Ilustrasi Penjaga Pantai Di Gaza
Dream - Di dunia yang jauh dari kemewahan dan glamor macam film 'Baywatch', penjaga pantai atau lifeguard asal Gaza tak pernah lelah melakukan tugasnya meski kotanya sedang diamuk perang.
" Saya hanya mencintai dua hal dalam hidup saya: pekerjaan penyelamatan dan orang-orang," kata Mohammad Bar, 21 tahun, dengan mata menyusuri cakrawala dari menara pengawas.
" Saya memiliki banyak kenangan indah bersama laut. Laut adalah seluruh hidup saya. Itu adalah teman, saudara, keluarga dan segalanya bagi saya."
Berbekal peluit dan flippers, dia terus menatap cakrawala saat sekelompok anak muda berenang di antara gelombang.
Berharap kehidupan pantai kembali normal, tapi selama perang tujuh minggu, Bar masih setia bekerja sebagai satu-satunya penjaga pantai di kala gencatan senjata berlangsung.
Di menara pengawas reyot yang terbuat dari kayu, Bar menggantungkan pelampung miliknya dengan tulisan 'Baywatch' di atasnya. Bar sendiri mengaku belum pernah menonton serial tersebut.
Bar suka jet ski, katanya, tetapi blokade delapan tahun Israel terhadap Gaza dan kurangnya uang membuatnya harus menahan diri.
" Laut adalah satu-satunya tempat di Gaza di mana orang bisa bernapas. Kami berada dalam penjara besar," katanya.
Gaji Bar yang hanya US$255 belum dibayar selama tiga bulan karena Hamas, sebagai penguasa Gaza, telah kehabisan uang tunai. Bantuan dari Mesir sudah dihentikan setelah rezim baru di sana menghancurkan terowongan-terowongan yang biasa digunakan untuk menyelundupkan uang.
" Dalam situasi yang normal harus ada tujuh penjaga tapi sekarang aku satu-satunya yang tersisa," katanya.
" Mereka tidak bisa datang karena situasi keamanan. Perang membuat orang takut." Rata-rata, ia menyelamatkan orang 3-5 kali dalam seminggu. Penyelamatan terakhirnya hanya beberapa hari yang lalu.
Bar menjadi penjaga pantai ketika ia berusia 16 setelah menyaksikan tetangganya, Nasser, tenggelam di laut. Dia bersumpah hal itu tidak akan pernah terjadi lagi.
Tapi tak ada yang bisa dilakukan Bar untuk menghentikan perang.
Rumahnya di Zeitun di tenggara Kota Gaza hancur dalam pertempuran dan kini dia tinggal di rumah pamannya. Bar terpaksa berhenti mengajar renang yang biasa dilakukannya setiap tiga pagi seminggu.
Lebih dari 2.140 warga Palestina terbunuh selama 50 hari perang di Gaza yang berakhir pada hari Selasa ketika gencatan senjata jangka panjang mulai berlaku. Sekitar 11.000 orang terluka dan lebih dari setengah juta menjadi pengungsi, sementara ratusan rumah hancur total.
Advertisement
Jadi Pahlawan Lingkungan Bersama Trash Hero Indonesia
10 Brand Kosmetik Paling Ramah Muslim di Dunia, Wardah Nomor Satu
KAJI, Komunitas Bagi Para Alumni Mahasiswa Indonesia di Jepang
4 Komunitas Seru di Depok, Membaca Hingga Pelestarian Budaya Lokal
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah
Azizah Salsha di Usia 22 Tahun: Keinginanku Adalah Mencari Ketenangan
Benarkah Gaji Pensiunan PNS Naik Bulan Ini? Begini Penjelasan Resminya!
Timnas Padel Indonesia Wanita Cetak Sejarah Lolos ke 8 Besar FIP Asia Cup 2025
Hore, PLN Berikan Diskon Tambah Daya Listrik 50% Hingga 30 Oktober 2025
AMSI Ungkap Ancaman Besar Artificial Intelligence Pada Eksistensi Media
10 Brand Kosmetik Paling Ramah Muslim di Dunia, Wardah Nomor Satu