Dream – Ikhlas merupakan kata yang mudah diucapkan namun butuh kekuatan untuk menjalankannya.
Kata Ikhlas mengacu pada keadaan murni atau suci dalam melakukan suatu amal atau ibadah semata-mata untuk mencari keridhaan Allah SWT tanpa ada motif atau tujuan lain.
Ikhlas juga berarti tulus, jujur, dan tawakal dalam beribadah, tanpa mengharapkan pujian atau imbalan dari manusia.
Ikhlas dalam amal ibadah adalah kunci untuk diterimanya amal tersebut di hadapan Allah SWT.
Dalam Islam, beramal harus dilakukan dengan niat yang ikhlas karena Allah SWT semata. Bahkan dalam tingkatan religiusitas yang sudah tinggi, melakukan ibadah hanya untuk mengharap ridho Allah tanpa mengharap pahala apapun.
Beberapa muslim berkeyakinan mengharapkan pahala hanya menjadikan ibadah sebagai nilai tukar antara hamba dengan Allah SWT.
Sayyid Abdullah bin Alawi al-Haddad dalam Kitabnya Nafaisul Uluwiyyah fi al-Masail al-Sufiyyah menyebutkan bahwa sebagian ahli tasawuf menyatakan tentang rendahnya kualitas seseorang yang beramal karena mengharap pahala atau takut siksa.
Pernyataan tersebut tentu membuat banyak orang awam kebingungan. Faktanya sebagian besar manusia beribadah karena motif pahala dan dosa.
Hal ini juga merupakan janji Allah dalam Al-Quran.
" Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan yang beramal saleh, (bahwa) untuk mereka ampunan dan pahala yang besar."
(QS al-Maidah 9)
Namun demikian benarkah demikian? Apakah ikhlas beramal berarti tidak mengharap pahala?
Untuk mengetahui jawabannya, mari simak selengkapnya berikut ini!
Terdapat banyak definisi ikhlas menurut pendapat para ulama. Salah satu pendapat ulama menyebut bahwa ikhlas adalah memurnikan tujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Ada pula definisi yang menyatakan bahwa ikhlas adalah mengesakan Allah dalam beribadah kepada-Nya. Ikhlas juga berarti membersihkan diri dari keinginan pamrih kepada manusia. Landasan niat yang ikhlas adalah memurnikan niat hanya karena Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Meskipun beribadah dilakukan dengan niat hanya mengharap ridho Allah, namun tidak ada salahnya jika kita mengharapkan pahala dari-Nya. Dengan beribadah dan beramal, kita berharap dijauhkan dari neraka, dimasukkan surga, dan mengharap kebaikan dari Allah. Semua harapan ini tidak bertentangan dengan mencari ridho Allah SWT.
Semua harapan baik tersebut merupakan bentuk dari keridhoaan Allah SWT. Sebab pahala akan kita dapatkan apabila Allah meridhoi ibadah kita.
Masih dalam Kitab Nafaisul Uluwiyyah fi al-Masail al-Sufiyyah, Sayyid Abdullah al-Haddad memberikan tanggapannya sebagai berikut:
" Sesungguhnya beramal karena mengharapkan pahala adalah perbuatan terpuji, usaha yang penuh barakah dan menguntungkan. Orang-orang salaf dan khalaf (masyarakat dulu dan sekarang) dari kalangan mukminin yang saleh, beramal juga dengan berpengharapan seperti itu. Manusia sesungguhnya diciptakan dalam keadaan lemah dan fakir; ia membutuhkan karunia Tuhannya Yang Maha Kaya."
Karena itulah banyak ditemukan ayat-ayat yang menggambarkan tentang surga dan neraka. Surga diperuntukkan bagi orang-orang yang berakhlak mulia dan senantiasa menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Sedangkan neraka diperuntukkan bagi mereka yang berbuat kezaliman, kejahatan, melanggar syariat, dan segala jenis kejahatan lainnya.
Tentu yang diharapkan dari amal ibadah adalah balasan baik dari Allah dan tentu yang ditakutkan adalah murka dan siksa Allah.
Beribadah dan beramal tanpa mengharapkan pahala atau hanya karena takut akan siksa Allah memang sering diutarakan oleh kalangan sufi.
Tentu saja banyak makna dan alasan utama di balik pendapat kalangan sufi tersebut.
Inilah mengapa Sayyid Abdullah bin Alawi al-Haddad tidak bermaksud menyalahkan pernyataan kalangan sufi sebagaimana disebutkan di atas.
Sayyid Abdullah bin Alawi al-Haddad justru memberikan penjelasan apa yang sebenarnya mereka (kalangan sufi) maksudkan sebagai berikut:
" Ucapan itu mengandung maksud sebagai peringatan bahwa sesungguhnya beramal karena semata-mata ingin melaksanakan perintah Allah lebih utama daripada karena berharap mendapatkan pahala dan takut terkena siksa. Begitulah masalahnya."
Artinya, beribadah dan beramal semata-mata karena Allah itu lebih mulia daripada hanya mengharapkan pahala atau takut siksa. Pendapat kalangan sufi ini berdasarkan logika yang masuk akal.
Jika seseorang beramal karena dijanjikan mendapatkan sesuatu, maka jika Allah tidak menjanjikan apapun, maka orang tersebut tidak akan beramal.
Demikian pula apabila seseorang beramal hanya karena takut ancaman atau siksa, maka ketika ancaman itu tidak ada, maka ia tidak beribadah dan beramal.
Advertisement
Momen Haru Sopir Ojol Nangis dapat Orderan dari Singapura untuk Dibagikan
Siswa Belajar Online karena Demo, Saat Diminta Live Location Ada yang Sudah di Semeru
Cetak Sejarah Baru! 'Dynamite' BTS Jadi Lagu Asia Pertama Tembus 2 Miliar di Spotify dan YouTube
Komunitas Warga Indonesia di Amerika Tunjukkan Kepedulian Lewat `Amerika Bergerak`
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas