Wakil Bupati Kepulauan Sangihe, Helmud Hontong
Dream - Polda Sulawesi Utara telah mengautopsi jenazah Wakil Bupati Kepulauan Sangihe, Helmud Hontong. Dari hasil autopsi, diduga Helmud meninggal akibat komplikasi penyakit. Polisi mengklaim tidak menemukan kandungan racun.
" Benar sudah dilakukan autopsi dan penyebab kematian Wakil Bupati diduga karena komplikasi penyakit menahun yang diderita. Pada saat pemeriksaan, tidak ditemukan adanya racun," ujar Kabid Humas Polda Sulut, Komisaris Besar Jules Abraham Abast, dikutip dari Merdeka.com.
Jules menjelaskan proses autopsi dijalankan tim Forensik dipimpin Dirreskrimun Polda Sulut, Ajun Komisaris Besar Polisi M Faisal Zulkarnaen. Autopsi dilakukan di ruang jenazah Rumah Sakit Liung Kendage Tahuna memakan waktu sekitar dua jam.
" Tim Forensik Polda Sulut menyatakan hasil sementara dari penyebab meninggalnya pejabat ini bukan disebabkan oleh racun," kata dia.
Meski begitu, tim tetap melakukan pengujian sampel organ tubuh di laboratorium forensik. Saat ini polisi masih menunggu hasil uji lab tersebut.
" Masih menunggu hasil dari labfor terhadap organ tubuh yang diperiksa, kurang lebih dua minggu," kata Jules.
Terkait dugaan kematian akibat sakit menahun, Jules tidak dapat memberikan penjelasan rinci. Dia mengatakan hal itu merupakan kewengan dokter.
" Dokter yang bisa menjelaskan," kata dia.
Diketahui, Helmud meninggal saat dalam penerbangan rute Denpasar-Ujungpandang pada Rabu, 9 Juni 2021. Dia terbang menggunakan pesawat dengan nomor penerbangan JT 740 dan duduk di bangku 25E didampingi asisten, Harmen Kontu, yang duduk di bangku 25F.
Saat pesawat berada di Bandara Hasanuddin Makassar, tim medis terdiri dari dokter dan perawat masuk dan segera memeriksa kondisi Helmud. Saat itu, Helmud sudah tidak sadarkan diri.
Usai memeriksa, dokter menyatakan Helmud sudah meninggal dunia. Muncul spekulasi Helmud meninggal karena diracun, mengingat dia merupakan pejabat yang menolak rencana pembukaan tambang emas di Sangihe.
Dream - Wakil Bupati Kepulauang Sangihe, Sulawesi Utara, Helmud Hontong, meninggal dunia pada Rabu, 9 Juni 2021, saat terbang dengan rute Denpasar-Ujungpandang.
Kala itu, Helmud menaiki pesawat Lion Air JT740, menempati Seat 25E dan ditemani oleh Harmen Kontu, ajudan yang duduk di seat 25F.
" Jenazah saat ini sementara berada di tempat pemulasaran jenazah CV Daya Mitra Husada dipersiapkan untuk diterbangkan ke Manado terus ke Tahuna pada hari Kamis 10 Juni," kata Pejabat Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan Kabupaten Sangihe, Maya Budiman, dikutip dari Merdeka.com, Jumat 11 Juni 2021.
Kematian Wakil Bupati Kepulauan Sangihe ini lantas menimbulkan banyak pertanyaan. Dikabarkan, sesaat setelah lepas landas, Helmud tiba-tiba batuk dan keluar darah dari hidung serta mulutnya.
Jaringan Advokasi Tambang Nasional (Jatamnas) menyoroti kematian Helmud Hontong berkaitan dengan penolakannya terhadap rencana tambang emas di pulau Sangihe.
" Saya dengan tegas menolak keberadaan PT Tambang Mas Sangihe beroperasi di Sangihe. Apa pun alasannya. Saya berdiri bersama rakyat, karena rakyat yang memilih saya sampai menjadi Wakil Bupati," tutur Helmud Hontong, dikutip dari cuitan Twitter @jatamnas, Jumat 11 Juni 2021.
BERITA DUKA. Wakil Bupati Kep. Sangihe, Helmud Hontong meninggal dunia dalam perjalanan di Pesawat Lion Air, Rabu, 9 Juni 2021.
Helmud, menurut pemberitaan sejumlah media, ikut mendukung dan menentang rencana tambang emas di pulau kecil Sangihe.
Kami ikut berduka ???? pic.twitter.com/WzmyzbYEAy— JATAM Nasional (@jatamnas)June 10, 2021
Tak hanya pernyataan tersebut, beredar pula surat yang telah ditandatangani Helmud dan ditujukan kepada Menteri ESDM Indonesia untuk mempertimbangkan pembatalan izin operai Kontrak Karya PT Tambang Mas Sangihe (PT TMS) yang diberikan Kementerian ESDM.
Turut berduka. Berita muncul diikuti dg foto surat yg beredar luas di dumay, yg ditandatangani Pak Wabup dan diterima oleh Kemen ESDM.
Kalo ada kaitannya dg penolakan beliau. Kan Sungguh Terlaluuu!
???????? pic.twitter.com/d1ddVtcIzt— Qo (@qomarun_coklat)June 10, 2021
Helmud memikirkan nasib anak cucu generasi selanjutnya akibat pertambangan emas tersebut. Apalagi, Pulau Sangihe tergolong kecil sehingga pertambangan berpotensi merusak lingkungan dan mengancam kepunahan makhluk hidup langka.
”Kasian, rakyat, anak cucu kita bakal jadi korban nantinya, akibat limbah pengelolaan emas itu. Apapun yang terjadi, saya tetap bersama rakyat untuk menolak tambang tersebut," kata Helmud Hontong dengan tegas.
Kepergian Helmud Hontong meninggalkan tanda tanya dan sebagian netizen mendadak menyinggung kasus aktivis HAM, Munir.
Seperti yang diketahui Munir meninggal saat dalam perjalanan pesawat dari Jakarta menuju Amsterdam, 7 September 2004.
" Kok jadi ingat Munir ya," kata netizen.
" YaAllah jiwa suudzonku meronta-ronta:'), semoga ditempatkan disisi terbaikNya pak, aamiin," sahut lainnya.
" Semoga tdk terjadi tragedi Munir jilid II," kata seorang netizen.
Semasa hidupnya, Munir telah banyak berjuang menegakkan keadilan dan bersuara dengan 'lantang'. Dia juga memperjuangkan orang-orang hilang yang diculik Tim Mawar dari Kopassus pada masa itu.
Advertisement
4 Komunitas Animasi di Indonesia, Berkarya Bareng Yuk!
Senayan Berbisik, Kursi Menteri Berayun: Menanti Keputusan Reshuffle yang Membentuk Arah Bangsa
Perusahaan di China Beri Bonus Pegawai yang Turun Berat Badan, Susut 0,5 Kg Dapat Rp1 Juta
Style Maskulin Lionel Messi Jinjing Tas Rp1 Miliar ke Kamp Latihan
Official Genas, Komunitas Dance dari Maluku yang `Tularkan` Goyang Asyik Tabola Bale
Peneliti Ungkap Pemicu Perempuan Sanggup Bicara 20 Ribu Kata Sehari?
Bentuk Roti Cokelat Picu Komentar Pedas di Medsos, Chef Sampai Revisi Bentuknya
Mahasiswa Sempat Touch Up di Tengah Demo, Tampilannya Slay Maksimal
Selamatkan Kucing Uya Kuya Saat Aksi Penjarahan, Sherina Dipanggil Polisi
Rekam Jejak Profesional dan Birokrasi Purbaya Yudhi Sadewa, Menkeu Pengganti Sri Mulyani Indrawati