Raynaldi, Petugas Kebersihan Terminal 3 Bandra Soetta Penemu U$ 9.500 (Foto Ilustrasi: Instagram @angkasapura_solusi/koleksi Pribadi)
Dream – Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta, Kamis malam, 9 Desember 2021. Menjelang jam 10 malam, lalu-lalang penumpang pesawat di terminal khusus untuk penerbangan domestik pesawat Garuda Indonesia dan penerbangan internasional itu, sudah tak lagi ramai. Tak banyak orang yang melintas.
Di dekat sebuah toilet pria Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta, seorang petugas kebersihan masih tekun bekerja. Padahal, saat itu sudah menjelang habis waktu shift-nya bekerja.
Ia mendapat giliran shift kerja kedua. Shift kerja kedua berlangsung sejak jam dua siang sampai jam 10 malam. Delapan jam kerja. Begitu terus lima hari berturut-turut.
Setelah kelar membersihkan bagian luar, dia lalu masuk untuk membersihkan area dalam toilet pria. Ia membawa alat kebersihan seperti ember dan lap pembersih. Seperti biasa ia memulai dengan membersihkan kaca toilet dan wastafel dulu.
Ia sempat melirik jam. Lega, karena waktu kerjanya hampir selesai malam itu.
Setelah selesai membersihkan wastafel dan kaca toilet, ia mulai membersihkan tempat buang air kecil pria atau urinoir. Pada saat itulah matanya tertumbuk pada sebuah benda yang berada di tembok pembatas tempat buang air kecil pria.
“ Benda itu adalah sebuah dompet berwarna hijau Army,” kenang Raynaldi, 26 tahun, petugas kebersihan toilet itu, saat dihubungi Dream.co.id pekan lalu.
Ia langsung mengambil dompet itu. Di saat itu toilet pria itu benar-benar sepi. Cuma ada dia seorang diri. Tidak ada yang menyaksikan kalau dompet itu dia kantongi. Tapi itu tak dia lakukan.
Ia teringat pesan ayahnya. “ Jangan ambil barang yang bukan milikmu.”
Maka, tekadnya bulat, Dia harus mengambalikan dompet itu. Terlepas apa pun isinya. Karena dia percaya dompet itu bukan milik dia.
Karenanya, ia juga tidak punya keinginan untuk melihat isi dompet. Yang jelas, dompet itu barang milik salah seorang penumpang pesawat yang ketinggalan saat buang air kecil.
***
Raynaldi lalu melapor ke atasannya, seorang pengawas kerja atau supervisor bernama Yatiman.
Lalu bersama atasannya, Yatiman, dia mengantar barang temuan itu ke Aviation Security (Avsec) atau petugas keamanan bandara di Terminal 3 Soekarno Hatta.
Barulah di ruang Avsec itu dompet temuan Raynaldi dibuka. Dan betapa terkejut petugas keamanan dan semua yang hadir, termasuk Raynaldi
“ Dompet itu berisi 95 lembar uang pecahan U$ 100 dolar,” kata Raynaldi. Total isi dompet itu U$ 9.500 dolar atau bernilai Rp 136 juta.
Raynaldi mengaku terkejut karena dia tidak pernah melihat isi dompet.
Setelah menandatangani berita acara penyerahan dompet tersebut Raynaldi kembali bekerja untuk menyelesaikan shift malamnya yang berakhir jam 10 malam.
Belakangan, dia mendapat informasi, di malam itu juga si pemilik mendatangi bagian kehilangan bandara. Kemudian dompet berisi U$ 9.500 itu dikembalikan. Raynaldi mengaku tak sempat bertemu dengan pemilik dompet, karena dia sudah menuju pulang ke rumah.
Dia tak tahu siapa nama pemilik dompet itu. Namun dari keterangan yang dia dapat, pemilik dompet tersebut merupakan penumpang penerbangan internasional dari Qatar dan merupakan warga DKI Jakarta.
Ia sendiri mengaku sampai hari ini tidak pernah bertemu dengan pemilik dompet itu. Atau, si pemilik dompet itu punya inisiatif untuk menemui dia untuk menyampaikan rasa terimakasih. Tapi, itu tidak dia persoalkan.
***
Raynaldi lahir di Tangerang, 2 Maret 1996. Ia tinggal di Sepatan Timur, Tangerang, Banten. Sebuah kecamatan yang berdekatan dengan Bandara Soekarno Hatta.
Ia merupakan anak kedua dari tiga orang bersaudara. Kakaknya, seorang perempuan, sudah menikah dan keluar rumah. Sementara Raynaldi masih tinggal bersama orang tuanya di rumah dua kamar di Sepatan Timur, Tangerang. Ia mengaku asli Betawi Tangerang.
Ayahnya seorang pedagang harian lepas. Sehari-hari ayahnya menjual pisang atau buah-buahan lainnya. Sementara ibunya seorang ibu rumah tangga.
Sampai sekarang Raynaldi tinggal di rumah dua kamar milik orang tuanya yang didapatkan ayahnya dari warisan. Satu kamar digunakan orang tuanya, sementara satu kamar lainnya digunakan Raynaldi dan adiknya yang juga laki-laki.
Ia menghabiskan pendidikan dasar sampai SMA di Tangerang. Dimulai dari SD Sangiang 2 (2009), lalu SMP 1 Sepatan Timur (2012) dan SMA 25 Kabupaten Tangerang.
Ia lulus SMA tahun 2015. Ia tidak bisa melanjutkan kuliah karena keterbatasan ekonomi keluarga.
Setelah lulus SMA, dia membantu-bantu orang tuanya berdagang buah. Ia juga sempat bekerja di pabrik selama setengah tahun. Setelah itu dia keluar dan kerja serabutan, selain membantu orang tuanya.
Tahun 2019, dia sempat bekerja di JNE. Tapi bukan sebagai karyawan tetap. Dia bekerja musiman ketika masa puasa sampai Lebaran, saat kiriman paket barang melonjak tajam.
Pada September 2019, dia melamar kerja ke PT Angkasa Pura Solusi (APS) sebagai tenaga kebersihan. Pada saat masuk, ia mendapat upah sesuai upah minimum regional atau UMR sebesar Rp 4 jutaan dengan status karyawan kontrak.
Ia juga sempat mengalami efek pandemi saat penerbangan sepi. Sehingga terjadi pengurangan tenaga kerja dan pengurangan hari kerja.
Ia sendiri mengaku dibesarkan dalam pendidikan keluarga muslim. Ayahnya yang orang Betawi mengajar dia dan saudaranya untuk beribadah lima waktu.
“ Walau sering bolong-bolong, saya selalu berusaha salat lima waktu,” ujarnya.
Raynaldi ingat kejadian penemuan dompet berisi uang dolar AS itu terjadi hari Kamis, tanggal 9 Desember 2021. Ia saat itu bekerja di shift dua dan tugasnya saat itu salah satunya membersihkan toilet bandara di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta.
Saat ditanya apakah tidak menyesal mengembalikan dompet berisi uang senilai Rp 136 juta itu, Raynaldi lugas menjawab: “ Saya tidak menyesal. Coba bayangkan kalau kita ada di posisi pemilik dompet, bagaimana rasanya kehilangan dompet berisi uang sedemikian besar?.”
Yang jelas, saat menemukan dompet itu, dia langsung teringat pesan orang tuanya.
Kata ayahnya, " Percuma juga kaya, kalau itu bukan hasil sendiri." Ayahnya juga sering menasehati dia, " Jangan ambil barang kalau itu bukan hak kita."
Nasehat ayahnya itu pula yang teringat Raynaldi saat dia menemukan dompet itu. Jadi, alih-alih melihat isi dompet untuk memenuhi rasa ingin tahunya, Raynaldi langsung menghubungi pengawasnya dan melaporkan temuan barang itu.
Padahal, dia bisa saja mengambil isi dompet itu dan mengantungi isinya tanpa ketahuan. Apalagi yang menggunakan toilet bandara itu orang banyak.
Bisa saja dia berdalih tak tahu, dan dompet itu kemungkinan ditemukan oleh penumpang lain. Sehingga dia bisa mengantungi dompet yang nilainya 400 kali lipat lebih dari gaji bulanannya itu. Tapi, tidak dia lakukan karena dia ingat pesan orang tuanya.
Ia juga mengaku mengenal Halimah, petugas kebersihan Bandara Soekarno Hatta penemu cek Rp 35,5 miliar. Seperti pernah ramai diberitakan, Halimah, seorang petugas kebersihan atau cleaning service di Bandara Soekarno Hatta menemukan dompet berisi cek senilai Rp 35,5 miliar. Cek dengan nilai fantastis itu dia temukan di area Central Corridor Departure Terminal 2 E Bandara Soekarno Hatta pada Jumat, 29 Oktober 2021.
Wanita 29 tahun yang bertugas sebagai Team Leader Cleaning Service Terminal 2 Bandara Soekarno Hatta ini langsung melaporkan barang temuannya itu kepada Aviation Security (Avsec) yang bertugas saat itu. Halimah juga tak memeriksa isi dompet itu, sehingga dia tak tahu apa yang ada dalam dompet.
Raynaldi dan Halimah adalah rekan sejawat. " Bedanya cuma beda terminal. Halimah kerja di Terminal 2, sementara saya di Terminal 3," ujar Raynaldi.
Ia juga mengatakan kejujuran yang dia lakukan itu bukan karena dia terinspirasi dengan apa yang dilakukan Halimah. Tapi karena dia mencoba menjalankan tugas sebaik-baiknya. Antara lain, melaksanakan standar operasional prosedur atau SOP bila seseorang menemukan barang.
SOP bagi petugas kebersihan adalah bila menemukan barang penumpang yang tertinggal, tidak boleh melihat isinya. Tapi melapor langsung ke atasan atau supervisor. Lalu bersama-sama atasan, menyerahkan barang yang tertinggal itu ke petugas keamanan bandara atau Avsec yang bertugas.
“ Jadi apa yang saya lakukan hanya melaksanakan SOP saat bertugas,” ujarnya, merendah.
Raynaldi mengaku sampai saat ini statusnya masih karyawan kontrak. Namun dari pihak PT Angkasa Pura Solusi (APS), tempat dia bekerja, telah menjanjikan akan melakukan evaluasi kerja pada Raynaldi.
Tapi karena sekarang pandemi belum berakhir, pengangkatan dia sebagai karyawan tetap sebagai bentuk apresiasi perusahaan, belum bisa dilakukan.
Namun bila pandemi sudah mereda atau selesai, dia dijanjikan managemen untuk diangkat sebagai karyawan tetap.
" Jangan ambil apa pun yang bukan hak milik kita,” nasehat itu selalu yang disampaikan orangtuanya pada Raynaldi bersaudara sejak kecil. Nasehat yang terbukti manjur ketika Raynaldi mendapat ‘cobaan’ besar: menemukan dompet berisi U$ 9.500 atau Rp 136 juta.
Tak banyak manusia bisa melakukan hal seperti yang dilakukan Raynaldi. Ia sudah lolos ujian besar bagi kemanusiaan: kejujuran. Dengan mengembailkan dompet senilai Rp 136 juta, ia telah lolos ujian besar itu. (eha)
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN