Kisah Sedih Dokter di Malaysia Dampingi Detik-Detik Terakhir Pasien Covid-19

Reporter : Ahmad Baiquni
Rabu, 2 Juni 2021 08:01
Kisah Sedih Dokter di Malaysia Dampingi Detik-Detik Terakhir Pasien Covid-19
Para dokter dan perawat menjadi orang terakhir yang ditemui pasien Covid-19 sebelum meninggal.

Dream - Tidak bisa diragukan jika kehidupan pasien Covid-19 di rumah sakit sangat menderita. Mereka harus berjuang seorang diri tanpa kehadiran keluarga di dekatnya karena pembatasan akses yang memang tak diberikan tenaga kesehatan.

Di tengah kondisi tersebut, para dokter sering kali menjadi orang terakhir yang ditatap pasien sebelum meninggal. Mereka mendampingi pasien tersebut menjelang ajal menjemputnya.

Kisah ini dialami Ameer Firdaus Zulkeflee, seorang dokter di unit perawatan intensif (ICU) di Rumah Sakit Raja Perempuan Zainab II, Kota Bharu, Kelantan, Malaysia. Dia bercerita bagaimana dokter di garis depan penanganan gelombang ketiga Covid-19 Malaysia memberikan perawatan di akhir hayat selama krisis.

Dia mengungkapkan kebanyakan para dokter hanya dapat menghibur pasien yang sekarat dengan duduk di samping tempat tidur mereka hampir setiap hari. Pengalaman itu dibagikan Ameer lewat akun Instagramnya.

 

1 dari 3 halaman

Genggaman Tangan Dokter

Ameer mengunggah foto di Instagram story-nya Jumat lalu, memperlihatkan seorang dokter garis depan berpakaian APD lengkap. Sang dokter terlihat memegang tangan pasien yang terinfeksi Covid-19.

" Seringkali, kami adalah orang-orang yang memegang tangan mereka ketika mereka mulai menangis, atau ketika mereka mengambil nafas terakhir. Apa yang Anda tonton di Majalah 3 adalah nyata, di seluruh rumah sakit," tulis Ameer.

Menurut Ameer, banyak sekali pasien yang dirawat di bangsal ICU. Dari pasien yang mampu berbicara normal menggunakan saluran hidung aliran tinggi tetapi dengan sesak napas, hingga mereka yang benar-benar dibius dan membutuhkan bantuan ventilator pernapasan.

Para pasien, kata Ameer, memiliki telepon genggam yang digunakan khusus untuk menghubungi kerabat mereka. Panggilan video dilakukan setiap dua hingga tiga hari sekali sehingga mereka dapat melihat orang yang mereka cintai.

 

2 dari 3 halaman

Momen Pilu Kala Ucap Perpisahan

Ameer mengakui momen paling memilukan adalah ketika anggota staf mengatur selamat tinggal melalui panggilan video dan menghibur pasien agar tidak merasa meninggal sendirian.

" Kami melakukan video call dengan kerabat selama napas terakhir pasien sekarat. Benar-benar memilukan. Upaya terakhir kami adalah memberi mereka kesempatan untuk melihat orang yang mereka cintai sebelum mereka meninggal," ucap dia.

Sepanjang Jumat pekan lalu, Ameer mengaku telah menghubungi kerabat dari tiga pasien kritis. Hal itu membuat dia merasa sedih.

" Mereka menangis dan terus-menerus, meminta orang yang mereka cintai untuk bangun. Tapi jauh di lubuk hati saya tahu kesempatan pasien untuk bertahan hidup sangat tipis," kata dia.

 

3 dari 3 halaman

Dokter Tak Kuasa Menangis

Ameer bercerita para perawat tidak bisa menahan air mata mereka melihat anggota keluarga mengucapkan selamat tinggal kepada kerabat yang sekarat. Bahkan ada yang menangis saat merawat pasien dengan APD.

" Terkadang yang mereka butuhkan hanyalah sentuhan manusia. Seseorang yang dapat memegang tangan mereka dan memberi tahu mereka bahwa semuanya akan baik-baik saja dan terus berjuang," ucap Ameer.

Ameer selalu berusaha menghibur pasien. Dia memberikan kalimat motivasi agar pasien semangat untuk sembuh.

" Biasanya saya bilang, " Paman harus kuat, banyak cucu sudah menunggu paman pulang ke rumah. Paman ingin bertemu mereka, kan?" ucap Ameer, dikutip dari World of Buzz.

Beri Komentar