Kengerian Pintu 13 di Stadion Kanjuruhan, Ini Cerita Pilu Wanita yang Selamat Namun Kehilangan Suami dan Anaknya

Reporter : Okti Nur Alifia
Rabu, 5 Oktober 2022 17:00
Kengerian Pintu 13 di Stadion Kanjuruhan, Ini Cerita Pilu Wanita yang Selamat Namun Kehilangan Suami dan Anaknya
Kondisi Stadion Kanjuruhan pun menjadi perhatian, salah satunya di pintu 13 yang disebut sebagai salah satu titik dengan korban paling banyak.

Dream -  Pintu 13 menjadi salah satu saksi bisu tragedi maut di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, pada Sabtu, 1 Oktober 2022. Empat hari sudah insiden mengerikan itu terjadi. 

Sepak bola yang tadinya adalah hiburan justru berujung kepergian 131 orang yang tutup usia. Ada banyak duka yang dirasakan seorang ibu, ayah, istri, suami, bahkan teman-teman yang kehilangan korban.

Laga Arema FC vs Persebaya itu menjadi sejarah kelam untuk dunia sepak bola. 

Kondisi Stadion Kanjuruhan pun menjadi perhatian, salah satunya di pintu 13 yang disebut sebagai salah satu titik dengan korban paling banyak. Tagar Kengerian di Pintu 13 pun sempat menjadi trending topic di Twitter.

Banyak video yang merekam peliknya ratusan manusia yang berdesak-desakan, terinjak-injak, hingga kehilangan nyawa saat melewati pintu 13. 

1 dari 3 halaman

Cerita Penonton yang Selamat

Saat terjadi penembakan gas air mata, pintu 13 digunakan suporter untuk keluar dari stadion. Namun diduga kondisinya yang terlalu kecil, membuat mereka tidak dapat keluar sehingga saling berhimpitan. 

Dikutip dari Bola.com, inilah kesaksian dari salah satu penonton yang berhasil selamat melewati pintu 13. Dia adalah Elmiati (33), warga Sumpil, Blimbing, Kota Malang.

Dia datang bersama sang suami yakni Rudi Harianto (34) dan putranya Virdy Prayoga yang baru berusia 3 tahun.

“ Waktu itu saya tidak ingat berapa kali tembakan gas air mata yang ke tribun. Saya duduk di bagian tengah di tribun 13," Elmiati mengisahkan.

Namun dia terpisah dengan suami dan anaknya saat akan keluar stadion.

" Lalu kami buru-buru keluar. Anak saya digendong suami ada didepan. Saat mau turun tangga keluar, kami terpisah,” lanjutnya.

2 dari 3 halaman

Selamat dari Maut

Saat itu pintu 13 sudah tidak terkunci, namun masih terasa sempit untuk kerumunan suporter yang hendak keluar. Sehingga ada lubang udara yang dijebol untuk akses keluar lain.

Elmi memilih untuk kembali ke tribun karena tak bisa menembus kerumunan, sembari menunggu asap gas air mata hilang.

Namun dia tetap harus menahan perih di bagian mata. Elmi pun tidak sendirian, dia bersama beberapa temannya. Elmi sempat ditolong seorang prajurit TNI.

“ Setelah agak reda, saya memilih keluar lewat pintu lain. Pintu yang mengarah ke dalam lapangan. Kebetulan waktu itu sudah dibuka. Kami sempat ditolong anggota TNI menyiram wajah dengan air untuk mengurangi efek gas air mata,” sambungnya.

3 dari 3 halaman

Suami dan Anak Meninggal Dunia

Beruntung, Elmi bisa lolos dari tribun. Pemandangan yang dilihatnya kala itu adalah korban yang sudah berjatuhan di area stadion. Namun Elmi tak mengetahui di mana keberadaan suami dan anaknya.

Kemudian temannya mengajaknya ke rumah sakit RSUD Kanjuruhan untuk melihat sang anak. Dan dia diantarkan ke kamar jenazah, di sinilah ia mengetahui sang anak sudah meninggal dunia.

" Kami jalan kaki dari stadion ke RSUD Kanjuruhan. Lalu saya lihat arahnya menuju kamar jenazah. Firasat saya sudah tidak enak dan tidak mau masuk. Tapi saya merasa kalau memang anak saya meninggal, ini jadi kesempatan terakhir saya untuk bertemu,” lanjutnya.

Begitu terpukul dirinya mengetahui putra kecilnya sudah tiada, namun dia kembali mendapat kabar duka, sang suami juga meninggal di rumah sakit yang berbeda. Yakni RS Wava Husada yang jaraknya kurang lebih 2 kilometer dari Stadion Kanjuruhan.

Beri Komentar