(businessinsider.com)
Dream - Apakah foto buah teratai di bawah ini membuat bulu roma kamu berdiri?
Jika tidak tahan melihatnya dan merasa gambar itu bisa membuat takut, kamu mungkin salah satu penderita trypophobia.
Penelitian sebelumnya menunjukkan sebanyak 18 persen wanita dan 11 persen pria - atau 15 persen populasi dunia - sangat ketakutan setelah melihat gambar lubang atau benjolan yang bergerombol. Kondisi itu dikenal secara luas sebagai trypophobia.
Lubang bergerombol sebenarnya sangat banyak ditemukan di alam. Kamu bisa melihatnya di bagian belakang kodok betina suriname, sarang lebah, hingga yang lazim terlihat seperti gelembung sabun. Namun bagi penderita trypophobia, lubang tersebut mungkin menyeramkan.
Sebuah riset tahun 2013 yang dimuat jurnal Psychological Science mengutip bagaimana perasaan seorang penderita trypophobia saat menghadapi gambar yang menurut mereka menyeramkan itu.
" Saya benar-benar tidak tahan menghadapi gerombolan lubang kecil yang tidak teratur atau asimetris itu. Mereka membuat saya muntah dan menangis."
Meskipun masyarakat awam menganggap pengidap trypophobia ketakutan karena lubang, banyak penelitian mengatakan penderita sebenarnya tidak merasa takut.
Fobia seperti ini tidak dikenal oleh komunitas psikologi. Itu bukan tanda-tanda fobia sejati, setidaknya dalam sudut yang dapat didiagnosis.
" Trypophobia lebih mirip dengan rasa jijik daripada rasa takut. Dan rasa jijik itu mungkin merupakan reaksi overgeneralisasi terhadap kontaminan," kata Arnold Wilkins, seorang psikolog di University of Essex.
" Rasa jijik timbul saat melihat yang bergerombol. Dan benda-benda ini belum tentu berlubang, meski namanya trypophobia," tambah Wilkins.
Ini adalah masalah yang kompleks, dan ilmuwan seperti Wilkins terus mempelajari, mengukur, serta mencoba menjelaskan trypophobia dan asal-usulnya.
Wilkins dan rekan sejawatnya, Geoff Cole, sama-sama berpikir naluri aneh pada penderita trypophobia ini kemungkinan berakar pada biologi.
Menurut Wilkins, kita telah berevolusi untuk takut akan formasi ini karena ketika menemukannya di alam, lubang atau benjolan bergerombol dianggap berbahaya.
Untuk mengidentifikasi efek ini, para peneliti menganalisis gambar yang memicu dan tidak memicu trypophobia. Mereka sedang mencari perbedaannya.
Kemudian, ketika salah satu penderita yang mereka wawancarai mengungkapkan ketakutan terhadap pola pada gurita berkepala biru. Mereka menemukan apa yang disebut Cole sebagai momen Eureka.
Momen Eureka adalah momen saat penderita takut terhadap formasi lubang atau benjolan bergerombol aneh yang diasosiasikan dengan hewan yang beracun atau berbahaya.
Di alam, gurita berkepala biru memang dikenal sebagai hewan yang berbahaya. Ia memiliki bisa yang sangat kuat hingga mampu membunuh seorang manusia.
Gambar yang dikumpulkan Wilkins dan Cole terdiri dari 10 spesies paling beracun untuk dianalisis.
Spesies yang dipilih di antaranya ubur-ubur kotak, laba-laba pengembara Brasil, kalajengking deathstalker, ular taipan, king kobra, stonefish, ikan buntal, katak panah beracun, dan siput cangkang kerucut (marbled cone snail).
Semua spesies itu umumnya memiliki pola atau formasi pada tubuh mereka yang bisa memicu trypophobia.
Dari penelitian ini, Wilkins dan Cole juga menemukan adanya bagian evolusioner kuno pada otak manusia untuk takut pada pola atau formasi bergerombol yang terdapat di tubuh spesies beracun tersebut.
" Kami berpikir bahwa setiap orang memiliki kecenderungan untuk mengalami trypophobia meskipun mereka mungkin tidak menyadarinya," kata Cole dalam rilis tersebut.
" Orang yang tidak memiliki fobia ini masih menilai gambar yang memicu trypophobia kurang nyaman untuk dilihat daripada gambar lainnya," tambah Cole.
(businessinsider.com)