Dream - Beberapa kasus gangguan medis awalnya dapat disalahartikan sebagai gangguan mistis, dan kasus yang diceritakan oleh dokter Stephanie merupakan salah satu contohnya.
Stephanie adalah seorang dokter spesialis forensik yang sering berbagi kisah seram seputar pasiennya. Salah satu kasusnya adalah kisah pasangan suami istri yang telah menikah selama 10 tahun, memiliki dua anak berusia 8 dan 5 tahun.
Sebenarnya, tidak ada yang salah dengan keadaan rumah tangga mereka. Kebutuhan sang istri sebagai istri dan ibu telah terpenuhi dengan baik. Namun, dia mulai merasa bosan dengan rutinitas sehari-harinya sebagai ibu rumah tangga. Ia merasa bahwa pekerjaannya sebagai seorang ibu rumah tangga yang mengurus anak-anak, rumah, dan suaminya menjadi monoton.
Untuk mengatasi rasa bosannya, sang istri mencoba mencari hiburan di media sosial. Saat menjelajahi media sosial, ia melihat postingan teman-temannya yang terlihat bahagia. Ia mulai membandingkan kehidupannya dengan kehidupan teman-temannya yang tampak sempurna dalam foto dan video.
Salah satu temannya bahkan memiliki suami yang secara terbuka menunjukkan kasih sayangnya di media sosial, memposting foto dan video romantis dengan komentar yang penuh cinta.
Hal ini membuat sang istri merasa semakin tidak bahagia dalam pernikahannya setelah 10 tahun bersama suami dan anak-anaknya.
Awalnya, suami memperlakukannya dengan baik, terutama saat mereka masih pacaran. Tetapi seiring berjalannya waktu, dia mulai merasa bahwa suaminya kurang perhatian.
Sang istri menginginkan perhatian yang lebih besar, seperti yang dia lihat dari suami temannya di media sosial. Dia ingin merasa dihargai dan diperlakukan seperti seorang ratu.
Sang istri secara kebetulan berhubungan kembali dengan teman lama dari masa SMP melalui media sosial, dan mereka bertemu di grup alumni. Awalnya, komunikasi mereka hanya sebatas saling berbalas komentar. Namun, seiring berjalannya waktu....
Sang istri akhirnya berselingkuh dengan teman masa SMP-nya itu, yang merupakan seorang duda dan tampaknya tidak memedulikan bahwa sang istri masih memiliki suami sah dan dua anak kecil. Meskipun perilaku ini membuatnya merasa bahagia, suami sahnya akhirnya mengetahui perselingkuhan istrinya.
Awalnya, suami merasa curiga melihat perilaku istrinya yang mencurigakan. Sang istri sering tersenyum sendiri saat melihat HP dan selalu berusaha menyembunyikannya.
Tanpa pengetahuan sang istri, suami diam-diam memeriksa HP istrinya dan menemukan pesan-pesan mesra dari pria selingkuhan istrinya.
Hati sang suami hancur ketika ia mengonfirmasi perselingkuhan tersebut kepada sang istri.
Sang istri mengakui perselingkuhannya tanpa rasa bersalah dan bahkan mengancam untuk kabur dengan selingkuhannya.
Namun, sang suami mencoba mempertahankan keluarganya demi anak-anak mereka.
Suatu hari, sang suami tiba-tiba dilarikan ke rumah sakit oleh beberapa rekan kerjanya.
Dokter yang bertanya terkejut ketika diberitahu sang suami tiba-tiba muntah saat makan siang.
Dan dalam muntahnya tersebut ditemukan sebuah paku dan juga ada darah.
Dokter yang memeriksa pasien langsung melakukan pemeriksaan rontgen dan terkejut saat melihat banyak gambaran benda asing dalam perut pasien yang menyerupai paku.
Beberapa paku terlihat di usus besar, beberapa masih berada di lambung, dan bahkan ada yang masih di usus kecil pasien.
Untungnya, operasi pengangkatan paku berjalan lancar, dan dokter berhasil mengeluarkan 13 paku berukuran 3 cm dari dalam perut sang suami.
Namun, ketika mendapat penjelasan tentang keadaan anaknya, ibunya merasa marah. Ia yakin anaknya telah menjadi korban santet kiriman selingkuhan menantunya.
Ibunya bercerita menantu perempuannya punya selingkuhan dan ingin menikahi pria tersebut. Namun, anaknya enggan untuk bercerai karena mereka masih memiliki 2 buah hati yang masih kecil
Bukan Santet, Tapi...
Dokter dengan sabar menjelaskan bahwa selama pemeriksaan, terdapat indikasi kuat bahwa pasien sengaja menelan paku-paku tersebut.
Ketika operasi dilakukan dan saluran pencernaan pasien diperiksa, dokter menemukan banyak luka, mulai dari kerongkongan hingga usus besar.
Lebih dari itu, ketika pasien masih sadar, ia mengungkapkan bahwa ia memiliki masalah besar di dalam rumah tangganya yang selama ini ia pendam sendiri.
Stres yang dialaminya mendorongnya untuk memiliki keinginan untuk mengakhiri hidupnya sendiri. Pada saat pikirannya dalam kekacauan, ia memutuskan untuk memakan paku sebagai tindakan putus asa.
Apa yang dialami sang suami disebut sebagai pica, yaitu sebuah gangguan perilaku makan.
Penderitanya memiliki dorongan kuat untuk makan benda-benda yang tak lazim, seperti potongan genteng, paku, pecahan kaca, dan bahkan kadang-kadang tanah.
Penyebab dari gangguan ini bermacam-macam, mulai dari kekurangan zat besi hingga masalah kejiwaan. Dalam kasus sang suami, penyebabnya adalah stres yang timbul akibat masalah dalam rumah tangganya.
Sang suami menangis saat ibunya menjenguknya dan mengaku telah gagal sebaga kepala rumah tangga.
Namun ibunya menghiburnya dengan menegaskan bahwa jika memang perlu bercerai dengan istri, tidak ada yang akan menyalahkan sang suami.
Sementara sang ayah akhirnya berhasil menemukan rumah selingkuhan menantunya, dan menghabisi nyawanya dengan sebilah parang.
Usai menuntaskan pembalasannya, ayah sang suami menyerahkan diri ke polisi.