Dwi Hartanto. (Foto: Merdeka.com)
Dream – Nama Dwi Hartanto belakangan ini ramai menjadi sorotan publik. Terutama setelah Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) untuk Belanda mencabut penghargaan yang diberikan kepada Dwi.
Ada apa gerangan?
“ Menetapkan Keputusan Kepala Perwakilan tentang Pencabutan Keputusan Kepala Perwakilan Republik Indonesia untuk Kerajaan Belanda Nomor SK/023/KEPRI/VIII/2017 tentang Penghargaan kepada Dr. Ir. Dwi Hartanto,” kata Kepala Perwakilan Duta Besar, I Gusti Agung Wesaka Puja, dilansir dari laman resmi (KBRI) untuk Belanda, Minggu 8 Oktober 2017.
Wesaka mengatakan penghargaan yang diberikan kepada Dwi tak lagi berlaku. Kedutaan ini tak menjelaskan secara detail penyebabnya. Keputusan ini berlaku sejak 15 September 2017.
“ Setelah pemberian penghargaan kepada Dr. Ir. Dwi Hartanto terdapat dinamika dan perkembangan di luar praduga dan itikad baik,” kata dia.
Sebenarnya, ada apa?
Ternyata, ilmuwan Indonesia ini berbohong. Orang yang disebut-sebut sebagai “ penerus” B. J. Habibie mengaku bersalah karena memberikan informasi yang keliru dan tak segera memberikan klarifikasi sesegera mungkin setelah informasi bohong itu meluas. Hal ini disebabkan oleh beredarnya kabar tentang dirinya dan kompetensi yang dimiliki Dwi, terutama teknologi kedirgantaraan.
“ Saya mengakui kesalahan ini terjadi karena kekhilafan saya memberikan informasi yang tidak benar serta tidak melakukan koreksi, verifikasi, dan klarifikasi secara segera setelah informasi yang tidak benar tersebut meluas,” kata Dwi dilansir dari laman ppidelft.net.
Awalnya, dia mengaku lulusan Tokyo Institute of Technology di Jepang, namun rupanya dia merupakan lulusan Insitut Sains dan Teknologi AKPRIND Yogyakarta dan mengambil jurusan Program Teknik Informatika. Kemudian, Dwi melanjutkan pendidikan S-2 di TU Delft di fakulas teknik, matematika, dan ilmu komputer dan mengerjakan tesis yang berjudul Reliable Ground Segment Data Handling for Delfi n3Xt Satellite Mission.
“ Memang beririsan dengan sistem satelit, tapi bagian data telemetri dan ground segment networking platform,” kata dia.
Dwi juga mengklarifikasi dirinya bukanlah seorang asisten profesor di TU Delft dan post doctoral, melainkan mahasiswa doktor di TU Delft yang sedang menggarap disertasi berjudul Computer Social Based Anxiety in Virtual Reality Exposure Therapy.
“ Dengan demikian, posisi saya sebagai mahasiswa doktoral di TU Delft. Informasi mengenai posisi saya sebagai post doctoral apalagi assistant professor di TU Delft adalah tidak benar,” kata dia.
Advertisement
Influencer Fitness Meninggal Dunia Setelah Konsumsi 10.000 Kalori per Hari

Raih Rekor Dunia Guinness, Robot Ini Bisa Jalan 106 Km Selama 3 Hari

Sensasi Unik Nikmati Rempeyek Yutuk Camilan Khas Pesisir Kebumen-Cilacap

5 Destinasi Wisata di Banda Neira, Kombinasi Sejarah dan Keindahan Alam Memukau

Habib Husein Jafar Bagikan Momen Saat Jenguk Onad di Panti Rehabilitasi


Toyota Rehabilitasi Toilet di Desa Wisata Sasak Ende, Cara Bangunnya Seperti Menyusun Lego
Tampil Cantik di Dream Day Ramadan Fest Bersama Beauty Class VIVA Cosmetics

Mahasiswa UNS Korban Bencana Sumatera Bakal Dapat Keringanan UKT

Makin Sat Set! Naik LRT Jakarta Kini Bisa Bayar Pakai QRIS Tap

Akses Ancol Ditutup karena Banjir Rob Masuki Puncak, Warga Jakarta Utara Diminta Waspada

Influencer Fitness Meninggal Dunia Setelah Konsumsi 10.000 Kalori per Hari

Raih Rekor Dunia Guinness, Robot Ini Bisa Jalan 106 Km Selama 3 Hari

Sensasi Unik Nikmati Rempeyek Yutuk Camilan Khas Pesisir Kebumen-Cilacap