Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Sumpah Pemuda, Dosen IPB Mengajar Pakai Baju Adat

Sumpah Pemuda, Dosen IPB Mengajar Pakai Baju Adat Rektor IPB, Prof Arif Satria Mengajar Dengan Mengenakan Pakaian Adat Bali, Senin (28/10/2019). (Liputan6.com/Achmad Sudarno)

Dream - Perayaan Hari Sumpah Pemuda pada 28 Oktober dimaknai beragam. Ingin melanjutkan semangat yang sama, IPB University menggelar upacara peringatan Hari Sumpah Pemuda dan para peserta upacara Peringatan Hari Sumpah Pemuda menggunakan pakaian adat dari Sabang sampai Merauke.

Selesai upacara, Rektor IPB University, Arif Satria memimpin rapat dengan jajaran dengan pakaian adat. Begitu pula saat para dosen mengajar.

Pakaian adat ini sebagai salah satu wujud bahwa IPB University menjunjung tinggi kebhinekaan, keberagaman, dalam satu satu kesatuan.

"Kita harus mengakui bahwa kebhinekaan itu merupakan potensi yang harus selalu kita bangun untuk memperkuat bangsa kita ini," kata Arif, dilaporkan Liputan6.com, Senin, 28 Oktober 2019.

Pada momen Hari Sumpah Pemuda ini, dia mengajak kepada para pemuda untuk berperan bagi masa depan bangsa, membekali diri dengan pengetahuan dan pendidikan yang mampu menjawab persoalan-persoalan di masa depan.

"Karena masa depan berbeda dengan hari ini dan masa lalu," ujar Arif.

(Sumber: Liputan6.com/Achmad Sudarno)

Hadirkan Bebegig Sawah, Tani Centre IPB Ajak Pelestarian Budaya Lokal

Dream - Ketua Tani Centre Intitut Pertanian Bogor (IPB), Hermanu Triwidodo, mengajak semua anak bangsa melestarikan nilai-nilai budaya dan kebangsaan agar terhindar dari ancaman radikalisme sempit yang dapat mengarah pada disintegrasi bangsa.

Hadirkan Tani Centre, IPB Ingin Peran Budaya Diperkuat

" Nilai-nilai luhur dari kearifan budaya kita itu adalah tetap semangat berusaha, sabar, dan selalu berpikir positif untuk kebaikan," ujar Hermanu dalam keterangan tertulisnya, Senin, 14 Oktober 2019.

Untuk meningkatkan persatuan tersebut, Tani Centre menggelar kegiatan bertajuk Kenduri Tani 2019. Acara menghadirkan salah satu kearifan lokal berupa pementasan musik khas Cibatokan.

" Budaya Cibatokan ini menjadi salah satu kearifan yang masih terjaga sampai sekarang walau sudah semakin sedikit yang mengenali maupun memahaminya," ujar Wahono, ketua pelaksana Kenduri Tani 2019.

Selain pementasan musik Cibatokan, hadir juga Festival Bebegig. Festival yang hadir dengan tema Merawat Tradisi, Memajukan Tani ini menyiapkan total hadiah jutaan rupiah.

Kegiatan dari festival ini mengajak peserta untuk membuat bebegig atau orang-orangan sawah yang kreatif dengan memanfaatkan bahan lokal.

" Nantinya para peserta lomba harus dapat juga menjelaskan makna filosofis dari bebegig ini," kata Wahono.

Dengan adanya penguatan pendekatan kebudayaan ini, dia berharap, akan bisa menjadi penguatan citra bagi IPB sebagai kampus yang tetap konsisten merawat Indonesia sebagai negara yang didalamnya terdapat kebhinekaan.

" Kami percaya keragaman budaya yang dimiliki bangsa ini menjadi modal utama untuk membangun bangsa ini ke depan," kata Hermanu.

Rektor IPB Dapat Gelar Guru Besar Ekologi Politik

Dream - Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) University, Arif Satria diangkat sebagai guru besar tetap di bidang ekologi-politik. Arif merasa lega dengan gelar ini karena telah diimpikan sejak awal meniti karir sebagai dosen.

" Sekaligus lunasi janji saya ke orang tua. Saya tidak bisa membalas segala kasih sayang orang tua saya selama ini selain dengan karya-karya seperti ini. Moga gelar guru besar ini bisa membuat orang tua saya bahagia dan bangga" , ujar Arif, dalam keterangan tertulisnya, Kamis, 24 Oktober 2019.

Dengan gelar ini, Arif tertuntut lebih produktif dalam menghasilkan karya-karya akademik.

" Gelar guru besar bukan akhir perjalanan akademik, tetapi harus kita anggap sebagai awal perjalanan. Sehingga harus ada karya-karya lanjutan yang lebih baik di masa mendatang. Bagaimanapun juga saya dibesarkan oleh IPB. Saatnya saya harus terus berbuat untuk kemajuan IPB," ujar Arif.

Arif Satria, lahir di Pekalongan, Jawa Tengah, pada 17 September 1971 dari pasangan Faruk Hasan dan Sri Utami.

Ayah dua anak ini menyelesaikan pendidikan formal sejak SD hingga SMA di Pekalongan. Pada 1990, Arif Satria melanjutkan kuliah di IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Penghargaan Arif Satria

 

Selama menjadi mahasiswa, dia aktif sebagai pimpinan mahasiswa, seperti sebagai Presidium Senat Mahasiswa IPB, National Director dan salah seorang pendiri International Association of Student in Agricultural and Related Science (IAAS) Indonesia.

Lulus dari Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian IPB pada 1995, kemudian melanjutkan S2 di Program Sosiologi Pedesaan IPB lulus 1999, dan menyelesaikan Program Doktor di bidang Marine Policy, Kagoshima University, Jepang 2006.

Arif diangkat menjadi dosen di Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan Fakultas Perikanan IPB pada 1997. Kemudian di 2019 ini, dia memperoleh gelar Guru Besar Tetap Fakultas Ekologi Manusia IPB dalam bidang Ekologi Politik.

Arif aktif sebagai narasumber pada berbagai forum internasional di berbagai negara di Amerika Serikat, Eropa, Asia, Afrika dan Australia.

Dia tercatat sebagai Delegasi Indonesia pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Bumi Rio +20 yang diselenggarakan oleh Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) di Rio de Jeneiro Brasil (2012), sebagai Speaker dalam high official forum yang diselenggarakan oleh Food and Agriculture Organization (FAO) di Roma (2019).

Selama mengabdi di IPB, Arif Satria menerima penghargaan Satyalencana 10 tahun dari Presiden Republik Indonesia (2013).

Beberapa penghargaan lainnya yang dia peroleh diantaranya Second Winner of The Academic Leader Award - Dosen dengan Tugas Tambahan sebagai Rektor PTNBH (2019), Akademisi Peduli Penyuluhan dan SDM Perikanan-KKP (2013), Kagoshima University Network Ambassador (2011), Anugerah Kekayaan Intelektual Luar Biasa Bidang Ilmu Pengerahuan (2009), The First Winner of Yamamoto Award (2008), dan Juara 3 Dosen Berprestasi IPB (2007). 

Tekuk Rusia dan Cina, IPB Juara 2 Kompetisi Robot Bawah Air

Dream - Tim Nusantara dari Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor (IPB) menyabet juara dua kompetisi Autonomous Underwater Vehicle (AUV) yang digelar di Singapura.

Tim Nusantara AUV berhasil menyingkirkan tim dari Northwestern Polytechnical University (Cina). Tim IPB hanya berada di belakang tim dari Rusia, Far Eastern Federal University. Kabar kemenangan itu diunggah di Facebook Departemen ITK IPB.

Kami segenap tim Nusantara AUV yang mengikuti ajang Singapore AUV Challenges 2019 mengucapkan terima kasih kepada seluruh rekan-rekan yang telah memberikan dukungan berupa doa serta support baik secara langsung maupun tidak kepada kami," tulis Tim Nusantara AUV.

 

Tim Nusantara AUV mengikutsertakan dua tim dalam kompetisi ini. Tim yang meraih juara dua yaitu tim N2 AUV.

 Robot bawah air

Robot bawah air (Foto: IPB.ac.id)

Sementara itu, tim N3 AUV belum berhasil memenangkan kejuaraan. Robot bawah air merupakan jenis alat untuk mengamati obyek atau proses yang terjadi di dasar perairan. Selaiknya drone, AUV dioperasikan tanpa kabel.

Robot ini diprogram untuk melakukan misi tertentu. Dengan mengandalkan sensor dan manipulator, robot ini dapat bergerak sesuai tujuan dari pemrograman yang dibuat.

ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP