Bandara Internasional Soekarno-Hatta (Liputan6.com/Faizal Fanani)
Dream - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mendapati data sebanyak 127 warga India masuk ke Indonesia. Kedatangan warga dari negeri Bollywood itu cukup mencemaskan karena India tengah menghadapi lonjakan kasus Covid-19 yang sangat tinggi saat terjadi penambahan 300 ribu kasus dalam sehari.
Kasubdit Karantina Kesehatan Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes, Benget Saragih, mengatakan seluruh warga India tersebut masuk melalui Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Mereka tiba di Indonesia menggunakan pesawat charter langsung dari India.
" (Total) penumpangnya sebanyak 132 orang, 127 itu adalah WNA India. Nah, 5 Warga Negara Indonesia. Semua (warga India) masuk ke Indonesa dengan ada KITAS (Kartu Izin Tinggal Terbatas)," ujar Benget.
KITAS memungkinkan warga asing untuk masuk Indonesia di tengah pandemi Covid-19. Pemerintah sendiri masih membolehkan pemegang KITAS untuk melakukan mobilitas menuju Indonesia.
Benget memastikan seluruh warga India tersebut juga membawa hasil negatif RT-PCR valid dari negara asalnya. Meski demikian, 127 warga India ini tetap perlu diwaspadai.
Ini karena India mencatat lonjakan kasus sangat tinggi akibat pelonggaran aturan berkerumun serta munculnya varian baru B1617. Sementara Pemerintah tengah memberlakukan pembatasan mobilitas jelang larangan mudik Lebaran 2021.
" Ini menjadi perhatian kami, sehingga kami kemarin memberlakukan semua warga negara yang datang dari India mendapat pengawasan tanda gejala dan pengukuran suhu dengan ketat di bandara, termasuk mengisi kartu kewaspadaan kesehatan," kata dia.
Benget melanjutnya para warga India tersebut saat ini menjalani karantina di 23 hotel di Jakarta sesuai prosedur perjalanan luar negeri yang ditetapkan Pemerintah. Selain itu, mereka juga telah menjalani tes RT-PCR pada Kamis, 22 April 2021.
" Jika hasil tes PCR kedua negatif, mereka diperbolehkan melanjutkan perjalanan," kata Benget.
Sumber: Liputan6.com
Dream - Kepala WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, menegaskan, dunia dapat mengendalikan kasus Covid-19 global dalam dalam hitungan bulan. Syaratnya, sumber daya untuk menangani Covid-19 didistribusikan secara adil dan merata.
" Kita memiliki alat untuk mengendalikan pandemi ini dalam hitungan bulan, jika kita menerapkannya secara konsisten dan adil," ujar Ghebreyesus dalam konferensi pers di Swedia pada Senin 19 April 2021.
Pernyataan Ghebreyesus disampaikan menyinggung munculnya upaya nasionalisme vaksin di sejumlah negara kaya. Negara-negara tersebut dinilai tidak etis lantaran memprioritaskan warganya lebih muda untuk mendapatkan vaksinasi namun mengabaikan kelompok rentan di negara-negara berkembang.
Dia juga mengaku prihatin dengan meluasnya penularan Covid-19 pada kelompok usia 25-59 tahun di banyak negara. Mungkin disebabkan varian baru yang jauh lebih menular.
" Butuh sembilan bulan untuk mencapai 1 juta kematian; 4 bulan untuk mencapai 2 juta, dan 3 bulan untuk mencapai 3 juta," kata Ghebreyesus.
Aktivis perubahan iklim global, Greta Thunberg, pada kesempatan yang sama juga menyinggung upaya nasionalisme vaksin. Dia mengatakan satu dari empat orang di negara-negara berpenghasilan tinggi sekarang telah divaksinasi Covid-19.
Sementara, hanya satu dari lebih 500 orang di negara-negara miskin yang menerima suntikan. Ini menandakan tingkat kesenjangan vaksinasi masih sangat tinggi.
" Nasionalisme vaksin itulah yang menjalankan distribusi vaksin," kata Turnberg.
" Satu-satunya hal yang benar secara moral untuk dilakukan adalah memprioritaskan orang-orang yang paling rentan, apakah mereka hidup di negara berpenghasilan tinggi atau rendah," lanjut dia.
Thunberg juga menggambarkan hubungan langsung antara pandemi dan kerusakan lingkungan yang menurutnya mempermudah virus berbahaya menyebar dari populasi hewan ke manusia.
" Ilmu pengetahuan menunjukkan kita akan mengalami lebih sering pandemi yang menghancurkan kecuali kita secara drastis mengubah cara kita memperlakukan alam ... Kita sedang menciptakan kondisi ideal untuk penyakit menular dari satu hewan ke hewan lain dan ke kita," kata dia.
Thunberg mengimbau kaum muda di mana pun untuk mendapatkan vaksinasi jika diberi kesempatan, meskipun mereka adalah kelompok usia yang paling tidak berisiko terhadap Covid-19. Karena solidaritas dengan orang-orang dalam kelompok risiko (tinggi).
Ahli epidemiologi WHO, Maria van Kerkhove, mengatakan lonjakan terbaru infeksi Covid-19 di seluruh dunia termasuk peningkatan di antara kelompok usia yang sebelumnya kurang terpengaruh oleh pandemi.
" Kami melihat peningkatan tingkat penularan di semua kelompok umur," katanya.
Dia juga mengatakan sekitar 5,2 juta kasus dilaporkan minggu lalu. Ini merupakan peningkatan mingguan tertinggi sejak dimulainya pandemi.
" Kami melihat sedikit perubahan usia di beberapa negara, didorong oleh percampuran sosial," kata dia, dikutip dari Channel News Asia.
Advertisement
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah
UU BUMN 2025 Perkuat Transparansi dan Efisiensi Tata Kelola, Tegas Anggia Erma Rini
Masa Tunggu Haji Dipercepat, dari 40 Tahun Jadi 26 Tahun
Viral Laundry Majapahit yang Bayarnya Hanya Rp2000
NCII, Komunitas Warga Nigeria di Indonesia
Azizah Salsha di Usia 22 Tahun: Keinginanku Adalah Mencari Ketenangan
Benarkah Gaji Pensiunan PNS Naik Bulan Ini? Begini Penjelasan Resminya!
Timnas Padel Indonesia Wanita Cetak Sejarah Lolos ke 8 Besar FIP Asia Cup 2025
Hore, PLN Berikan Diskon Tambah Daya Listrik 50% Hingga 30 Oktober 2025
Cara Cek Penerima Bansos BLT Oktober-November 2025 Rp900 Ribu
Potret Luna Maya dan Cinta Laura Jadi Artis Bollywood, Hits Banget!