Ilustrasi (Foto: Shutterstock.com)
Dream - Peristiwa Isra Miraj merupakan pengalaman spiritual sangat berharga bagi Rasulullah Muhammad SAW. Dalam waktu kurang dari semalam suntuk, Rasulullah berpindah dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha dan menuju Sidratul Muntaha untuk menerima perintah sholat dari Allah SWT.
Dalam perjalanan menuju Sidratul Muntaha, Rasulullah melihat banyak sekali kejadian. Ada yang sifatnya menggembirakan, ada pula yang menyedihkan.
Rupanya, peristiwa yang dijumpai Rasulullah ketika menuju Sidratul Muntaha merupakan gambaran masa depan. Semua berkaitan dengan umat Rasulullah.
Dikutip dari Islami.co, Syeikh Najmudin Al Ghaithi dalam kitab Dardir Miraj menjelaskan ada delapan golongan orang yang disaksikan Rasulullah sepanjang dalam Isra Miraj.
Golongan pertama yaitu orang yang gemar bersedekah. Rasulullah melihat mereka memanen tanamannya yang baru saja ditanam.
Ketika dipanen, tanaman itu tumbuh kembali hingga hasil panennya berlimpah. Itu adalah gambaran orang-orang yang rajin bersedekah dan berinfak di jalan Allah.
Golongan kedua yaitu orang-orang yang berpegang teguh pada agama Allah. Rasulullah mencium bau harum lalu bertanya kepada Malaikat Jibril dari mana sumbernya.
Malaikat Jibril menjawab bau harum tersebut berasal dari keluarga Masyitah yang dimasak hidup-hidup oleh Firaun. Sebabnya, keluarga itu teguh memegang keyakinan dengan menolak mengakui Firaun sebagai tuhan.
Golongan ketiga yaitu pemalas menjalankan sholat fardhu. Ketika itu, Rasulullah menyaksikan orang-orang dengan kepala pecah.
Kepala orang-orang itu kembali utuh, lalu pecah lagi dan terus berulang. Rasulullah bertanya kepada Malaikat Jibril apa yang terjadi pada orang-orang itu.
Malaikat Jibril menjawab mereka adalah gambaran orang-orang yang malas mengerjakan sholat fardhu.
Golongan keempat yaitu orang yang enggan bersedekah. Mereka digambarkan dengan sekelompok orang yang memakan dhari atau pohon kering berduri, zaqqum yaitu tumbuhan dengan rasa pahit, serta batu panas.
Golongan kelima, para pezina yang lebih memilih wanita lain daripada istrinya. Mereka digambarkan memegang daging empuk dan daging busuk, namun lebih memilih makan dagung busuk.
Golongan keenam yaitu para perampok. Rasulullah melihat golongan ini seperti kayu di tengah jalan yang membakar orang-orang yang melewatinya.
Golongan ketujuh yaitu para pemakan riba. Golongan ini digambarkan seperti orang berenang di sungai darah.
Golongan kedelapan adalah mereka yang rakus jabatan. Mereka ditampakkan di hadapan Rasulullah sebagai orang-orang yang memikul kayu bakar di pundaknya dan terus menerus menambah kayu meski sebenarnya tidak kuat memikulnya.
Golongan kesembilan adalah pendakwah yang tidak mengamalkan ucapannya. Di hadapan Rasulullah, mereka ditampakkan sebagai orang-orang yang lidahnya dipotong dengan gunting besi.
Golongan kesepuluh adalah mereka yang suka mengumpat. Mereka digambarkan sebagai sekelompok orang berkuku panjang yang terbuat dari tembaga dan mengunakan kuku itu untuk mencakar muka sendiri.
Sedangkan golongan kesebelas adalah para provokator yang digambarkan sebagai sapi besar keluar dari lubang kecil namun tidak bisa kembali lagi. Seperti itulah gambaran provokator, gemar membuat masalah namun tidak bisa menyelesaikannya.
(Sah, Sumber: Islami.co)
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Mahasiswa Sempat Touch Up di Tengah Demo, Tampilannya Slay Maksimal
Bentuk Roti Cokelat Picu Komentar Pedas di Medsos, Chef Sampai Revisi Bentuknya
Peneliti Ungkap Pemicu Perempuan Sanggup Bicara 20 Ribu Kata Sehari?