Sumber: Space.com
Dream - Dalam Islam, seorang musafir tidak diwajibkan puasa selama bulan suci Ramadan. Namun astronot Muslim Crew-6, Sultan Al-Neyadi, akan mencoba untuk tetap berpuasa, setidaknya sebagian dari perjalanan misinya.
Menurut laman Space.com, Al-Neyadi mengatakan, sebagai musafir dirinya memenuhi syarat untuk dibebaskan dari kewajiban berpuasa, sebagaimana perjalanan yang dilakukan selama enam bulan pertama ke Stasiun Ruang Angkasa Internasional yang pernah dilakukan oleh astronot Uni Emirat Arab (UEA).
“ Kami sebenarnya diizinkan untuk makan makanan yang cukup dan untuk mencegah peningkatan kekurangan makanan atau nutrisi atau hidrasi," katanya
Perjalanan ini akan dimulai paling cepat pada tanggal 26 Februar. Saat ia dan tiga astronot lainnya naik ke luar angkasa di dengan pesawat ulang alik Cew Dragaon yang didorong roket Falcon 9 SpaceX.
Al-Neyadi mengungkapkan, mungkin perlu menjaga jadwal makan yang relatif konsisten selama misinya. Sebab, ia tidak dapat melakukan aktivitas yang dapat membahayakan misi atau awak lainnya.
Al-Neyadi mengatakan, jika memungkinkan ia akan mencoba berpuasa selama beberapa hari
" Kita akan lihat bagaimana hasilnya," katanya dalam komentar yang disiarkan langsung dari NASA.Pusat Luar Angkasa Johnson di Houston.

Menjadi astronot jangka panjang Emirat pertama, kata Al-Neyadi, merupakan suatu keistimewaan baginya.
" Hak istimewa yang besar, namun itu juga merupakan tanggung jawab yang besar,” ungkapnya.
Dia merupakan orang ke dua Uni Emirat Arab yang terbang ke luar angkasa. Astronot pertama negeri itu adalah Hazza Al Mansouri, yang terbang ke ISS pada 2019.
Sementara itu, puasa di bulan Ramadan selama misi luar angkasa pernah terjadi sebelumnya, yaitu saat muslim pertama berada di luar angkasa.
Pangeran Sultan bin Salman Al-Saud dari Arab Saudi, meluncur ke luar angkasa pada hari terakhir Bulan Suci pada 17 Juni 1985, selama seminggu pesawat ulang-alik misi STS-51G.
Dalam otobiografi Al-Saud ‘7 Hari di Luar Angkasa’, disebutkan menjelang hari peluncuran Al-Saud makan sahur tradisional sebelum matahari terbit. Kemudian, ia berdoa di menara peluncuran sesaat sebelum menaiki pesawat ulang aliknya.
Setelah aman di luar angkasa dengan waktu luang terbatas, ia membaca Alquran dan berpuasa.
“ Sekarang saya merasa sangat lelah, mungkin karena kurang tidur, tidak berbobot dan kehilangan cairan tubuh," tulis dalam bukunya.

Al Saud sempat merasa dehidrasi saat satu jam sebelum waktu berbuka puasa. Namun kru lainnya tetap berada di dekatnya untuk mendukungnya sampai waktu berbuka.
Dalam otobiografi itu juga disebutkan, ketika Arab Saudi menyampaikan berita ke NASA bahwa bulan sabit terlihat dan Ramadan telah berakhir.
Momen itu berarti sudah masuk waktu berbuka puasa sekaligus mengawali hari raya umat islam.
Dalam bukunya, Al-Saud mengungkapkan perasaan gembiranya karena bisa menghabiskan Idul Fitri di luar angkasa.
Advertisement
Perlindungan Rambut Maksimal yang Ringan dan Praktis Lewat Ellips Hair Serum Ultra Treatment

Temukan Pengalaman Liburan Akhir Tahun yang Hangat di Archipelago Hotels

Kolaborasi Strategis KEC dan Archipelago Hadirkan Perusahaan Manajemen Hotel Baru di Madinah

Komunitas `Hutan Itu Indonesia` Ajak Anak Muda Jatuh Cinta Lagi pada Zamrud Khatulistiwa

Influencer Fitness Meninggal Dunia Setelah Konsumsi 10.000 Kalori per Hari
