Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Raden Prabowo Argo Yuwono (Foto: Liputan6.com)
Dream - Penyidik Polda Metro Jaya mengamankan enam pelaku penculikan dan pemerasan terhadap warga negara asing (WNA) asal Inggris, Matthew Simon. Dari enam orang pelaku, empat diantaranya oknum anggota Polri.
Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Raden Prabowo Argo Yuwono mengatakan, penculikan itu bermula ketika Matthew bertemu pelaku atas nama Giovani pada 29 Oktober 2019. Tapi, saat kembali pada 30 Oktober 2019, pukul 02.00 WIB, Matthew dicegat sejumlah orang.
" Ternyata, Giovani selaku rekan kerja korban meminta pacarnya yaitu Nola Aprilia untuk merencanakan tindakan tersebut (penculikan)" kata Argo, diakses dari Liputan6.com, Minggu, 3 November 2019.
Argo mengatakan, Nola merencanakan penculikan dengan meminta bantuan saudaranya, Bripda JB yang bertugas di Dittipid Siber Bareskrim Polri. Bripda JB berperan menyiapkan mobil dan mengecek lokasi keberadaan korban untuk dibuntuti.
Usai membututi Matthew dari kawasan Petogogan Park 19, Kemang, Jakarta Selatan, JB meminta tolong ke kekasihnya, Bripda NP yang berdinas di Satresnarkoba Polrestro Jaktim.
Argo mengatakan, penculikan mencegat korban di Tol Lingkar Luar Barat Tangerang. Mereka dibantu oknum polisi lainnya yakni Briptu H dan Bripda SB. Dua polisi itu, H dan SB, merupakan anggota Satresnarkoba Polrestro Jaktim.
Usai mencegat, Matthew dibawa ke Polda Metro Jaya untuk seolah-olah dilakukan pemeriksaan perkara.
" Namun tidak jadi dilakukan pemeriksaan. Kemudian meminta bantuan petugas Provos yang saat itu berjaga di area Parkir Ditreskrimsus untuk memasukkan kembali korban ke dalam mobil," ucap dia.
Para pelaku kemudian membawa Matthew ke sebuah hotel dan meminta korban menelepon atasannya. Matthew diminta mendesak atasannya menyiapkan uang tebusan.
Setelah berhasil memeras, pelaku menukarkan uang dolar Amerika Serikat ke rupiah di sebuah tempat penukaran uang di Kemayoran, Jakarta Pusat.
" Sekitar pukul 13.00 WIB di Masjid Akbar Kemayoran Jakarta Pusat, para pelaku berhasil ditangkap," kata Argo.
(Sumber: Liputan6.com)
Dream - RAF, siswa kelas 4 di salah satu sekolah dasar di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, mengegerkan warga. Dia mengaku menjadi korban penculikan ketika berangkat sekolah.
Dikutip dari Liputan6.com, cerita itu disampaikan RAF kepada orangtuanya. Dia mengaku sempat diculik di dekat persawahan Komplek Markas Batalyon Infantri 527 BY saat berangkat sekolah dengan berjalan kaki.
Di tengah jalan, bocah itu mengaku dihadang tiga pria dewasa. Mereka disebut membekap RAF lalu menyeret bocah itu ke dalam mobil.
RAF juga mengaku dipukul di kepala. Tetapi, bocah itu berhasil meloloskan diri dan sembunyi di semak-semak.
Mendengar cerita itu, orangtua RAF mengirim surat permohonan izin tidak masuk sekolah. Surat itu memuat kronologis penculikan sesuai pengakuan bocah itu kepada orangtuanya.
Cerita itu membuat geger warga sekitar. Penyebabnya, orangtua RAF juga mengunggahnya di grup percakapan WhatsApp.
Kepala Sekolah bersama beberapa anggota Polres Lumajang lantas melakukan penelusuran mengenai cerita tersebut. Hasilnya, didapati kabar penculikan tersebut ternyata hanya karangan RAF.
Bocah itu mengaku mengarang cerita rekaan penculikan itu karena belum mengerjakan PR Matematika dari guru yang ditakutinya. Agar terhindar dari hukuman, RAF memutuskan mengarang cerita itu.
Mengetahui kejadian sebenarnya, orangtua RAF menyampaikan permohonan maaf kepada tetangga dan wali murid. Sebab, cerita itu sudah kadung tersebar di grup WhatsApp.
Kapolres Lumajang, AKBP Muhammad Arsal Sahban, berharap kejadian ini tidak terulang lagi. Dia menyatakan peristiwa ini bisa terjadi semata karena kurangnya pengawasan dari orangtua sehingga anak berani melakukan kebohongan.
" Jika hal ini dibiarkan, bisa saja anak tersebut akan terus suka berbohong sampai dewasa nanti. Sangat dibutuhkan peran orangtua dan guru sebagai pendidik untuk mengajarkan budi pekerti tentang kejujuran kepada anak didiknya," kata Arsal.
Kasat Reskrim Polres Lumajang, AKP Hasran Cobra, mengatakan kasus tersebut diselesaikan secara kekeluargaan. Menurut dia, tidak ada pihak yang merasa dirugikan atas kejadian ini.
" Orangtua dari anak tersebut telah berjanji di depan kepala sekolah dan juga anggota Polres Lumajang untuk lebih mendidik serta siap bertanggung jawab jika hal serupa muncul di kemudian hari," kata Hasran.
(Sah, Sumber: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Kata Ahli Gizi Soal Pentingnya Vitamin C untuk Tumbuh Kembang Anak
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR