Dream - Perceraian mulai menjadi salah satu permasalahan serius keluarga di Indonesia. Pasalnya, menurut Kepala Subdirektorat Bina Keluarga Sakinah kementerian agama (Kemenag) Agus Suryo Suripto, satu dari empat keluarga di Indonesia, berakhir dengan perceraian.
Agus juga menyampaikan bahwa mayoritas penggugat adalah dari pihak perempuan. Dan perempuan yang menggugat perceraian kebanyakan adalah yang mapan secara ekonomi.
Agus menjelaskan, perceraian terjadi dengan berbagai penyebab. Dan lima penyebab utama dari perceraian adalah, disharmonis, ekonomi, gangguang pihak lain, moral, dan faktor lain.
Penyebab pertama yakni disharmonis dapat berkaitan dengan keempat penyebab lainnya. Disharmonis merujuk pada pertengkaran dalam rumah tangga.
“Disharmonis itu kalau boleh saya mengatakan, itu sebagai bahasa halus dari pertengkaran rumah tangga," ujarnya.
Pertengkaran ini dapat terjadi akibat berbagai alasan seperti faktor ekonomi, gangguan pihak ketiga, masalah moral seperti kebiasaan berjudi atau mabuk-mabukan, dan faktor lainnya.
“Terjadi cekcok sehingga berakhir di Pengadilan Agama,” ucap Agus.
Selain perceraian, masalah keluarga yang dihadapi Indonesia saat ini adalah perkawinan anak. Agus menjelaskan, Indonesia adalah negara dengan tingkat perkawinan anak tertinggi kedua di Asia Tenggara.
Perkawinan anak menghasilkan masalah keluarga Indonesia yang ketiga yaitu stunting.
“Masalah keluarga yang ketiga adalah efek dari perkawinan anak. Apa itu? Stunting. Sekarang kita sedang menghadapi masalah serius karena berdasarkan Perpres No. 72 tahun 2021, kita harus berada di 14 persen. Saat ini masih ada di angka 21 persen.”
Stunting adalah kondisi di mana pertumbuhan anak terganggu akibat kekurangan nutrisi dalam jangka waktu yang lama. Bertubuh pendek merupakan salah satu indikasi dari anak dengan kondisi stunting.
Hingga saat ini, balita di Indonesia masih banyak yang mengalami stunting. Kondisi ini bisa disebabkan oleh banyak aspek, mulai dari aspek pendidikan hingga ekonomi.
Stunting sangat penting untuk dicegah. Pasalnya, dampak stunting sulit untuk diperbaiki dan dapat merugikan masa depan anak.
Selain ditandai dengan bertubuh pendek atau kerdil, stunting juga ditandai dengan terganggunya perkembangan otak atau kemampuan kognitif anak.
Advertisement
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN
Trik Wajah Glowing dengan Bahan yang Ada di Dapur