Darurat PMK, 32 Tahun Bebas Penyakit Mulut dan Kuku Kini Kembali Mencengkram Indonesia

Reporter : Edy Haryadi
Senin, 27 Juni 2022 20:50
Darurat PMK, 32 Tahun Bebas Penyakit Mulut dan Kuku Kini Kembali Mencengkram Indonesia
Sudah separuh lebih provinsi Indonesia yang terpapar.

Dream – Ada yang tak biasa menjelang perayaan Idul Adha yang tahun ini jatuh tanggal 9 Juli 2022. Termasuk juga bagi Mustofa, salah satu peternak sapi di Sidoarjo, Jawa Timur.

Ajang perayaan Idul Adha yang seharusnya jadi ajang meraup untung bagi peternak macam Mustofa, kini bakal dikenangnya sebagai salah satu titik terendah dalam hidupnya.

Mustofa justru harus menutup mimpinya untuk menjual 50 ekor sapi untuk perayaan Idul Adha mendatang. Karena semua sapi peliharaannya telah terinfeksi penyakit mulut dan kuku atau PMK.

" Ternyata menular cepat, dalam semalam 50 ekor sapi tertular. Mencekam, rugi banyak," kata Mustofa seperti dikutip BBC News Indonesia.

Selain sapi, 60 ekor kambing yang dipelihara Mustofa tak bisa berdiri. Lumpuh. Ini pun gara-gara PMK atau foot and mouth disease atau FMD.

Ia mengaku bakal mengalami kerugian besar saat Idul Adha tahun ini. Lantaran, setiap hari raya Idul Adha sedikitnya ia rutin memasok 200 ekor sapi ke Surabaya dan Sidoarjo. Kini, ia kesulitan mendapat pasokan bakalan sapi untuk kurban.

Sementara itu, peternak asal Aceh Timur, Abdurrahman Wahid mengatakan, setiap harinya ada satu sampai tiga ekor sapi di wilayahnya mati karena penyakit PMK. Rata-rata sapi yang mati adalah sapi yang masih menyusui.

" Kemarin ada 3 ekor sapi yang mati. Tadi juga ada satu ekor yang mati. Rata-rata yang masih bayi dan menyusui," kata Abdurrahman, yang sudah mulai mengembala sapi sejak usia 24 tahun, kepada BBC.

Saat ini, Abdurrahman, memiliki 25 ekor sapi. Sayangnya dia tidak bisa menjual satu ekor sapi pun untuk kebutuhan tradisi meugang warga Aceh dan kebutuhan kurban Idul Adha.

Menurut Abdurrahman, dia kini tidak bisa menjual ternak sapinya untuk kebutuhan ke depan, karena ketakutan warga Aceh membeli sapi yang terkena wabah PMK.

" Nampaknya orang tidak berani beli, karena agen pun sekarang tidak ada nyari-nyari lembu sama kita," jelas Abdurrahman, kecewa.

Kambing yang mati di Cirebon akibat PMK© Liputan6

(Kambing yang mati di Cirebon akibat PMK/Liputan6).

Jarak Sidoarjo dan Aceh Timur terpisah jarak hingga 2.916 kilometer. Setidaknya butuh 42 jam perjalanan darat. Tapi di dua daerah yang terpaut ribuan kilometer itu, wabah PMK telah menyebar. Menyebabkan kematian pada hewan ternak dan kerugian finansial pada peternak dalam jumlah yang tidak sedikit.

Menurut laman siagapmk.id pada hari Senin 27 Juni 2022 pukul 10.25 WIB, penyakit mulut dan kuku atau PMK secara nasional sudah menyebar ke 19 provinsi di Indonesia atau sudah mencengkram separuh lebih wilayah Indonesia. Jumlah daerah yang mendeteksi penyakit PMK itu ada di 218 kabupaten dan kota.

Pada hari Rabu itu juga sudah ada 273.666 hewan ternak yang terpapar PMK. Jumlah sapi yang terpapar sebanyak 267.159 dengan 1.651 kematian, kerbau sebanyak 4.448 dengan 13 kematian, kambing sebanyak1.136 ekor, dan domba 907 ekor.

Provinsi yang terbanyak tertular PMK adalah Jawa Timur dengan 107.837 hewan ternak, menyusul Nusa Tenggara Barat sebanyak 42.717 kasus, Aceh sebanyak 31.443 kasus, Jawa Barat sebanyak 29.885 kasus, Jawa Tengah sebanyak 29.425 kasus, Sumatera Utara sebanyak 11.284 kasus, DI Yogyakarta sebanyak 6.785 kasus, Sumatera Barat sebanyak 4.675 kasus, Kepulauan Bangka Belitung sebanyak 2.606 kasus, Banten sebanyak 1.643 kasus dan Kalimantan Barat sebanyak 1.429 kasus. Sedangkan di delapan provinsi lainnya, termasuk DKI Jakarta, angka hewan yang terpapar masih di bawah angka seribu kejadian.

Padahal, PMK pertama kali terdeteksi di Gresik tanggal 28 April 2022. Hanya dalam tempo dua bulan, penyakit itu telah meluas ke 19 provinsi di tanah air. Kecepatan penularan yang  luar biasa.

***

Menurut Dosen Fakultas Pertanian Universitas Djuanda Bogor, Dr. Ir. Dede Kardaya, Msi seperti dikutip dari laman Universitas Djuanda, penyakit PMK memang tidak menyerang manusia, tetapi menyerang ribuan hewan ternak di sejumlah wilayah Indonesia.

Wabah PMK di Indonesia, menurutnya telah terjadi sejak dua abad lalu, tepatnya pada tahun 1887 silam. Kala itu wabah PMK disebut muncul melalui sapi yang diimpor dari Belanda. Setelah tahun 1887, Indonesia beberapa kali menghadapi wabah ini.

“ Wabah PMK terakhir yang dihadapi Indonesia terjadi pada tahun 1983 yang berhasil diberantas melalui program vaksinasi. Pada tahun 1986 Indonesia benar-benar dinyatakan sebagai negara bebas penyakit mulut dan kuku. Lalu, status ini diakui oleh ASEAN pada tahun 1987, dan secara internasional oleh Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (Office International des Epizooties-OIE) pada tahun 1990,” ujarnya.

Artinya, negara kita sudah bebas PMK selama 32 tahun sebelum wabah PMK kembali merebak  tahun ini.

Sejak kasus di Indonesia ini pertama kali ditemukan di Gresik, Jawa Timur pada 28 April 2022, maka telah mengalami peningkatan kasus rata-rata dua kali lipat setiap harinya.

“ Penyakit mulut dan kuku (PMK) atau Foot and Mouth Disease (FMD) pada ternak merupakan penyakit infeksius yang disebabkan oleh virus genus Aphtovirus, yakni Aphtaee epizootecae (virus tipe A) keluarga picornaviridae, yang bersifat akut dan sangat menular pada hewan berkuku genap/belah. Penyakit ini dapat menyerang ternak sapi, kerbau, kambing, domba, rusa, babi, unta, dan beberapa hewan liar,” kata Dede, menjelaskan.

Dede menerangkan, gejala klinis PMK itu antara lain: demam tinggi bisa mencapai 41°C dan menggigil, tidak nafsu makan (anorexia), penurunan produksi susu drastis pada sapi, kehilangan bobot badan, kehilangan kontrol panas tubuh, myocarditis dan abortus pada hewan muda, pembengkakan limfoglandula mandibularis, hipersalivasi (air liur berlebihan), serta adanya lepuh dan erosi di sekitar mulut, moncong, hidung, lidah, gusi, kulit sekitar kuku, dan puting hewan.

Negara Indonesia terdiri dari puluhan ribu pulau dan ratusan pelabuhan besar dan kecil, sehingga Dede menilai rawan penyelundupan ternak dan bahan asal hewan (daging, kulit, dll) dari negara endemis PMK seperti India. Akibatnya, penyakit ini dapat menyebar dengan sangat cepat mengikuti arus transportasi daging dan ternak terinfeksi.

Penularan itu dapat terjadi melalui kontak langsung antara hewan yang rentan, kontak tidak langsung antar hewan rentan dan manusia, pakaian, sepatu, peralatan kandang, kendaraan, limbah yang tercemar oleh virus (dari hewan yang terinfeksi), dan melalui udara. Penyebaran melalui udara atau angin ini bisa mencapai 60 km di wilayah darat dan 300 km di wilayah laut.

Dampak dari PMK ini tidak bisa dianggap sepele.  Adanya PMK akan memunculkan “ kepanikan” dan “ kekhawatiran” masyarakat mengonsumsi hewan, baik daging maupun susu yang diproduksi hewan. Kekhawatiran masyarakat ini tentunya akan berimbas pada penurunan permintaan (demand) terhadap daging dan susu, yang pada akhirnya akan merugikan peternak dan usaha peternakan.

Ancaman ke depan dari PMK di dalam negeri adalah keterbatasan bahkan penurunan ketersediaan pasokan hewan hidup dan produk hewan (daging dan susu).

“ Dampak lebih global adalah penghentian sementara impor komoditas peternakan yang berasal dari negara wabah. Ini karena negara tujuan ekspor yang bebas PMK akan menolak memasukan produk peternakan dari daerah wabah, bahkan bisa lebih parah lagi adalah penghentian impor jenis komoditas pertanian lainnya oleh negara bebas PMK,” papar Dede, khawatir.

PMK di Gorontalo© Liputan6

(PMK di Gorontalo/Liputan6)

Sementara itu, Guru Besar Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Prof. Dr. Ir. Dwi Andreas Santosa, MS mensinyalir asal virus PMK di Indonesia berasal dari India yang memang belum bebas dari PMK.

“ Pada tahun 2021, ada dua negara pengekspor sapi ke Indonesia. Yakni Australia dan India. Saya curiga virus PMK ini masuk dari India. Virus PMK menyebar melalui airborne (udara), sehingga radius penyebarannya sampai 60 km. Lebih buruk daripada virus Covid yang menyebar melalui aerosol (percikan liur),” ujar Prof. Dwi Santosa dalam sebuah talkshow di televisi.

Kecurigaan Prof. Dwi Santosa cukup beralasan. Pasalnya, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia memang telah mengimpor 84.955 ton daging sejenis lembu dari India pada 2021. Ini membuat India menjadi negara asal impor daging sapi terbesar kedua bagi Indonesia.

Padahal, dari hasil studi, virus PMK dapat bertahan dalam daging dan tulang hewan yang terpapar PMK selama berbulan-bulan.

Menanggapi penyebaran PMK,  Ketua Komisi IV DPR RI Sudin sempat mencecar Menteri Pertanian RI (Mentan) Syahrul Yasin Limpo dan jajarannya terkait asal muasal penyakit mulut dan kuku (PMK) yang menjangkit hewan ternak di Indonesia. Lantaran Indonesia pernah dinobatkan sebagai negara bebas PMK.

Sudin menduga penyebaran wabah PMK ini bermula dari masuknya hewan ternak dari India. Untuk itu, dia meminta transparansi terkait penyebab wabah yang kini sedang jadi perhatian tersebut.

" Saya ingin tahu, asalnya dari mana, apakah dari India? Jujur saja, karena masuknya dari Jawa Timur, ada yang bilang dari Gresik, ada yang bilang dari Aceh. Bagaimana mau tahu vaksinnya kalau asal muasalnya tidak tahu, atau bisa saja pihak karantina yang lalai," kata Sudin dalam Rapat Kerja Komisi IV DPR RI dengan Menteri Pertanian, Dirut Bulog dan Dirut PT Berdikari, Senin 23 Mei 2022, seperti dikutip Liputan6.

Menjawab pertanyaan itu, Mentan Syahrul mengaku tengah melakukan pendalaman terkait bagaimana masuknya virus ini ke Indonesia. " Dari mana asalnya, kami periksa untuk memastikan dari mana. Tapi sampai saat ini kita belum bisa pastikan secara pasti seperti apa virus itu masuk," katanya.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo© Liputan6

(Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo/Liputan6)

Namun, dia meyakinkan bahwa telah ditemukan serotipe virus PMK yang menyebar. Menurut Mentan, jenis virus memiliki kode O/ME-SA/Ind-2001/e. Berdasarkan penemuan jenis virus tersebut Kementan melalui Pusat Veteriner Farma di Surabaya akan membuat vaksin untuk mengatasi penyebarannya.

Sementara itu Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan bahwa penyakit mulut dan kuku pada hewan ternak sangat jarang menular ke manusia.

" Kami sudah diskusi dengan Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) dan Badan Kesehatan Hewan Dunia (World Organization for Animal Health/OIE) bahwa penyakit mulut dan kuku dominan di hewan, hampir tidak ada yang loncat ke manusia," kata Budi Gunadi Sadikin dalam konferensi pers secara virtual, Senin 9 Mei 2022 seperti dikutip Liputan6.

Budi mengatakan penyakit mulut dan kuku yang menyerang ribuan hewan ternak di Jawa Timur berbeda dengan SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 yang ditularkan hewan kalelawar ke manusia. Budi menekankan bahwa PMK hanya menular di hewan berkuku.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin© Liputan6

(Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin/Liputan6)

" Kalau penyakit mulut dan kuku memang adanya hanya di hewan yang berkuku dua. Sangat jarang yang loncat ke manusia. Jadi tidak usah khawatir dari sisi kesehatan manusianya," katanya.

Budi mengatakan penyakit mulut dan kuku memang sangat menular di hewan. " Tapi sekali lagi, di manusia masih sangat jarang," kata Menkes.

***

Sebelumnya, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa membenarkan daerahnya yang pertama mendeteksi penularan PMK.

“ Dari laporan masyarakat serta hasil peninjauan di lapangan oleh Dinas Peternakan Provinsi Jatim, dan uji lab Pusvetma, pada  5 Mei resmi terkonfirmasi ada empat kabupaten di Jawa Timur yang hewan ternaknya terjangkit PMK, yaitu Kabupaten Lamongan, Mojokerto, Gresik dan Sidoarjo,” ujarnya, Sabtu 7 Mei 2022, seperti dikutip Liputan6.

Khofifah menjelaskan, kasus pertama dilaporkan terjadi di Kabupaten Gresik pada 28 April 2022 dengan jumlah kasus sebanyak 402 ekor sapi potong yang terjangkit PMK dan tersebar di 5 kecamatan dan 22 desa.

" Kasus kedua dilaporkan pada 1 Mei 2022 di Lamongan. Dimana ada sebanyak 102 ekor sapi potong yang terindikasi mengalami PMK dan tersebar di tiga kecamatan dan enam desa," katanya.

Di hari yang sama, lanjut Khofifah, di Sidoarjo juga ditemukan kasus yang menjangkit sebanyak 595 ekor sapi potong, sapi perah dan kerbau. Kasus itu ditemukan dengan sebaran di 11 kecamatan dan 14 desa.

" Sedangkan kasus keempat terlaporkan pada 3 Mei 2022 di Kabupaten Mojokerto. Kasus yang dilaporkan tercatat ada 148 ekor sapi potong yang tersebar di 9 kecamatan dan 19 desa," ucapnya.

Outbreak (wabah) yang telah menyerang 1.247 ekor di empat kabupaten tersebut yang terkonfirmasi memiliki tanda klinis sesuai dengan indikasi penyakit PMK,” ujar Khofifah.

Khofifah menyampaikan, sesuai penjelasan Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian RI, PMK adalah penyakit hewan menular akut yang menyerang ternak seperti sapi, kerbau, kambing, domba, kuda dan babi dengan tingkat penularan mencapai 90-100 persen.

Kecepatan penularan PMK itu juga diakui Presiden Joko Widodo. Presiden menyebut virus PMK pada hewan ternak, berkembang sangat cepat seperti Covid-19. Padahal, pemerintah sudah melakukan lockdown di kabupaten/kota dan provinsi untuk mencegah penularan wabah PMK.

Presiden Jokowi saat memberikan hewan kurban di Bantul© Liputan6

(Presiden Jokowi saat memberikan hewan kurban di Bantul/Liputan6)

" Yang paling penting pertama, memang sudah sebetulnya sudah di-lockdown kabupaten-kabupaten, provinsi. Tapi memang berkembangnya ini kayak Covid. Cepat, lewat media apa pun ya, cepat, padahal sudah diblok oleh Kementan dan kepolisian," jelas Jokowi kepada wartawan di Sentul Kabupaten Bogor Jawa Barat, Jumat 17 Juni 2022 seperti dikutip Liputan6.

Menurut Presiden Jokowi, wabah PMK sudah bergerak cepat dan telah masuk di 18 provinsi serta 190 kabupaten/kota di Indonesia. Kendati begitu, ia menyampaikan pemerintah sudah mendatangkan 800.000 vaksin pada Kamis, 16 Juni 2022 malam. Ini adalah bagian dari 3 juta vaksin PMK yang dipesan pemerintah.

Dia pun meminta percepatan penyuntikan vaksin PMK terhadap hewan ternak, seperti vaksinasi Covid-19. Hal ini agar melindungi hewan-hewan ternak lain dari penyakit kuku dan mulut.

" Ini yang juga segera cepat, harus segera kayak covid lagi suntikkan cepat, cepat, cepat, sehingga bisa melindungi sapi-sapi yang lain," kata Presiden RI.

Sebelumnya, Mentan Syahrul Yasin Limpo menerima secara langsung kedatangan vaksin tahap kedua di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang Banten, Jumat dini hari 17 Juni 2022. Vaksin sebanyak 800 ribu dosis ini akan langsung didistribusikan melalui pemerintah daerah dan posko darurat PMK yang diprioritaskan kepada daerah zona merah dan kuning.

Sejauh ini, kata Mentan, penyebaran PMK paling tinggi masih berada di area lalu lintas hewan, baik melalui darat maupun tol laut. Kedua titik ini menjadi laju vital, karena selalu ada saja peternak yang nekat menerobos jalur tikus. Dari sana virus PMK menyebar secara cepat, terutama dari kandang ke kandang.

" Lalu lintas hewan menjadi salah satu sumber terjadinya pembawa wabah. Oleh karena itu kita berharap di perjalanan lalu lintas hewan melalui laut, darat, dan udara melalui pengecekan karantina. Kita berharap yang di darat juga begitu, tentu saja karena banyak jalan-jalan tikus yang menjadi tantangan tersendiri," katanya.

Menurut Mentan Syahrul, penyebaran wabah PMK sangatlah cepat, bahkan bisa menembus jarak radius 30 kilometer. Karena itu, semua petugas yang ada di lapangan betul-betul harus bisa mengendalikan keberadaan manusia dan juga keluar masuknya hewan ternak.

" Wabah ini kecepatannya luar biasa, oleh karena itu upaya extraordinary lebih kuat, menjadi bagian-bagian dari jawaban yang ada. Semoga ini bisa membuat kita semua yakin, bahwa wabah PMK secara maksimal bisa kita selesaikan dengan baik," katanya.

Indonesia barangkali bisa belajar banyak dari pengalaman pahit Inggris ketika wabah PMK mencengkram negara itu pada tahun 2001. Sekitar 6 juta hewan ternak terpaksa dimusnahkan dengan cara dibakar, sehingga mengakibatkan kerugian hingga Rp 193 trilyun. Masalahnya, setelah 32 tahun bebas PMK, apakah Indonesia bisa menghindari dampak buruk seperti yang dialami Inggris? Saat ini kita hanya bisa berharap.Yang jelas Indonesia kini sudah darurat PMK! (eha)

Sumber: BBC, Liputan6,

Beri Komentar