Kisah Wanita Hamil Bergelantungan Saat Teror Paris

Reporter : Sandy Mahaputra
Kamis, 19 November 2015 07:17
Kisah Wanita Hamil Bergelantungan Saat Teror Paris
"Tolong, tolong, saya hamil, tangkap saya jika saya jatuh." Si wanita muda itu mencoba lari saat serangan teror mematikan di Paris.

Dream - Teror Paris menyisakan kisah yang menyentuh hati. Pria yang menolong seorang wanita muda yang sedang bergantungan di jendela gedung konser Bataclan di Paris, Perancis, menceritakan kisah yang cukup mendebarkan.

Saat teroris membantai orang-orang di dalam gedung itu pada Jumat malam pekan lalu, para penonton menyelamatkan diri. Mencari pintu keluar hingga lompat dari lantai atas.

Salah satunya adalah wanita muda yang bergelantungan di jendela. Seorang pria yang diketahui bernama " Sebastian" menceritakan kepada surat kabar Perancis. Bagaimana ia menyelamatkan wanita itu dengan menariknya masuk ke dalam, saat orang-orang bersenjata beraksi di dalam gedung teater itu.

Wanita itu, yang belum teridentifikasi namun diyakini telah selamat, terekam dalam sebuah video ponsel. Dalam video itu dia terdengar berteriak: " Tolong, tolong, saya hamil, tangkap saya jika saya jatuh."

Menurut surat kabar La Provence, Sebastian melihat wanita itu ketika dia lari dari hujan tembakan yang dilepaskan teroris di dalam gedung.

Wanita itu memohon kepada orang-orang di bawah agar mereka bisa menangkapnya, jika ia melompat. Namun di bawah sana suasananya kacau.

" Kami berada 15 meter dari tanah. Saya menahannya selama lima menit dan kemudian wanita hamil itu, yang kelelahan, memohon kepada saya untuk membantunya masuk kembali ke dalam. Itulah yang saya lakukan."

" Saya tidak tahu ke mana dia pergi setelah itu. Tapi saya kembali ke tempat persembunyian saya, (langkah) yang tidak bagus. (Karena) Lima menit kemudian saya merasakan laras Kalashnikov menempel di kaki saya dan seorang teroris berteriak 'Turun dari sana, berbaring di lantai'."

Sebastian mematuhi perintah itu. Dia mengatakan ia berbaring bersama puluhan orang lain saat orang-orang bersenjata itu menembak dari balkon.

Sebastian kemudian menceritakan rincian lainnya tentang peristiwa di dalam gedung teater itu di mana 89 orang tewas.

Orang-orang bersenjata itu, kata dia, terlibat 'negosiasi' dengan polisi setelah menghentikan tembakan. Menurut Sebastian, pelaku mengatakan kepada para korban bahwa mereka datang untuk membuat para korban menderita seperti rakyat Suriah menderita.

(Ism, Sumber: The Guardian)

1 dari 3 halaman

Vladimir Putin: 40 Negara Jadi Donatur ISIS

Vladimir Putin: 40 Negara Jadi Donatur ISIS © Dream

Dream - Pernyataan mengejutkan dibuat Presiden Rusia, Vladimir Putin. Orang paling berpengaruh di dunia versi Forbes ini menyebut organisasi ISIS didanai oleh 40 negara di dunia.

Tak sampai disitu, Putin juga menuding diantara negara donatur ISSI adalah anggota organisasi negara besar dunia G20.

" Saya menyampaikan ini berdasar data kami tentang sejumlah sumbangan untuk unit organisasi Islamic State (ISIS) yang diberikan sejumlah individual. Sumbangan ini, sepengetahuan kami, berasal dari 40 negara dan beberapa diantaranya anggota G20," kata Putin di sela pertemuan G20 di Turki, mengutip laman rt.com, Selasa, 17 November 2015.

Putin juga mendesak pentingnya upaya menangkal perdagangan ilegal minyak mentah yang dilakukan ISIS.

" Saya menunjukan kepada mitra kami sejumlah foto yang diambil dari luar angkasa dan pesawat, yang menunjukan besarnya skala perdagangan minyak mentah dan produk minyak ilegal," ujarnya.

Dalam kesempatan tersebut, Putin menyatakan kesiapannya untuk memberikan dukungan militer terhadap kaum opisisi Suriah dalam memerangi ISIS.

" Kami benar-benar membutuhkan bantuan dari AS, negara Eropa, Arab Saudi, Turki, dan Iran," ujarnya.

Sayangnya, Putin sama sekali tak menyebutkan 40 negara yang dituduhnya ikut membiayai ISIS. (Ism) 

2 dari 3 halaman

Teroris Paris Pakai Paspor Prajurit yang Sudah Mati

Teroris Paris Pakai Paspor Prajurit yang Sudah Mati © Dream

Dream - Penyidik Perancis berhasil mengidentifikasi identitas yang tertera dalam paspor yang ditemukan di tubuh pelaku serangan di Stade de France, Paris, Perancis. Mereka menyimpulkan identitas itu merujuk pada nama seorang prajurit Suriah.

Paspor tersebut memuat nama Ahmad al-Mohammad, lahir di Idlib, salah satu kota di Suriah pada 10 September 1990. Dia tercatat sebagai prajurit yang loyal terhadap rezim Presiden Bashar Al Assad dan sudah tewas beberapa bulan lalu, menurut laporan Kantor Berita Perancis, AFP.

Sumber yang tidak bersedia disebut namanya mengatakan paspor tersebut dibuat berdasarkan identitas nyata. Sumber itu juga menyatakan paspor tersebut mungkin sengaja dipalsukan.

Ini lantaran ditemukan beberapa paspor sama baik identitas maupun foto yang tertera di dalamnya. Fakta ini didapat saat Polisi Serbia menangkap seorang migran Suriah yang kedapatan membawa paspor yang sama dengan paspor yang ditemukan di jasad pelaku bom bunuh diri di Stade de France.

Sementara, fakta lain yaitu paspor tersebut juga terdaftar di Pulau Leros, Yunani, pada 3 Oktober lalu. Paspor ini juga ditemukan di kawasan Serbia dan Kroasia beberapa hari kemudian.

Bahkan, hanya dengan 2.000 dolar, seorang wartawan Nick Fagge dengan mudah mendapat paspor dengan identitas yang sama persis.

Pakar Terorisme dari Universitas Daekin Australia Profesor Greg Barton menaruh curiga dengan temuan paspor ini. Dia menangkap adanya kejanggalan dalam motif bom bunuh diri tersebut.

" Pelaku bom bunuh diri akan menjalankan ritual mandi dan berdoa dengan menengadahkan tangan. Mereka tahu bahwa dokumen tersebut tidak akan tahan ledakan. Ini bisa menjadi cara bagi ISIS untuk mengibaskan api kebencian terhadap para pendatang," ungkap dia.

Sumber: dailymail.co.uk

3 dari 3 halaman

Usai Teror Paris, Warga Prancis Bela Kaum Muslim

Usai Teror Paris, Warga Prancis Bela Kaum Muslim © Dream

Dream - Teror yang terjadi di enam lokasi di Paris berimbas pada komunitas muslim Perancis. Mereka balik mendapat teror berupa ancaman seiring makin meningkatnya kadar Islamophobia usai teror tersebut.

Menurut laporan pemberitaan, jemaah Masjid Agung Paris di kota distrik kelima dan pusat-pusat kegiatan Muslim di seluruh Perancis menjadi korban tindakan vandalisme dari kelompok anti-Islam. Para muslim akan menjadi korban dari tudingan terorisme, menurut pemberitaan portal media muslim Saphirnews.

Saat akhir pekan lalu, coretan berbentuk salip merah tertempel di dinding masjid Paris. Di samping itu, slogan semacam 'Perancis, bangun!' dan 'Kematian muslim' tertulis di dinding masjid lainnya di, menurut laporan harian Perancis Le Parisien.

Meski demikian, tindakan itu tidak mempengaruhi sebagian warga Perancis. Sejumlah warga Perancis, yang telah dilarang oleh kepolisian untuk menggelar demonstrasi di Paris hingga Kamis depan, justru menunjukkan dukungan mereka kepada muslim Perancis dan muslim di seluruh dunia melalui media sosial dan mengorganisir pertemuan lintasiman.

Pada Minggu, sebanyak 3.000 orang berjanji akan menghadiri pertemuan lintas iman 'Berjalan jauh bersama muslim Perancis untuk Perdamaian dan Persatuan Nasional', yang dijadwalkan akhir pekan ini di dekat Masjid Agung Paris. Sementara 6.000 orang lainnya mengaku tertarik untuk ikut serta.

Selain itu, sejumlah pertemuan juga diagendakan melalui Facebook dengan slogan 'Saya muslim, Daesh (ISIS) bukan' dan longmarch 'Berdoa untuk Paris', dengan 13.000 peserta yang mungkin hadir akan digelar pada Minggu sore pekan depan di monumen Arc de Triomphe.

" Terorisme tidak memiliki agama atau kebangsaan," tulis koordinator aksi Masjid Agung Paris Samia Edd Cardi, seorang muslim yang juga pengusaha teknologi. Aksi tersebut juga akan menggandeng kelompok ateis dan Kristen.

Sementara di Katedral Trinitas Suci di Paris, para imam dari seluruh dunia berencana akan menggelar pertemuan Persatuan Dunia Ahli Islam untuk Perdamaian dan Menentang Kekerasan. Pertemuan ini diagendakan sebelum teror Paris terjadi, dan akan segera dilaksanakan menyusul adanya teror tersebut mengingat urgensi dari masalah yang akan dibahas.

" Setelah serangan keji ini, kita mungkin berharap Tuhan akan datang dan menghapus seluruh musuh kita. Sebaliknya, Jesus di salib, benar-benar tidak berdaya, menunjukkan kepada kita bahwa hanya cinta yang dapat mengatasi kebencian, kejahatan, bahkan kematian," ujar Whalon yang berdomisili di Paris dalam sebuah pernyataan.

Sumber: huffingtonpost.com

Beri Komentar
Jangan Lewatkan
More