Khofifah Indar Parawansa, Menteri Berhijab di `Kabinet Kerja`

Reporter : Kusmiyati
Senin, 27 Oktober 2014 10:02
Khofifah Indar Parawansa, Menteri Berhijab di `Kabinet Kerja`
Khofifah mulai dikenal di panggung nasional. Pidatonya mengkritisi pemerintahan saat itu yang dianggap mengekang demokrasi dalam pemilu 1997 sehingga membuat sejumlah anggota MPR terperanjat.

Dream - Presiden Joko Widodo (Jokowi) akhirnya mengumumkan nama-nama menteri yang akan menemaninya selama lima tahun ke depan. Khofifah Indar Parawansa salah satunya, didaulat sebagai Menteri Sosial dalam Kabinet Kerja Jokowi dan Jusuf Kalla.

Pada Kabinet Indonesia Bersatu II era pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono 2009-2014, posisi ini dijabat Salim Segaf Al-Jufri. Khofifah lahir di Surabaya, 19 Mei 1965. Sejak muda, Khofifah aktif pada kegiatan sosial dan aktif di berbagai organisasi sosial kemasyarakatan.

Saat ini istri dari mendiang Indar Parawansa ini menjabat Ketua Umum Muslimat Nahdaltur Ulama (NU) dan pernah mencalonkan diri sebagai Gubernur Jawa Timur 2013.

Ibu dari Fatimah sang Mannagalli Parawansa, Jalaluddin Mannagalli Parawansa, Yusuf Mannagalli Parawansa dan Ali Mannagalli Parawansa ini, pernah menjabat Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, pada masa kepemimpinan Presiden Abdurahman Wahid dari 26 Oktober 1999 hingga 9 Agustus 2001.

Pada masa Orde Baru Khofifah mewakili Fraksi Persatuan Pembangunan dan pernah mengkritik Pemilu 1997. Karena saat itu, penuh dengan kecurangan saat Sidang Umum MPR 1998 digelar.

Pada sidang tersebut Khofifah mulai dikenal di panggung nasional. Pidatonya mengkritisi pemerintahan saat itu yang dianggap mengekang demokrasi dalam pemilu 1997, sehingga membuat sejumlah anggota MPR terperanjat.

Pidato Khofifah saat itu terbilang sangat monumental karena merupakan pidato kritis pertama terhadap Orde Baru di ajang resmi selevel Sidang Umum MPR.

Khofifah berbicara kritis. Dia mengkritik Pemilu 1997 yang penuh kecurangan. Perempuan cerdas itu melontarkan ide-ide demokratisasi. Dia juga berbicara lantang seperti para mahasiswa yang marak demonstrasi di jalan. Mungkin Khofifah masih terbawa oleh suasana sebagai mahasiswa.

Maklum, saat itu umurnya masih muda, 33 tahun. Pidato Khofifah memang sangat monumental. Para anggota MPR yang didominasi Fraksi Karya Pembangunan (Golkar), Fraksi ABRI, dan Fraksi Utusan Golongan terperanjat dengan pidato yang menohok jantung Orde Baru itu.

Soal pendidikan, Khofifah telah menyelesaikan pendidikan magister dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, Jakarta pada 1997. Sebelumnya ia telah menyelesaikan pendidikan S1 di dua universitas yaitu pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga, Surabaya (1991) dan Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah, Surabaya (1989).

Keaktifannya di organisasi sosial kemasyarakatan membuat wanita ini meraih berbagai prestasi. Yang cukup kuat dalam ingatan, Khofifah dikenal sebagai tokoh penggerak masyarakat yang pernah diperoleh dari Islamic fair of Indonesia tahun 2011/1433 H.

Khofifah juga aktif dalam layanannya lintas area. Misalnya ia pernah menyelenggarakan Training of Trainer bagi tokoh lintas agama dalam membangun perspektif multi-kultur dan harmoni kehidupan antar umat beragama di berbagai propinsi. Antara lain di kota Makassar - Sulawesi Selatan, Ternate - Maluku Utara dan Ambon - Maluku.

Sebagai ketua umum Muslimat NU ia juga pernah menyelenggarakan Training of Trainer bersama Badan nasional Penanggulangan terorisme dalam pembentukan Forum Koordinasi Penanggulangan Terorisme di beberapa propinsi. Antara lain di Jawa Tengah, Lampung, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan dan Riau.

Hampir semua daerah yang mengalami konflik sosial ia datangi. Termasuk saat terjadi konflik di Ambon, Sampang, Aceh, Ternate, Bitung, Sambas, dan lain-lain. Berbagai program multi-kultur tetap menjadi bagian dari nafas kehidupannya sebagai warga bangsa yang berbhinneka tunggal ika.

Tak hanya itu, alumni Unair ini memang rajin keliling ke berbagai daerah tertinggal, terluar dan terpencil untuk mengajarkan program kecakapan hidup. Secara keseluruhan lebih dari 79 kabupaten yang telah di kelilingi untuk menyemai program pemberdayaan ekonomi melalui program kecakapan hidup, hususnya bagi kelompok yang telah selesai mengikuti program pemberantasan buta aksara.

Sebagai ketua umum Pimpinan Pusat Muslimat NU, ia secara terus menerus menyerukan kepada warga Muslimat NU dan warga masyarakat pada umumnya, di berbagai tempat dan kesempatan agar menjaga lingkungan hidup dan terus menanam. Tugas itu dilakukan dalam rangka menjalankan komitmen pelaksanaan Millenium Development Goals.

Gerakan menanam pohon di lingkungan jaringan Muslimat NU se-Indonesia telah mencapai 1.8 juta pohon tahun 2003-2007. Karena itu, tahun 2011, Khofifah mendapat penghargaan dari Menteri Kehutanan atas kontribusinya mengggerakkan warga Muslimat NU menanam pohon.

Dalam hal pemberdayaan ekonomi perempuan, sejak tahun 1996 Khofifah memiliki komitmen untuk keliling propinsi mengajak perempuan/Muslimat NU agar segera membangun koperasi. Terhitung selama tahun 1996-1997, ia telah keliling ke 16 propinsi untuk memediasi pembentukan koperasi.

Hasilnya, tahun 2008, Muslimat NU telah berhasil membentuk Induk Koperasi, dan Khofifah sebagai inisiator Koperasi An-Nisa’ mendapatkan penghargaan dari Menteri Koperasi dan UKM. Penghargaan dari Kementerian Koperasi dan UKM juga diterima kembali pada tahun 2013.

Terpilihnya Khofifah disambut suka cinta oleh para staf Kementerian Sosial, menurut Karlina Irsalyana dan Yanie sebagai Humas Kemensos memiliki harapan penuh terhadap wanita ini.

" Alhamdulillah, selamat datang bu menteri. Kalau dari record kerjanya terdahulu, Insya Allah yakin dengan kinerjanya.Orangnya bersih dan tegas, kami semua siap menyambut dan semoga bu menteri langsung bersosialisasi dengan baik dan berharap semoga lebih baik ke depannya," ujar mereka. (Ism)

Beri Komentar