Innalillahi, Korban Tsunami Selat Sunda Bertambah Lagi

Reporter : Muhammad Ilman Nafi'an
Senin, 24 Desember 2018 11:10
Innalillahi, Korban Tsunami Selat Sunda Bertambah Lagi
BNPB menyebut jumlah korban luka-luka sudah menyentuh ribuan orang.

Dream - Jumlah korban tsunami Anyer akibat gelombang tinggi laut Selat Sunda yang dipicu erupsi Gunung Anak Krakatau kembali bertambah. Data terbaru Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Senin 24 Desember 2018, hingga pukul 07.00 WIB tercatat, korban meninggal dunia akibat tsunami menjadi 281 orang.

BNPB juga melaporkan korban luka-luka telah 1.016 orang dan masih hilang sebanyak 57 orang.

" Sebanyak 11.687 orang mengungsi," ujar Kepala Pusat Data dan Informasi BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, dalam cuitannya, Senin, 24 Desember 2018.

Hingga kini, BNPB telah mencatat data kerusakan 611 rumah rusak, 69 hotel-villa rusak, 60 warung-toko rusak, 420 perahu-kapal.

Sutopo menjelaskan, wilayah yang paling parah terdampak tsunami Anyer adalah kabupaten Pandeglang, Serang, Lampung Selatan, Tanggamus dan Pesawaran.

Daerah pesisir di Kabupaten Pandeglang adalah daerah yang paling banyak melaporkan jumlah korban dan kerusakannya dibandingkan daerah lain

Saat ini, ribuan personel TNI, Polri dan relawan masih melakukan proses evakuasi dan masih mencari korban yang kemungkinan masih ada yang berada di bawah reruntuhan bangunan.

" Untuk evakuasi dikerahkan alat berat 7 unit excavator, 12 unit dump truck, 2 unit loader. Dalam mobilisasi ke lokasi bencana 1 unit excavator, 1 dozer, 1 loader, 1 grader, 2 tronton, dan 4 dump truck," kata dia.

1 dari 2 halaman

Terkuak Mengapa Gelombang Tsunami Anyer Datang Tiba-tiba

Dream - Tsunami Anyer yang dipicu gelombang air dari Selat Sunda akibat erupsi Gunung Anak Krakatau diakui datang tanpa adanya peringatan dini terlebih dahulu. Kondisi ini menyebabkan masyarakat di sekitar lokasi tak sempat melakukan evakuasi.

Pernyataan tersebut disampaikan Kepala Pusat dan dan Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwonugroho dikutip Dream dari cuitan akun Twitternya @Sutopo_PN, Senin, 24 Desember 2018.

" Tidak adanya peringatan dini tsunami di Selat Sunda pada 22/12/2018 malam," cuitnya.

Sutopo menjelaskan, tidak adanya peralatan sistem peringatan dini menyebabkan potensi tsunami tidak terdeteksi sebelumnya.

" Tidak terpantaunya tanda-tanda akan datangnya tsunami sehingga masyarakat tidak memiliki waktu evakuasi," tulisnya.

Diungkapkan Sutopo, jaringan bouy tsunami di perairan Indonesia sudah tidak beroperasi sejak 2012. Vandalisme, terbatasnya anggaran, kerusakan teknis menyebabkan tidak ada bouy tsunami saat ini.

" Perlu dibangun kembali untuk memperkuat Indonesia Tsunami Early Warning System," ujarnya.

Diakui Sutopo, Indonesia belum memiliki peringatan dini tsunami yang disebabkan longsor bawah laut dan erupsi gunung berapi.

Saat ini Indonesia baru memiliki sistem peringatan dini yang dibangkitkan gempa dan sudah berjalan baik. " Kurang dari 5 menit setelah gempa, BMKG dapat memberitahukan ke publik," ujarnya.

Melihat situasi tersebut, Sutopo menyerankan Indonesia harus membangun sistem peringatan dini yang diakibatkan longsor dan erupsi gunung api.

Dari catatannya, gempa yang menyebabkan longsor bawah laut yang memicu tsunami juga pernah terjadi di Maumere pada tahun 1992 dan tsunami Palu beberapa bulan lalu.

Indonesia diketahui memiliki 127 gunung api atau 13 persen dari jumlah populasi di dunia. Beberapa diantaranya gunung api berada di laut dan pulau kecil yang dapat menyebabkan tsunami saat erupsi.

" Tentu ini menjadi tantangan bagi PVMBG. BMKG, kementerian/lembaga dan perguruan tinggi membangun peringatan dini,"

2 dari 2 halaman

Detik-detik Penyelamatan Bocah Lima Tahun Saat Tsunami Anyer

Dream - Dari dalam mobil suara tangis bocah laki-laki terdengar. Beberapa petugas dari Shabara Polda Banten berusaha mengevakuasinya.

Kasat Brimob Polda Banten, Kombes Reza Heras Budi merekam detik-detik evakuasi tersebut. Dia mengunggah video itu ke Instagram pribadinya @reezaherasbudi.

" Kami ada di Carita, di Hotel Mutiara, ini ada mobil tertimpa pohon, kemudian di bawah ada masyarakat dua orang, sedang kita coba evakuasi," ungkap Reza, Minggu, 23 Desember 2018

      View this post on Instagram

12 jam terjebak reruntuhan bangunan alhamdulillah Ali 5th dapat dievakuasi dgn selamat. Jiwa Ragaku Demi Kemanusiaan

A post shared by Reeza ❤ Middlianti (@reezaherasbudi) on

Selang beberapa usai evakuasi berlangsung, bocah lima tahun itu bernama Ali itu berhasil diselamatkan. Bocah itu berhasil bertahan hidup selama 12 jam dari reruntuhan.

" Alhamdulillah, Ali umur 5 tahun dapat diselamatkan," ujar Reza.

Usai diberi selimut, Reza menggendong Ali. Bocah itu terus menangis. Menanyakan keberadaan ayahnya.

" Ayah. Ayah," kata Ali.

Reza menenangkan Ali. " Sama om ya. Sama om," kata Reza.

Beri Komentar