Kisah Mualaf Mantan Pramugari Keturunan Suku Dayak
Dream - Hijrah menuju hidayah Allah bukan hal yang mudah. Bahkan mungkin sulit dilakukan lantaran melibatkan keyakinan dan agama.
Namun mantan pramugari cantik bernama Nur Elisa Zulaikha Impang ini merasa bersyukur perjalanan hijrahnya berjalan dengan lancar.
Gadis yang akrab disapa Nur pantas bersyukur karena pilihannya untuk memperdalam agama Islam mendapat restu dari orangtuanya.
Bukan itu saja, ibunya juga selalu mengingatkan Nur untuk sholat. Sang ibu juga membelikan seperangkat alat sholat dan perlengkapan alat makan baru.
Bahkan, kedua orangtuanya juga menjaga rumah mereka yang terletak di Kuching, Sarawak, Malaysia agar tidak dimasuki anjing.
Bercerita tentang perjalanan hijrahnya, Nur mengaku dia mulai tertarik dengan Islam dan kehidupan kaum Muslim ketika masih usia remaja.
Disebabkan itu, Nur sering memakai baju kurung setiap pergi ke sekolah. Rupanya gaya berpakaian Islami itu menarik perhatian ibu tercinta.
" Semasa di sekolah menengah, saya tidak tahu kenapa jika lihat teman-teman Muslim hati akan merasa tenang dan begitu senang melihat mereka.
" Bermula dari situlah saya jadi suka pakai baju kurung sehingga Ibu pernah bilang 'Tiap hari pakai baju kurung, mau masuk Islam kah?'," kenang Nur.
Nur menduga mungkin saat itu dia sudah mendapatkan hidayah Allah, tetapi perasaan itu diabaikannya karena belum yakin untuk pindah kepercayaan dan agama.
Apalagi, tambah Nur, dia merupakan anak tunggal di keluarganya. Jadi mau pindah agama menjadi tantangan yang berat karena melibatkan perasaan orangtuanya.
Namun perjalanan hijrah Nur mulai terkuak saat dia bekerja sebagai pramugari di sebuah maskapai penerbangan. Saat itu dia terpilih untuk mendampingi jemaah umrah ke Jeddah.
Ketika mengurus penerbangan ke sana, usianya baru menginjak 21 tahun. Karena beda agama, gadis yang memeluk Islam pada usia 23 tahun ini berusaha mencari informasi.
" Saya mencari informasi tentang pakaian serta warna yang sesuai ketika berada di sana. Selain Google, saya juga mendapatkan pandangan teman-teman Muslim yang lain.
" Akhirnya saya mendapatkan jubah serta hijab yang saat itu memang lagi tren untuk dipakai pada hari saya mengantar jemaah," katanya.
Entah kenapa, ketika tiba di Jeddah, Nur mengaku dia sangat merasa tenang. Pikiran dan hatinya terasa plong seolah tanpa beban.
Rupanya, sikap dan gerak gerik gadis kacukan Suku Dayak Iban-Bidayuh sedikit banyak mendapat perhatian ibunya. Hingga ibunya curiga anak gadisnya itu mungkin sudah mulai kenal laki-laki atau bahkan pacar.
Awalnya gadis yang nama asalnya Ellisca ini mengaku belum punya pacar. Saat itu rekan-rekan kerjanya yang Muslim tidak lebih dari seorang teman.
" Jadi saya bilang ke ibu untuk tidak khawatir karena semuanya hanya teman... sampai saya bertemu dengan seorang pria Muslim yang sekarang menjadi suami saya," ceritanya.
Waktu itu pria Muslim itu tidak mau lama-lama pacaran, dan ingin segera menghalalkan hubungannya dengan Nur. Tentu saja Nur bingung dan kalut karena harus menghubungi ibu dan ayahnya dulu.
Saking takutnya mau menghubungi orangtuanya, Nur sampai punya pemikiran dia pasti akan dibuang keluarga kalau sampai pindah agama Islam mengikuti calon suaminya.
Namun Nur tetap memberanikan diri untuk menghubungi ibunya. Lagi pula, Nur merasa dia sudah beberapa kali mendapat hidayah, tetapi selalu diabaikannya.
Selain meminta izin memeluk Islam, Nur juga menceritakan tentang dirinya yang sudah bertemu dengan calon mertua yang ternyata sangat baik kepadanya.
" Ibu kemudian bertanya apakah saya benar-benar ingin memeluk Islam... suaranya bergetar dan ingin menangis," kata Nur.
Singkat cerita, Nur pun berusaha meyakinkan kedua orangtuanya bahwa semuanya tetap sama, hanya agama dan cara hidupnya yang berbeda.
Dia juga menghubungi ayahnya yang dikenal sangat tegas. Saat diberitahu keinginan Nur, sang ayah diam sesaat sebelum menanyakan pertanyaan yang sama tiga kali.
" Ayah tanya tiga kali apakah benar saya ingin memeluk Islam. Saya menyatakan bahwa itu untuk diri saya sendiri serta ingin bertobat bukan karena cinta atau siapa pun," katanya.
Sebelum mengakhiri panggilan telepon, ibunya sudah memberikan restu kepada Nur untuk memeluk Islam. Nur pun mantap mengucapkan dua kalimat syahadat di Hulu Selangor, Selangor, Malaysia pada 2020. Namun saat itu ayah dan ibunya tidak dapat hadir.
Saat dirundung kesedihan karena orangtuanya tidak bisa hadir, tiba-tiba ayahnya menelepon dan memberikan nasihat yang sangat berharga kepada Nur.
" Ayah bilang, jika kamu masuk Islam, jangan berhenti belajar ... kamu harus mencari ilmu dan jangan mempermainkan Islam seperti beberapa orang lain yang tidak belajar dengan baik sampai akhirnya kembali ke agama asalnya.
" Pesan ayah benar-benar melekat di hati dan akan saya ikuti sampai akhir hayat," pungkas Nur yang sekarang hampir dua tahun bergelar Muslimah.
Sumber: mStar