Mengapa Korea Utara Ingin Kim Jong-nam Mati?

Reporter : Sandy Mahaputra
Selasa, 21 Februari 2017 16:34
Mengapa Korea Utara Ingin Kim Jong-nam Mati?
Mengapa Pyongyang menginginkan kematian salah satu anggota keluarga dinasti Kim Jong-il itu?

Dream - Senin pagi pekan lalu, Kim Jong-nam, saudara tiri pemimpin Korea Utara King Jong-un, berada di Bandara Internasional Kuala Lumpur 2 (KLIA 2) untuk naik penerbangan ke Macau, China.

Namun sebelum niatnya terlaksana, Jong-nam tewas setelah wajahnya dibekap kain mengandung cairan racun oleh seorang wanita.

Jong-nam, yang menggunakan nama Kim Chol, dilaporkan meninggal dunia ketika dalam perjalanan ke Rumah Sakit Putrajaya.

Korea Selatan telah menjuluki pembunuhan ini sebagai 'satu bentuk kekejaman' dan menyatakan secara terbuka bahwa pelakunya adalah negara tetangganya, Korea Utara.

Kakak Tiri Kim Jong Un

Akibat kejadian tersebut, setidaknya lima warga negara komunis itu telah ditahan untuk penyelidikan oleh Polisi Malaysia. Simak halaman berikutnya!

Namun, yang menjadi pertanyaan, mengapa Pyongyang begitu menginginkan kematian salah satu anggota keluarga dinasti Kim Jong-il itu?

Para analis kesulitan mengetahui apa motif dibalik pembunuhan itu. Namun selisih paham dengan sekutu terdekat sekaligus tetangga, China, serta pertengkaran atau persaingan antara adik-kakak mungkin menjadi sumber utamanya.

1 dari 4 halaman

Gesekan dengan China?

Gesekan dengan China? © Dream

Pada 2001, Jong-nam telah ditahan di Bandara Internasional Narita di Tokyo, Jepang bersama dua orang wanita dan seorang anak laki-laki yang diidentifikasi sebagai anaknya.

Alasannya ke Jepang adalah, " Hanya ingin pergi ke Disneyland."

Insiden itu memalukan ayahnya, Kim Jong-il dan peluang Jong-nam untuk menggantikan tempat ayahnya sebagai pemimpin Korea Utara hancur seketika.

2 dari 4 halaman

Dibuang oleh Negara

Dibuang oleh Negara © Dream

Selama hidupnya, Jong-nam selalu mengunjungi China dan mempertahankan hubungan dekat dengan Beijing melalui pamannya, Jang Song Thaek yang pada saat itu merupakan orang kedua paling berpengaruh di negara itu setelah kematian Jong-il pada tahun 2011.

Menurut seorang sumber, Song Thaek merupakan 'teman baik' China di Pyongyang dan itu yang membuat pria itu dihukum mati.

Bahkan, selama hidupnya Song Thaek menyediakan bantuan keuangan untuk Jong-nam. Keduanya memiliki hubungan yang sangat baik dengan China sehingga Jong-nam mendapat perlindungan dari negara tersebut.

Jika Korea Utara mengakui bahwa mereka menjadi dalang pembunuhan Jong-nam, itu hanya akan mengurangi kepercayaan China terhadap rezim pimpinan Kim Jong-un.

Jong-nam mendukung agar Korea Utara melakukan reformasi dalam sistem pemerintahannya dan secara terbuka merekomendasikan agar Pyongyang mengikuti jejak China.

China merupakan satu-satunya sekutu Korea Utara. Namun hubungan dua arah kedua negara itu semakin menegang gara-gara Pyongyang secara agresif melanjutkan program nuklir mereka di kala sanksi internasional (yang didukung Beijing) terus berjalan.

" Korea Utara menghapuskan semua golongan pro-China, meskipun pembunuhan Jong-nam ini sesuatu yang amat kejam sekali," kata seorang sumber.

3 dari 4 halaman

Perebutan Kekuasaan?

Perebutan Kekuasaan? © Dream

Dikucilkan setelah ayahnya meninggalkan ibunya untuk menjalin hubungan dengan seorang penari, Ko Yong-hui, pada tahun 1970an, pada satu ketika Jong-nam pernah menjadi pesaing terdekat adik tirinya untuk merebut takhta ayah mereka.

Namun, penunjukan Jong-un berjalan dengan lancar seperti yang diharapkan, dan tidak lama setelah itu dia mulai menunjukkan 'taringnya' melalui kampanye kejam yang melibatkan tindakan keras dan hukuman mati.

Selama 6 tahun pemerintahan Jong-un, diperkirakan 340 orang telah dijatuhi hukuman mati, menurut seorang sumber dari pemerintah Korea Selatan.

Namun, tidak bisa dipastikan apakah Jong-nam memiliki keinginan untuk menggantikan ayahnya, apalagi merebut kekuasaan dari adik tirinya itu.

Melalui beberapa wawancara bersama Yoji Gomi, penulis buku biografinya berjudul " My Father, Kim Jong-il, and Me" , Jong-nam mengkritik sistem kekuasaan turun-temurun dan mengusulkan reformasi ekonomi dan politik di Korea Utara.

Dalam percakapan bersama mantan pejabat tinggi Persatuan Bangsa Bersatu (PBB) Elisabeth Rehn, putra Jong-nam, Kim Han-sol mengatakan bahwa ayahnya " tidak tertarik dalam dunia politik."

Rencana untuk menggulingkan Jong-un membutuhkan dukungan dari China, dan itu adalah sesuatu yang mustahil telah direncanakan sejak tahun 2011.

" Ini tidak masuk akal bagi China untuk menjalankan konspirasi politik terhadap Jong-un dan mempertaruhkan hubungan antara China dan Korea Utara ketika peluang Jong-nam merampas takhta adiknya itu sangat tipis," kata salah seorang staf di Pusat Kebijakan Global Carnegie Tsinghua di Beijing, Zhao Tong.

 

4 dari 4 halaman

Perseteruan Adik-Kakak

Perseteruan Adik-Kakak © Dream

Dilahirkan saat Jong-nam belajar di luar negeri dan dibesarkan oleh seorang ibu yang melihat keluarga pertama suaminya sebagai pesaing anak-anaknya sendiri, Jong-un tidak pernah memiliki hubungan dekat dengan kakak tirinya itu.

Bahkan, kedua bersaudara tiri itu juga tidak pernah bertemu satu sama lain.

Namun itu tidak menghalangi Jong-nam dari mengkritik Jong-un secara terbuka dengan mengatakan bahwa adiknya itu terlalu lemah untuk mempertahankan kontrol terhadap negara mereka.

Dia juga menyebut adiknya itu boneka untuk 'orang-orang tua' di dalam pemerintahan rezim Korea Utara.

Kritik seperti itu tidak begitu disenangi oleh Pyongyang, yang lazimnya memberi respon marah terhadap kritik terutama dari luar negeri.

Rencana untuk membunuh Jong-nam telah dilakukan sejak lima tahun lalu, menurut sumber yang bekerja di pemerintah Korea Selatan, Lee Cheol-woo.

Seorang pria Korea Utara yang dipenjarakan karena mematai-matai Korea Selatan pada 2012 dilaporkan mengaku dia diperintahkan untuk membunuh Jong-nam.

Menurut seorang lagi pejabat pemerintah, Kim Byung-kee, Jong-nam telah menulis sepucuk surat kepada adiknya pada 2012, memohon belas kasihan agar nyawa dia dan keluarganya tidak diganggu.

Kata Zhao, kematian Jong-nam menjadi satu situasi yang janggal buat Jong-un. Sebab berita pembunuhan itu hadir di saat negara itu dilanda kontroversi akibat kebebalannya untuk melanjutkan program senjata nuklir.

" Mungkin Jong-un sendiri mengarahkan agar lembaga intelijen Korea Utara melacak kakak tirinya. Namun kemungkinan juga dia tidak langsung mengarahkan agar pria itu dibunuh - terutama sekali pada saat seperti ini," jelas Zhao.

(Sumber: Mynewshub.cc)

Beri Komentar