Dream - Sebuah rumah di Kampung Cisurupan, Kelurahan Citeureup, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi, Jawa Barat mendadak jadi sorotan karena menampung banyak penghuni di dalamnya.
Rumah milik Sri Aminah ini diketahui dihuni oleh 18 Kepala Keluarga (KK) atau 46 orang. Akses menuju rumah ini terbilang sangat sempit yang cukup untuk pejalan kaki saja sehingga kendaraan bermotor harus bergantian melintas.
Rumah seluas sekitar 70 meter persegi itu terdiri dari dua lantai. Kondisi bangunannya pun sederhana dengan dua pintu masuk di bagian depan dan samping.
Ruangan di dalam rumah itu terlihat telah dibagi menjadi beberapa sekat untuk memisahkan setiap anggota keluarga.
Selain itu terdapat satu kamar tidur yang berada di lantai dua rumah. Adapun kamar mandi, berada di bagian belakang dengan lebar sekitar 1x1,5 meter.
Di dalamnya tak ada bak penampung air, hanya ada kloset kecil serta galon bekas untuk menampung air. Sri Aminah mengatakan rumah tersebut sudah ada sejak ayah dan suaminya masih hidup sekitar tahun 1982. Kini, hunian itu ditempati adik, anak, hingga cucu Sri.
" Sudah sejak dulu tinggal di sini. Ya memang begini kondisinya. Ada yang di atas dan kamar. Kalau saya tidur ngampar di ruang tengah," ujar Sri, dilansir dari Ayo Bandung, Selasa 9 Juli 2024.
Sri menjelaskan, tempat tinggalnya memang tak pernah direnovasi sejak berdiri. Langit-langit rumah nampak telah lapuk sehingga ditutup kain agar menahan panas dan debu.
Kondisi ini tak jarang membuat air masuk ke dalam rumah karena atapnya bocor. Agar bisa muat, beberapa ruang yang disekat ditempati oleh empat hingga lima anggota keluarga.
" Karena rumah sudah tua iya suka bocor. Ingin direnovasi tapi gak ada uang," papar Sri.
Kebutuhan air bersih untuk mandi dan minum pun di dapat dari sumber air bersih yang disediakan RW.
Karena lokasinya jauh, dirinya mengangkut air memakai jerigen dan galon bekas. Kondisi ini terpaksa dijalankan karena kendala ekonomi sehingga tak mampu membeli pipa dan membuat bak mandi.
" Iya ngangkut air pakai galon. Cuma mesti bayar. Jadi mending angkut pakai galon karena gak ada uang beli pipa," tandasnya.
Lurah Citeureup Rusli mengatakan, dari 18 KK di rumah itu, kini hanya ditinggali oleh 14 KK atau 36 jiwa. Sedangkan 4 KK sisanya pindah ke tempat lain.
" Betul secara administratif ada 18 KK, tapi yang menempati tinggal 14 KK, sisinya 4 KK ngontrak di tempat lain, tapi alamatnya masih di sini. Jadi 14 KK atau 36 jiwa ini masih tinggal di sini dengan kondisi rumah disekat," ujar Rusli.