Ilustrasi
Dream - Varian Delta kini tengah menjangkiti banyak negara termasuk Indonesia. Varian dari virus corona ini disebut memiliki kemampuan penularan jauh lebih cepat daripada bentuk asalnya yang muncul pertama kali di Wuhan, Hubei, China.
Juru Bicara Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, mengatakan varian Delta yang berasal dari India berkode B16172 dapat menular hanya dalam hitungan detik. Penularan bahkan bisa terjadi dalam waktu 5-15 detik.
" Kalau dari informasi di Australia itu 5-15 detik," ujar Nadia.
Menurut Nadia, tingkat penularan varian Delta enam kali lebih tinggi dari varian Alpha atau B117 yang muncul di Inggris. Varian Alpha mempunyai kemampuan menular sekitar 15-20 menit.
" Artinya, kecepatan penularan Delta memang enam kali lebih tinggi dari Alpha yang sebelumnya jauh cepat menular," kata dia.
Dalam catatan Kementerian Kesehatan, kasus infeksi Covid-19 akibat varian Delta hingg 22 Juni 2021 sudah mencapai 254 kasus. Angka ini mengalami kenaikan signifikan dibandingkan data pada 20 Juni 2021 yang masih sebanyak 160 kasus.
Sampel infeksi varian Delta ditemukan di sembilan provinsi. Rinciannya, DKI Jakarta dengan 96 kasus, Jawa Tengah 80 kasus, Jawa Barat 48 kasus, Jawa Timur 18 kasus, Sumatera Selatan 3 kasus, Kalimantan Tengah 3 kasus, Kalimantan Timur 3 kasus, Banten 2 kasus, dan Kalimantan Selatan 1 kasus, dikutip dari Merdeka.com.
Dream - Zubaeri Djoerban, Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menegaskan penularan varian delta hanya dengan papasan dengan pasien bukan candaan. Informasi itu diperoleh dari hasil tracing pasien di Australia dalam kasus terbarunya.
Penegasan pria bergelar profesor itu disampaikan saat membalas pertanyaan netizen di akun Twitternya. " Yang jelas, transmisi cepat dari Varian Delta bukan candaan," jelas Zubairi dalam cuitan di akun @ProfesorZubairi.
Menurut Zubairi, para ahli di Australia ini menyelidiki penularan di sebuah pusat perbelanjaan, Bondi Junction Westfield yang menunjukkan bagaimana cepatnya penularan Delta.
Temuan tersebut, lanjut Zubaeri, langsung menjadi concern para ahli di seluruh dunia. Semakin menyita perhatian karena kejadian penularan melalui papasan itu tidak terjadi sekali di Australia.
Menurut Zubairi dari temuan tersebut pejabat kesehatan Australia langsung mengingatkan warganya bahwa penularan virus tidak lagi membutuhkan waktu hingga 15 menit. " Tapi dimungkinkan bisa dalam hitungan detik."
Dari hasil penelusuran Zubairi mengutip ahli virologi Universitas Griffith, Lara Herrero, transmisi kontak sekilas itu diketahui dalam momen transmisi yang terekam di kamera CTTV. Virus Covid-19 varian delta didapati bertahan di udara cukup lama sehingga seseorang bisa menghirupnya dan terinfeksi.
Pernyataan transmisi sekilas ini juga didukung oleh sikap sejumlah tokoh termasuk Menteri Kesehatan New South Wales Brad Hazzard dan ahli epidemologi dunia, Eric Feigl-Ding.
Menurutnya, varian delta saat ini memang menyebabkan lonjakan kasus Covid-19 yang tinggi di beberapa negara termasuk Indonesia.
" Kabar baiknya, sebagina besar vaksin yang beredar, masih bisa bekerja melawan varian delta ini," cuitnya di akun tersebut
Dream - Varian virus corona delta dinyatakan sebagai jenis yang mudah menular. Bahkan cara penularannya pun tidak lagi lewat sentuhan.
Menteri Kesehatan New South Wales, Australia, Brad Hazzard, menyebut varian delta sangat cepat menular. Penularan bisa terjadi dalam jarak sangat dekat tanpa sentuhan.
" Ini merupakan virus yang sangat mampu menular bahkan ketika kita memiliki jarak sangat dekat antara individu yang menular dan siapa pun yang berpapasan dengan kita," ujar Hazzard, dikutip dari News.com.au.
Mutasi virus corona pertama kali terdeteksi di India pada Desember 2020. Dari data yang dikumpulkan sejauh ini, terbukti jauh lebih menular dan mematikan daripada jenis aslinya.
Sementara varian ini telah tersebar di seluruh penjuru dunia. Sedikitnya ada 74 negara yang telah mendeteksi kemunculan varian ini.
" Varian Delta sedang dalam perjalanan untuk menjadi varian dominan secara global karena peningkatan transmisibilitasnya," kata Kepala ilmuwan Badan Kesehatan Dunia (WHO), Soumya Swaminathan.
Akibat varian Delta dan jenis lainnya, Inggris sampai memutuskan memperpanjang pengetatan. Sementara program vaksinasi terus digenjot.
Di tengah program vaksinasi yang sukses, Inggris berharap untuk melonggarkan pembatasan dan mengembalikan kehidupan normal. Tapi kemunculan Delta membuat harapan itu tertunda.
Setelah turun drastis, jumlah infeksi meningkat lagi. Pada 17 Juni, ada 10.809 kasus baru yang dilaporkan, naik dari 8.808 pada hari sebelumnya.
Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson sekarang telah menunda pelonggaran pembatasan yang akan berlangsung pada 21 Juni, dengan mengatakan akan " masuk akal untuk menunggu sedikit lebih lama" .
Pengakhiran penguncian terpaksa ditunda empat pekan hingga 19 Juli ketika negara itu berjuang untuk mengendalikan kembali peningkatan infeksi.
Advertisement
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah
UU BUMN 2025 Perkuat Transparansi dan Efisiensi Tata Kelola, Tegas Anggia Erma Rini
Masa Tunggu Haji Dipercepat, dari 40 Tahun Jadi 26 Tahun
Viral Laundry Majapahit yang Bayarnya Hanya Rp2000
NCII, Komunitas Warga Nigeria di Indonesia
Azizah Salsha di Usia 22 Tahun: Keinginanku Adalah Mencari Ketenangan
Benarkah Gaji Pensiunan PNS Naik Bulan Ini? Begini Penjelasan Resminya!
Timnas Padel Indonesia Wanita Cetak Sejarah Lolos ke 8 Besar FIP Asia Cup 2025
Hore, PLN Berikan Diskon Tambah Daya Listrik 50% Hingga 30 Oktober 2025
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah
Hasil Foto Paspor Shandy Aulia Pakai Makeup Artist Dikritik, Pihak Imigrasi Beri Penjelasan
Zaskia Mecca Kritik Acara Tanya Jawab di Kajian, Seperti Membuka Aib