Vaksin Covid19
Dream - Pemberian vaksinasi Covid-19 di Indonesia masih terus dilakukan. Hingga kini menurut Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir, sudah 26,9 juta masyarakat Indonesia. Diharapkan angkartersebut naik secara signifikan.
Erick mengakui bahwa jumlah vaksinasi Covid-19 di Indonesia masih kurang jika dibandingkan dengan China dan Amerika Serikat. Namun perlu diketahui, Indonesia menjadi salah satu negara di Asia Tenggara dengan capaian vaksinasi tertinggi.
" Kalau kita lihat perbandingan kita dengan vaksinasi daripada negara besar lain seperti China, Amerika, kita masih di bawah. Ini yang harus kita tingkatkan. Karena kita tahu, dengan vaksinasi justru ini membantu kita mencegah daripada penularan, mencegah dari kematian, dan yang terpenting juga untuk ekonominya sendiri," kata Erick saat menyambut kedatangan vaksin Covid-19 Tahap ke-14 ditayangkan di Youtube Sekretariat Presiden.
Ia menekankan bahwa pemerintah berkomitmen untuk meningkatkan jumlah vaksinasi di Indonesia. Hingga kini, total ada 92,9 juta dosis vaksin Covid-19 yang sudah tiba di Indonesia.
Erick meyakini percepatan vaksinasi dapat mencegah pengurangan tenaga kerja dan mempercepat pemulihan ekonomi nasional yang terpuruk akibat pandemi Covid-19. Hanya saja, dia mengingatkan masyarakat untuk tetap disiplin protokol kesehatan meski telah divaksin.
" Vaksinasi game changer tetapi vaksinasi tanpa didukung oleh protokol kesehatan oleh masyarakat ini menjadi sesuatu yang tidak bisa sustainability atau berkelanjutan," ujarnya.
Dia pun mengajak masyarakat Indonesia bersama-sama mensukseskan program vaksinasi Covid-19. Dengan begitu, ekonomi nasional yang sempat terkontraksi dapat tumbuh positif kembali.
" Saya berharap dengan kerja keras pemerintah kami berharap rakyat Indonesia juga bisa bergotong-royong. Kita berharap juga dengan tadi percepatan vaksinasi ini kita mengharapkan Indonesia secara ekonomi bisa tumbuh lagi," ujar dia.
Laporan Lizsa Egeham/ Liputan6.com
Dream - Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah memvalidasi vaksin Sinovac-CoronaVac Covid-19 dalam Daftar Penggunaan Darurat (Emergency Use Listing/EUL). Vaksin ini telah digunakan di sejumlah negara untuk menangani Covid-19, termasuk di Indonesia.
Keputusan ini diumumkan WHO lewat laman resminya, who.int pada Selasa, 1 Juni 2021. Hal ini menjadi lampu hijau penggunaan vaksin Sinovac dalam skema kerja sama global Fasilitas Covax untuk memenuhi kebutuhan negara-negara miskin akan vaksin.
" Dunia sangat membutuhkan beberapa vaksin Covid-19 untuk mengatasi kesenjangan akses yang sangat besar di seluruh dunia," ujar Asisten Direktur Jenderal WHO untuk Akses ke Produk Kesehatan, Dr Mariangela Simao.
Dia mendesak para produsen vaksin untuk bergabung dalam skema Fasilitas Covax. Sehingga dapat berbagi pengetahuan dan data mengenai pembuatan vaksinnya masing-masing.
" Serta berkontribusi menjadikan pandemi dapat dikendalikan," kata Simao.
EUL WHO adalah prasyarat untuk pasokan vaksin Fasilitas Covax dan pengadaan internasional. Ini juga memungkinkan setiap negara untuk mempercepat persetujuan peraturan mereka sendiri dalam mengimpor dan mengelola vaksin Covid-19.
EUL menilai kualitas, keamanan, dan kemanjuran vaksin Covid-19, serta rencana manajemen risiko dan kesesuaian program, seperti persyaratan rantai dingin (cold chain). Penilaian dilakukan oleh grup evaluasi produk, yang terdiri dari ahli regulasi dari seluruh dunia dan Technical Advisory Group (TAG).
Tim bertugas melakukan penilaian risiko-manfaat untuk rekomendasi independen tentang apakah suatu vaksin dapat didaftarkan untuk penggunaan darurat. Dalam kasus vaksin Sinovac-CoronaVac, penilaian WHO termasuk hasil inspeksi di tempat fasilitas produksi.
Produk Sinovac-CoronaVac adalah vaksin yang dibuat dari virus tidak aktif. Persyaratan penyimpanannya yang mudah membuatnya sangat mudah dan sangat cocok untuk pengaturan sumber daya rendah.
Kelompok Ahli Penasihat Strategis WHO tentang Imunisasi (SAGE) juga telah menyelesaikan tinjauan mereka terhadap vaksin Sinovac. Berdasarkan bukti yang ada, WHO merekomendasikan vaksin untuk digunakan pada orang dewasa berusia 18 tahun ke atas.
WHO juga merekomendasikan penggunaan dua dosis vaksin dengan jarak dua hingga empat pekan. Hasil efikasi menunjukkan vaksin Sinovac mencegah penyakit simtomatik pada 51 persen dan mencegah Covid-19 yang parah dan rawat inap pada 100 persen dari populasi yang diteliti.
Beberapa orang dewasa yang lebih tua (lebih dari 60 tahun atau lanjut usia/lansia) terdaftar dalam uji klinis, sehingga kemanjuran tidak dapat diperkirakan pada kelompok usia ini. Namun demikian, WHO tidak merekomendasikan batas usia atas untuk vaksin ini.
Ini karena data yang dikumpulkan selama penggunaan berikutnya di banyak negara dan data imunogenisitas yang mendukung menunjukkan vaksin tersebut kemungkinan memiliki efek samping pada lansoia. Tidak ada alasan untuk percaya bahwa vaksin memiliki profil keamanan yang berbeda pada populasi yang lebih tua dan yang lebih muda.
WHO merekomendasikan negara-negara yang menggunakan vaksin pada kelompok usia yang lebih tua melakukan pemantauan keamanan dan efektivitas untuk memverifikasi dampak yang diharapkan dan berkontribusi membuat rekomendasi lebih kuat untuk semua negara.
Saat ini. vaksin yang sudah masuk daftar penggunaan darurat WHO yaitu Pfizer/BioNTech, AstraZeneca-SK Bio, Serum Institute of India, AstraZeneca EU, Janssen, Moderna, dan Sinopharm. Vaksin Sinovac kini masuk dalam urutan berikutnya.