Mengharukan! Suasana Ramadan Korban Serangan Israel di Gaza

Reporter : Sandy Mahaputra
Kamis, 17 Juli 2014 04:04
Mengharukan! Suasana Ramadan Korban Serangan Israel di Gaza
Jalur Gaza menghadapi Ramadan yang suram karena melonjaknya pengangguran dan kemiskinan, ditambah dengan pesawat Israel menggempur wilayah itu.

Dream - Alih-alih menikmati perayaan dan kemeriahan malam hari bulan Ramadan, warga Palestina di Jalur Gaza menghabiskan bulan suci dengan bersembunyi di dalam rumah atau bunker agar terhindar dari bom Israel.

Selama Ramadan, suasana Jalur Gaza pada siang harinya biasanya diwarnai banyak karnaval di jalan-jalan utama. Lentera-lentera digantung di atas gang-gang dan anak-anak bermain sampai dini hari.

Suhair Abu Jalilah dan dua anak perempuannya adalah salah satu dari sekitar 17.000 warga Palestina yang meninggalkan rumah mereka di Gaza. Ini dilakukan setelah Israel memperingatkan akan membom lingkungan mereka.

" Tidak ada sukacita musim ini. Kami tidur di kasur di lorong yang penuh. Mereka menyediakan makanan buka yang seadanya," katanya.

" Kami sudah begitu lelah dan takut. Kami berharap begitu banyak untuk kembali dan merasakan keamanan."

Jalur Gaza menghadapi Ramadan yang suram karena melonjaknya pengangguran dan kemiskinan, ditambah dengan pesawat Israel menggempur wilayah itu.

Setidaknya 180 warga Palestina telah tewas dalam pertempuran itu, dan gencatan senjata yang diusulkan oleh Mesir pada hari Senin gagal terwujud.

Banyak toko-toko tutup dan orang-orang tinggal di dalam rumah sambil berjaga-jaga terhadap roket dan bom.

Banyak warga Gaza yang meninggalkan salat berjamaah di masjid setelah Israel menghancurkan satu masjid dan merusak 34 lainnya, kata Al-Mezan Association for Human Rights. Sementara itu hampir 260 rumah penduduk hancur dan 1.034 rusak.

Israel meyakini masjid-masjid terebut digunakan untuk menyimpan roket. Israel mengatakan serangannya hanya menargetkan senjata militan dan personil dan berusaha untuk menghindari korban sipil.

Kelompok Hamas yang menguasai Jalur Gaza biasanya mendirikan dapur umum bagi yang membutuhkan di bulan Ramadan dan menyalurkan tunjangan bagi pekerja sektor publik.

Tapi para elit politiknya sekarang bersembunyi sementara pejuang berada di garis depan, meninggalkan pekerja sektor publik mengatasi krisis sendirian.

Seperti kebanyakan pegawai pemerintah lainnya, dokter di bangsal trauma rumah sakit Al-Shifa Gaza belum menerima gaji dalam tiga bulan. Mereka hanya menerima setengah gaji mereka selama empat bulan sebelumnya karena krisis moneter dalam pemerintahan Hamas. Hal itu diperburuk dengan percekcokan politik internal Palestina.

Namun, petugas medis tetap bekerja 24-jam setiap hari secara bergantian. Mereka mengobati pasien korban serangan Israel sambil berpuasa. Mereka akan segera berbuka dengan menu sederhana jika memungkinkan.

" Makanan di rumah sakit tentu saja tidak enak, tapi melihat kondisi orang-orang sekitar membuat saya mensyukuri apa yang saya miliki," kata Dokter Mohammed Belami.

" Kami yakin kami akan mendapatkan gaji, serta hak-hak kami sebagai sebuah negara. Sementara itu, membantu orang-orang ini membantu saya melupakan stres psikologis dan moral yang saya lalui," katanya.

(Ism, Sumber: World Bulletin)

Beri Komentar