Dubai Rasa Betawi

Reporter : Ismoko Widjaya
Kamis, 24 November 2016 14:11
Dubai Rasa Betawi
Meski pernah dianggap remeh, tak dianggap, bahkan ditolak. "Pantang menyerah!" tutupnya.

Dream - Berjarak 6.537 kilometer dari Ibukota Jakarta, tak menyurutkan langkah ibu yang sedang hamil empat bulan ini mengadu nasib di negeri Petro Dollar, Dubai. Tak sekadar mengadu nasib, Istikomah, wanita asli Condet, Jakarta Timur ini kini memiliki tiga restoran yang berkali-kali menyabet penghargaan kuliner bergengsi di negeri yang dipimpin Sheikh Mohammad bin Rashid Al Maktoum ini.

Istikomah, istri dari seorang mualaf Australia, Andre Alexandre Phillipe Regnard, adalah pemilik restoran `Betawi` di Dubai. Dengan jargon `Taste of Indonesia`, menu-menu yang disajikan `Betawi` mampu menahan laju popularitas kuliner Asia lainnya seperti dari Thailand dan Korea Selatan. Tak pernah terbayang sedikitpun, restoran yang dibangun pada 2007 ini mampu berkembang pesat.

Penghargaan demi penghargaan diraih. The Best Budget Category versi Timeout Dubai tahun 2001, Highly Recommended untuk kategori Asia Tenggara versi Timeout Dubai pada 2013 dan 2014, disabet `Betawi`.

" Saingan kita restoran yang berada Burj Al Arab, Hotel Shangri La dan Grand Hyatt," ujar wanita yang baru menikah dua tahun lalu ini. Mulanya, kata Istikomah, `Betawi` ini dianggap remeh oleh pemilik restoran-restoran di Dubai. Tapi tiba-tiba, mampu menghentak dunia kuliner Dubai. " Mereka (kompetitor) bilang 'How Come? Padahal cuma warung kecil`. Tapi saat nyobain rasanya.. Mmmh.." bangga Istikomah.

Kesal Berujung Sukses

Apa yang membawa wanita asli Betawi ini mengambil keputusan besar hijrah ke Dubai. Bermula saat masih bekerja di perusahaan jasa tenaga kerja, Isti sukses membawa perusahaan itu menjadi besar.

Ini karena salah satu kontribusi Isti yang mampu memberikan tenaga kerja-tenaga kerja berkualitas ke negeri orang. Sampai akhirnya, bonus yang dijanjikan perusahaan tak kunjung cair.

" Bos Isti bilang, kalau mau ya kamu jadi owner saja. Tapi mimpi aja," kesal Isti menirukan mantan bosnya yang orang Suriah itu. " Memang harus ada yang membuat kita kesal terlebih dahulu."

1 dari 2 halaman

Kenapa Betawi?

Kenapa Betawi? © Dream

Peristiwa itu membuat Istikomah berani mengadu nasib ke negeri orang. Negeri yang dulu pernah dia kirimi tenaga kerja-tenaga kerja berkualitas. Istikomah pergi ke Departemen Perekonomian Dubai, mendaftarkan nama restoran. Mulanya, nama Jakarta yang diusung.

Di luar dugaan, nama itu ditolak Departemen Perekonomian Dubai, dengan alasan dilarang membawa nama kota. " Saya bingung, 15 menit di Department of Economy Dubai, apa ya namanya? Saya ingin nama yang mencirikan Jakarta, akhirnya terpikir Betawi," tutur Istikomah. Apa itu Betawi? Tanya petugas Dubai. " Artinya orang lokal Jakarta. Ngga tahunya, Betawi bawa hoki," sumringah Istikomah.

Karama atau Old Dubai menjadi lokasi pertama yang dipilih Isti. Lokasi yang mirip Tanah Abang, Jakarta Pusat. Istikomah merekrut lima karyawan. Semua pekerjaan dia lakukan sendiri. " Belanja, motong bawang, nyuci piring, semua sendiri," cerita Istikomah.

Kini `Betawi` tersebar di tiga cabang yakni di Karama (Old Dubai), Metro Station dan Jumeirah Lake Towers. Malah, Isti kini membuka brand baru `Indo-Indo`. Restoran yang masih sangat Indonesia, tapi dengan konsep baru yakni `seafood and grill`. Karyawannya hampir 40 orang, dengan omzet perbulan sekitar Rp 1 miliar. " Tapi itu angka kotor," ujar Istikomah.

2 dari 2 halaman

Langganan Cendana

Langganan Cendana © Dream

Dream - Banyak pesohor menjadi pelanggan `Betawi`. Dari mulai Elvi Sukesih, Evie Tamala hingga Halimah Agustina Kamil, mantan istri putra keluarga Cendana, Bambang Trihatmodjo.

" Ibu Halimah mungkin kehilangan nomor saya sekarang. Biasanya kalau kesini bawa ikan asin berboks-boks, bawa rendang juga," terang wanita yang karib disapa Isti ini. Banyak Cerita menarik dari Halimah. Setiap kali ingin terbang meninggalkan Dubai, lanjut Isti, Halimah kerap memesan ayam bakar dan sambal buatannya.

Cinta Bermula dari Soto Betawi 
Cinta pada pandangan pertama mungkin dialami Isti. Empat tahun lalu, pria yang kini menjadi suaminya itu jatuh cinta terlebih dahulu dengan Soto Betawi buatannya.

" Jadi karena dia memang suka makanan Indonesia, dia jatuh cinta juga dengan yang punya," kata Isti menceritakan pertemuan pertama itu di cabang pertama Betawi di Karama. Dua tahun pacaran, dua tahun sudah menikah. Kini Isti tengah mengandung empat bulan. " Dia sudah mualaf," ujar Isti.

Satu pesan terakhir dari Isti soal pelajaran hidup, meski pernah dianggap remeh, tak dianggap, bahkan ditolak. Tapi satu hal yang menjadi pegangan hidup. " Pantang menyerah!" tutupnya. (Ism)

Beri Komentar
Jangan Lewatkan
More