Ilustrasi Tepuk Tangan. (Foto: Pixabay)
Dream - Setiap kali menyaksikan konser atau pertunjukkan, penonton pasti akan bertepuk tangan setelah persembahan terakhir atau melihat aksi keren bintang pujaannya.
Bertepuk tangan telah menjadi kebiasaan yang dilakukan di seluruh dunia, terlepas dari usia, jenis kelamin hingga ras.
Kenapa orang bertepuk tangan? Ternyata, tindakan bertepuk tangan dipandang sebagai salah satu cara untuk menyatakan penghargaan atas persembahan yang dinikmati atau sesuatu yang membawa elemen positif kepada seseorang.
Bertepuk tangan juga dianggap sebagai tindakan menunjukkan cinta dan kebanggaan pada orang lain. Karena itu, tidak mengherankan jika tempat-tempat seperti aula atau stadion selalu bergemuruh dengan tepuk tangan penonton karena mereka menikmati pertunjukan yang menyenangkan.
Tepuk tangan menjadi ungkapan emosi setiap kali orang melihat sesuatu yang menyenangkan. Namun, pernahkah kita bertanya-tanya mengapa kita bertepuk tangan untuk mengekspresikan kebahagiaan atau kebanggaan?
Tahukah Sahabat Dream jika bayi adalah kelompok usia yang sangat bersemangat dalam membuat suara? Terkadang, orang tua bertepuk tangan saat bermain dengan mereka.
Ketika orang tua melakukan itu, bayi secara alami akan mengekspresikan kegembiraan. Mereka kemudian tertawa karena mendengar bunyi yang dihasilkan dari tepuk tangan.
Karenanya, orang tua selalu mengajar bayi untuk bertepuk tangan sehingga mereka dapat mengekspresikan kebahagiaan.
Sehingga itu akan menjadi kebiasaan di masa kecil seseorang untuk mengekspresikan kebahagiaan mereka melalui tepuk tangan.
Tidak mengherankan jika bertepuk tangan sudah menjadi kebiasaan orang-orang di dunia ini sejak mereka masih bayi.
Selain sebagai kepuasan setelah melihat sesuatu, tepuk tangan juga dilakukan untuk memberikan dukungan atau penghargaan kepada orang lain.
Dengan tepuk tangan, seseorang akan merasa mendapat penghormatan dan perhatian dari orang lain. Hal itu diungkapkan oleh Profesor Bella Itkin dari Sekolah Teater Universitas DePaul.
Contohnya ketika seseorang bercerita di hadapan teman-temannya di sebuah acara api unggun.
Setelah selesai bercerita, teman-temannya akan mengekspresikan rasa senang dan penghargaan dengan membuat bunyi-bunyian.
Karena itu, Itkin yakin bahwa bunyi-bunyian yang dihasilkan merupakan bentuk ekspresi senang dan penghargaan. Begitu pula dengan tepuk tangan.
Tepuk tangan untuk mengekspresikan penghargaan diyakini berasal dari pementasan teater di Zaman Romawi pada abad ke-3 SM.
Hal itu ditulis oleh penulis terkenal Romawi bernama Plautus. Untuk setiap pertunjukan, Plautus akan mengarahkan salah satu pemain untuk berdiri di depan penonton dan mengatakan 'valete et plaudite' yang berarti 'selamat tinggal dan berikan penghargaan Anda'.
Menurut petunjuk tersebut, penonton yang terhibur akan bereaksi menggunakan tepuk tangan dengan mempertemukan kedua telapak tangan mereka untuk menghasilkan suara.
Oleh karena itu, tepuk tangan yang meriah dan keras akan menjadi penghormatan tertinggi atas upaya para aktor untuk melakukan yang terbaik.
Selain bertepuk tangan, Plautus menambahkan bahwa penonton juga akan mengekspresikan apresiasi mereka dengan menjentikkan jari atau menginjak-injakkan kaki untuk membuat suara yang keras.
Namun, bertepuk tangan dipandang sebagai salah satu cara paling mudah dan efektif untuk mengekspresikan penghargaan dan kebahagiaan.
(Sah, Sumber: Siakapkeli.my)
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN