Ini yang Terjadi Jika Komet Terbesar Menghantam Bumi, Kiamat?

Reporter : Puri Yuanita
Minggu, 7 Agustus 2016 18:01
Ini yang Terjadi Jika Komet Terbesar Menghantam Bumi, Kiamat?
Astronom Brian Marsden di Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics meramalkan bahwa komet Swift-Tuttle bisa bertabrakan dengan Bumi pada 2126.

Dream - Di kisah-kisah romantis bintang jatuh selalu dikaitkan dengan harapan-harapan indah. Tapi fenomena langit ini juga pengingat bahwa Bumi tidak sendirian di ruang angkasa. Beberapa benda kosmik justru bisa membahayakan kelangsungan Planet Bumi.

Hujan meteor Perseid, yang muncul setiap tahun pada pertengahan Agustus, terjadi ketika Bumi melewati jejak puing yang ditinggalkan oleh Komet Swift-Tuttle.

Pada tahun 1973, berdasarkan perhitungan tentang pengamatan orbit komet secara terbatas, astronom Brian Marsden di Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics meramalkan, komet Swift-Tuttle bisa bertabrakan dengan Bumi pada 2126.

Prediksi bencana itu kemudian ditarik kembali dari publik. Terlepas dari masalah itu, sebagian orang masih penasaran dengan apa yang akan terjadi jika Komet Swift-Tuttle membentur planet kita.

" Kita harus meluruskan bahwa itu tidak akan terjadi," kata Donald Yeomans, seorang ilmuwan riset senior di NASA dan penulis 'Near-Earth Objects: Finding Them Before They Find Us', kepada Live Science.

Ketika Swift-Tuttle terakhir terlihat pada tahun 1992, Yeomans adalah salah satu di antara ilmuwan yang memproduksi model gerak komet versi revisi. Dia membuat perhitungan yang rumit untuk memperhitungkan efek gravitasi matahari dan planet-planet di orbit Komet Swift-Tuttle ini.

Penampakan tahun 1992, bersama dengan data dari tahun 1862 dan 1737, memberikan Yeomans informasi yang cukup untuk mengesampingkan kemungkinan terjadi tabrakan pada tahun 2126. Meski begitu, Komet Swift-Tuttle bukan lah batu luar angkasa biasa.

Komet Swift-Tuttle adalah 'salah satu objek angkasa terbesar' yang jalurnya dilewati Bumi, kata Yeomans.

Ukuran diameter objek kosmis tersebut sekitar 16 mil (26 kilometer), dan ketika melintas dekat dengan Bumi, kira-kira setiap 130 tahun, meluncur melalui ruang dengan kecepatan sekitar 36 mil per detik (58 km per detik), atau lebih dari 150 kali kecepatan suara.

Jika komet itu menabrak Bumi, dampak energinya sekitar 300 kali dari tabrakan asteroid yang diperkirakan telah menyebabkan kepunahan Era Cretaceous-Tertiary yang membunuh dinosaurus sekitar 65 juta tahun yang lalu, menurut Yeomans. " Ini akan menjadi hari yang sangat buruk bagi Bumi," katanya.

Tapi ukuran sebuah komet atau asteroid bukan satu-satunya hal yang perlu dipertimbangkan, kata Gerta Keller, seorang geoscientist di Princeton University.

Sebuah hantaman komet di darat maupun di laut dangkal akan 'lebih destruktif' secara regional. " Tetapi kerusakan nyata dan global kemungkinan akan berasal dari gas yang masuk ke stratosfer, bagian dari atmosfer Bumi di mana lapisan ozon berada," kata Keller Live Science.

" Sulfur dioksida awalnya akan menyebabkan pendinginan, dan kemudian karbon dioksida akan mengakibatkan pemanasan jangka panjang," tambahnya.

Peristiwa tabrakan seperti ini kemungkinan akan menyebabkan iklim planet berubah secara drastis, yang mengarah ke kepunahan massal di seluruh dunia.

Tapi Keller juga menunjukkan bahwa sebagian besar permukaan Bumi ditutupi lautan. Dampak di laut dalam bisa memicu gempa bumi dan tsunami, namun berdasarkan apa yang para ilmuwan ketahui tentang efek dari letusan gunung berapi bawah laut, efek atmosfer kemungkinan akan diminimalisir oleh laut, katanya.

Dalam hal ini, Keller mengatakan bahwa tidak mungkin komet yang bertabrakan dengan Bumi akan menyebabkan kepunahan massal.

Para ilmuwan menghitung bahwa jarak terdekat berikutnya dari Komet Swift-Tuttle ke Bumi akan terjadi pada 5 Agustus 2126. Saat itu, Swift-Tuttle akan melintas sekitar 14 juta mil, atau 23 juta km, atau sekitar 60 kali jarak dari Bumi ke Bulan, kata Yeomans.

(Ism, Sumber: livescience.com)

Beri Komentar