Kisah Haru Para Hijaber

Reporter : Syahid Latif
Kamis, 15 Oktober 2015 19:29
Kisah Haru Para Hijaber
Mereka wanita biasa. Bersahaja. Menginspirasi banyak orang. Bisnis sukses di usia muda.

Dream - Nama gadis ini Prisila. Pegawai pada sebuah kantor kecamatan di Jakarta. Memakai hijab. Selalu tersenyum. Dan wajahnya seperti menghimpun semua jenis keteduhan. Pada subuh Jumat 2 Oktober itu, dia melaju dari Bogor. Dari kediaman orangtuanya di sana. Seperti hari yang sudah-sudah, ke ibukota menumpang kereta.

Hanya hari itu dia bergegas lebih subuh. Dan pada angkutan massal dengan suara bising itu, iman tetaplah harus ditegakkan. Prisila menuaikan shalat. Di sebuah gerbong kereta yang melaju kencang, yang pada subuh itu terlihat sedikit leluasa.

Turun pada sebuah stasiun di Jakarta, lalu meluncurlah dia ke Gandaria City. Itu sebuah pusat perbelanjaan raksasa di Jakarta Selatan. Di situ dia mengikuti final pemilihan Dreamgirls, yang digelar media ini. Sejumlah finalis sudah lebih dulu tiba. Beberapa lagi masih di perjalanan. Sesubuh itu, tentu saja suasana mall ini masihlah sunyi.

Dreamgirls adalah ajang tahunan Dream.co.id. Dan ini hajatan pertama. Yang dicari adalah wanita berhijab. Melek teknologi. Mampu menginspirasi banyak orang. Dan tentu saja memiliki pemahaman agama yang bisa menginspirasi banyak orang. Sejumlah kriteria itu disusun para juri yang terlibat dalam acara ini.

Prisila melaju ke final di Gandaria itu setelah sukses melewati sejumlah tahap. Para peserta lomba ini mendaftar secara online di Dream.co.id. Jumlah pendaftar seribu lebih. Setelah melewati berbagai penelusuran, di antaranya lewat akun media sosial para pendaftar, seratus lebih peserta dinyatakan lulus. Profil mereka kami tayangkan di Dream.co.id.

Para pembaca dan panitia kemudian memilih 50 orang. Mereka dipanggil ke Jakarta. Para peserta ini datang dari sejumlah daerah di Indonesia. Dari Aceh, Medan, Palembang, Pulau Jawa hingga Gorontalo di Sulawesi. Di Jakarta mereka mengikuti coaching clinic. Pembicara pada acara itu antara lain artis berhijab Zaskia Mecca dan dari sejumlah perusahaan mitra acara ini.

Hasilnya? Panitia memilih 30 orang. Merekalah yang bersama Priscila datang ke Gandaria City, Jumat subuh itu. Dari 30 peserta, dipilih 10 peserta tahap akhir. Priscila lolos ke putaran akhir itu. Dan di sanalah dia berdiri. Bersama sembilan finalis lain.

Lalu seisi hall itu mendadak sepi. Beberapa keluarga peserta terlihat menghela nafas. Berdebar menunggu. Siapa yang akan keluar sebagai juara. Kegaduhan gelak tawa tiba-tiba berubah menjadi sepi.

Di atas panggung, 10 wanita anggun berhijab menanti nasib. Berdiri di depan ratusan pasang mata. Bibir mereka terus bergerak. Memanjatkan doa demi sebuah kebaikan. Ketegangan jelas menyapu wajah mereka. Juga keluarga yang datang mengantar.

Lalu, dentuman musik berirama cepat menggema. Layar besar di atas panggung sudah menyala. Sesaat kemudian, suara lantang sang pembawa acara memecah kesunyian. " Juara satunya adalah...Prisila Rosa Malinda, selamat!"

Dan, pecahlah tangis hijaber berparas ayu itu. Air mata bahagia tak sanggup dibendung. Aura kebahagiaan membuncah. Kedua tangan menutup wajahnya.

Tak kuasa menahan kegembiraan. Sila, begitu gadis ini akrab disapa, langsung bersujud syukur. Lututnya tersungkur diatas panggung saat penobatan.

Tepuk tangan penonton panjang membahana. Semua bersorak. Sepuluh finalis lain ikut menghampir. Mereka terharu. Memeluk Sila dan mengucapkan selamat. " Alhamdulillah, Subhanallah, ini ngak disangka," tuturnya dengan bibir bergetar, saat mendapatkan ucapan selamat dari semua finalis.

*****

Sila memang pantas menjadi pemenang. Selain sebagai seorang pekerja yang tekun, dia juga taat beribadah. Di usia remaja, Sila bahkan sudah menjadi hafizah. 30 Juzz ayat Quran dihapalnya. Bersama pemenang kedua, Sila akan mengikuti perjalanan umroh dari salah satu sponsor acara ini Alisan.

Acara Dreamgirls ini sebetulnya gagasan divisi sales Kapanlagi Net, tempat di mana Dream.co.id menjadi bagian di dalamnya. Setelah melewati sejumlah rapat dengan redaksi, format acara ini lalu ditetapkan, termasuk kriteria dan para jurinya. Pada usia yang baru setahun, tentu saja menggelar acara seperti ini tidaklah mudah.

Dan mimpi besar ini tak semulus yang dikira, meski semua awak redaksi sudah bekerja keras. Eko Huda, Ketua Pelaksana Dreamgirls 2015, merasakan benar perjuangan menggelar acara sebesar ini. " Microsite belum ada, pengumuman akhirnya hanya mengandalkan email. Waktu itu masih hitungan jari yang melamar," kenang Eko. Para peserta masih bingung, lomba ini seperti apa wujudnya.

Beruntung 24 Agustus 2015 Microsite sudah muncul. Foto-foto dan profil peserta sudah ditayangkan. Bentuknya sudah kelihatan. Yang mendaftar berjubel. Ditutup pada 14 September, tak dinyana jumlah pendaftar sudah 1.172 orang. Mereka datang dari berbagai daerah di seluruh Indonesia." Dari lombok juga ada. Medan, Jambi, Palembang, dan memang paling banyak dari Jawa," kata Eko.

*****

Para Dreamgirls bukanlah selebritas. Bukan model yang melenggang di panggung. Juga bukan orang terkenal. Mereka adalah orang biasa, tapi bisa menginspirasi banyak orang dan menyimpan begitu banyak mimpi dalam hidupnya. " Mimpi tidak akan pernah tidur. And I am Hope. Allah pasti punya skenario terbaik untuk kehidupan kita," begitu kata Prisila soal kemenangannya itu.

Kisah mereka mengenakan hijab juga sungguh mengharukan. Dengarlah kisah Nindi. Salah seorang finalis yang tinggal di Tambun, Bekasi, Jawa Barat. Hidupnya sudah ditempa semenjak belia. Disiplin sudah ditanam ayah ibunya.

Nindi memang tak mengenakan hijab semenjak kecil. Keputusan menutup aurat ini datang lewat hidayah. Lewat perkawanan dengan seorang sahabat bisnisnya. Sang rekanan itulah yang memperkenalkannya pada hijab. Nindi kerap bertukar pikiran dan menimba pengetahuan tentang Islam dengan sang sahabat itu.

Mungkin saat itu, katanya, pintu hidayah dari Allah juga telah dibukakan. " Mulai saat itu aku merasa nyaman pakai baju yang serba menutup tubuh dan nggak mau kulepas lagi," kata Nindi.

Kisah yang sama juga datang dari Regita Kurniavi. Semenjak aktif dalam komunitas hijab, Gita bertekad memperbaiki kualitas ibadah. “ Aku mulai mantap pakai hijab saat menginjak umur 20 tahun,” kata wanita yang berusia 23 tahun ini. Pada usia yang masih terbilang muda itu, Gita sudah mulai merintis bisnis sendiri. Dan dia sukses. Laporan khusus kali ini, kami dedikasikan kepada para wanita muda ini. Dreamgirls.

(Laporan: Ratih Wulan, Amrikh Palupi, Maulana Alkautsar)

Beri Komentar