Ilustrasi
Dream - Ahmed tengah mengendarai taksinya berkeliling London pada dini hari. Sembari memegang kendali, dia menyalakan radio, untuk kemudian mematikannya.
" Tidak ada lagi berita buat saya," kata Ahmed.
Ahmed adalah seorang muslim London keturunan Pakistan. Dia tinggal di Ibu Kota Inggris itu bersama istri dan anaknya yang kini berusia 10 tahun.
Dia merasa kehidupan di Inggris tidak lagi mudah baginya dan komunitas muslim. Usai teror Perancis, Ahmed dan anggota komunitas muslim merasa terus disudutkan atas apa yang tidak pernah mereka lakukan.
" Apa yang akan saya katakan kepada anak saya? Dia hanya anak berusia 10 tahun. Setiap saya nyalakan berita, orang-orang berbicara tentang Islam, tentang muslim, tentang agama yang saya arahkan anak saya untuk mencintainya," ungkap Ahmed.
Setelah serangan yang dilakukan 'muslim' lain, Ahmed merasa agamanya tengah diserang. Teman-temannya dan keluarganya merasa sangat malu dan terdorong untuk meminta maaf atas apa yang terjadi.
Mereka yakin tidak semua muslim seperti itu. Selayaknya mengingatkan semua orang tidak semua pemeluk Islam diperintahkan untuk membunuh atas nama Allah. Ini merupakan persoalan mentalitas.
Kini, agamanya seperti menjelma sebagai kesamaan atas kejahatan.
Ahmed ingin menjelaskan, setiap serangan terjadi, hal itu berarti mempersulit untuk memperoleh rasa aman di jalan-jalan di London. " Saya sudah tidak lagi merasa ada di sini lagi," ungkap Ahmed.
Setiap, Ahmed ingin pergi meninggalkan apa yang dia alami. Dia jengah atas apa yang dideritanya. " Tapi, ke mana saya akan pergi?" kata dia. Keluarganya, rumahnya, pekerjaannya, semua ada di London dan dia tidak mungkin pergi ke Pakistan.
" Saya terlalu terbaratkan. Ditambah, saya adalah seorang Inggris, dan saya tidak ingin pergi ke manapun," kata dia.
Teror Paris membawa dampak begitu buruk terhadap para muslim. Banyak dari mereka dipersalahkan hanya lantaran memeluk agama Islam.
Kisah serupa dialami oleh seorang sopir taksi muslim di New York, Amerika Serikat. Dia sampai menangis lantaran dituduh menjadi bagian dari ISIS.
Padahal, dia sama sekali tidak tahu apa-apa. Alhasil, tidak ada satupun orang yang mau menaiki taksinya dan dia terpaksa kehilangan nafkah.
(Ism, Sumber: independent.co.uk)
Advertisement
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah
UU BUMN 2025 Perkuat Transparansi dan Efisiensi Tata Kelola, Tegas Anggia Erma Rini
Masa Tunggu Haji Dipercepat, dari 40 Tahun Jadi 26 Tahun
Viral Laundry Majapahit yang Bayarnya Hanya Rp2000
NCII, Komunitas Warga Nigeria di Indonesia
Azizah Salsha di Usia 22 Tahun: Keinginanku Adalah Mencari Ketenangan
Throwback Serunya Dream Day Ramadan Fest bersama Royale Parfume Series by SoKlin Hijab
Benarkah Gaji Pensiunan PNS Naik Bulan Ini? Begini Penjelasan Resminya!
Timnas Padel Indonesia Wanita Cetak Sejarah Lolos ke 8 Besar FIP Asia Cup 2025
Hore, PLN Berikan Diskon Tambah Daya Listrik 50% Hingga 30 Oktober 2025
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah
Hasil Foto Paspor Shandy Aulia Pakai Makeup Artist Dikritik, Pihak Imigrasi Beri Penjelasan
Zaskia Mecca Kritik Acara Tanya Jawab di Kajian, Seperti Membuka Aib