembunuhan yang Diduga Jerat Ahli Jessica
Kasus yang diduga menjerat Michael itu melibatkan seorang wanita.

Dream - Jaksa kasus pembunuhan Wayan Mirna Salihin menanyakan kasus pembunuhan di Amerika Serikat yang diduga menyeret nama Michael David Robertson, ahli toksikologi yang diajukan oleh terdakwa Jessica Kumala Wongso.

Kasus ini ditanyakan oleh Jaksa Ardito Muwardi kepada ahli dari Monash University, Australia, ini. Ardito menunjukkan artikel dari laman Daily Mail kepada majelis hakim.

Menurut Ardito, David ini diduga pernah terlibat pembunuhan di Amerika Serikat pada 2000 silam. Kasus yang menjerat David itu melibatkan seorang wanita bernama Kristin Rossum. David diduga berkonspirasi dengan Kristin untuk membunuh suaminya, Gregory De Villers.

1 dari 5 halaman

'Kekasih Gelap'

'Kekasih Gelap' © Dream

David adalah kekasih 'gelap' Kristin. Wanita itu bekerja untuk Michael yang menjabat sebagai kepala toksikolog di Office of the Medical Examiner (OME) di San Diego County.

Pada 2 November 2000, De Villers bertengkar dengan Kristin. Dia menuntut wanita itu untuk berhenti dari pekerjaannya atau hubungan gelapnya dengan David disebarkan.

De Villers juga mengancam akan membocorkan perilaku Kristin yang kecanduan shabu sejak masih remaja.

Pada 6 November, Kristin menelepon kantor suaminya mengabarkan De Villers sakit. Kristin kemudian pergi berangkat kerja, dan pulang ke apartemennya untuk makan siang. Dia terlihat membawa beberapa barang belanjaan.

Dia bolak-balik ke apartemennya, bertemu David dan menghabiskan waktu bersamanya sepanjang sore, baru kemudian pulang. Pada jam 9:22 malam, Kristin menelepon 911 dan melaporkan badan De Villers dingin dan sudah tidak bernapas lagi.

2 dari 5 halaman

Bunuh Diri atau Dibunuh?

Bunuh Diri atau Dibunuh? © Dream

Petugas medis yang datang melihat Kristin sedang menelepon sementara De Villers tergeletak di tempat tidur dengan tumpukan bunga mawar memenuhi tempat tidurnya.

De Villers dinyatakan meninggal jam 10:19 malam. Seorang petugas menyatakan bahwa 'korban tidak bisa bergerak dan bernapas kurang lebih 6-12 jam sebelum kematiannya'.

Sebuah keputusan kemudian dibuat untuk dilakukan uji toksikologi. Uji tersebut dilakukan oleh pihak di luar OME San Diego untuk menghindari konflik kepentingan. Namun, sebelum spesimen dikirim, beberapa di antaranya dipegang David.

Uji toksikologi menunjukkan organ tubuh De Villers mengandung fentanyl dalam konsentrasi tinggi. Fentanyl adalah obat penghilang rasa sakit yang lebih kuat 150 kali dari morfin.

OME San Diego kemudian melakukan audit terhadap persediaan obat-obatan dan menemukan 15 patch fentanyl dermal dan 10 miligram fentanyl hilang. Dalam catatan OME, Kristin Rossum terlihat menggunakan fentanyl yang hilang.

Dalam pembelaannya, Kristin mengatakan suaminya bunuh diri. Meski keluarga De Villers curiga terhadap Kristin, namun polisi San Diego tidak menahannya.

3 dari 5 halaman

Diduga Ikut Terlibat

Diduga Ikut Terlibat © Dream

Namun pada Desember, OME San Diego memecat Kristin dan David, yang kemudian kembali ke Australia.

Pada 25 Juni 2001, kepolisian San Diego menangkap Kristin dengan tuduhan pembunuhan. Dalam persidangan Oktober 2002, jaksa penuntut umum menduga Michael ikut terlibat dengan membantu kekasihnya itu mencuri fentanyl dari laboratorium.

Bukti-bukti yang diajukan termasuk lusinan email bernada mesra antara Kristin dan Michael. Selain itu ada sejumlah data dan tulisan ilmiah di komputer yang memperlihatkan keahlian David sebagai ahli toksikologi tentang fentanyl.

Satu bulan setelah pembunuhan itu, David pulang kembali ke Australia. Meskipun dianggap berkonspirasi dalam pembunuhan yang dilakukan kekasihnya Kristin, David tidak pernah dituntut, dan membantah terlibat.

(Sumber: Daily Mail)

4 dari 5 halaman

Jawaban David

Jawaban David © Dream

Dalam persidangan Jessica, David mengaku tidak tahu menahu soal pemberitaan itu. Dia beralasan mengetahui kasus itu hanya dari pemberitaan media online.

" Saya tidak tahu apakah informasi itu benar, karena itu dari situs internet," jawab David.

Terkait pertanyaan tersebut, Hakim Binsar Gultom mengatakan persoalan itu akan menjadi bagian dari penilaian hakim.

" Baik, biarkan kami dan majelis hakim yang menilai," ucap Binsar.

Binsar kemudian bertanya benarkah identitas yang tertera dalam pemberitaan itu adalah nama lengkap David atau bukan. David membenarkan identitas itu adalah namanya, tetapi dia menyangkal isi pemberitaan itu.

" Itu memang nama saya. Tapi saya tidak yakin itu cerita saya," ujar dia.

5 dari 5 halaman

Apa Komentar Otto?

Apa Komentar Otto? © Dream

Dream – Pengacara Jessica Kumala Wongso, Otto Hasibuan, menyayangkan sikap Jaksa Penuntut Umum yang menyebut ahli toksikologi forensik, Michael David Robertson, terlibatkasus pembunuhan di Amerika Serikat. Sebab, kabar kasus itu didapat dari berita media saja.

“ Jaksa ini saya tidak tahu bagaimana memercayai dokumen yang belum terevaluasi,” kata Otto di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Rabu 21 September 2016.

Beri Komentar
Jangan Lewatkan
More