Kisah Haru Malaysia (World Of Buzz)
Dream - Terkadang, orang yang paling banyak memberi adalah mereka yang paling tidak memiliki apa-apa. Mereka justru memahami betul bagaimana rasanya hidup dalam kekurangan.
Viral sebuah video yang diunggah seorang pengguna twitter bernama AZ. Video itu memperlihatkan seorang bocah berusia tujuh tahun sedang mendorong kursi roda diduduki ayahnya yang seorang penyandang disabilitas.
Rekaman video itu diambil di jalanan Kuala Lumpur, Malaysia. Video itu membuat haru bukan lantaran kisah mendapatkan bantuan, tetapi sikap sang ayah kepada anaknya saat mengambil jatah donasi.
Dalam video terlihat seorang pria sedang mengemudi mobil dengan dua temannya. Mereka sedang berkeliling untuk membagikan makanan ke warga kurang beruntung di sekitaran Kuala Lumpur.
Ketika pengemudi melihat bocah yang sedang mendorong kursi roda berisi seseorang yang lebih tua, dia melambaikan tangan dan bertanya. Apakah mereka ingin makanan? Keduanya mengangguk sebagai jawaban untuk 'iya'.
Pengemudi dan teman-temannya kemudian memberi mereka dua botol air mineral dan dua bungkus nasi. Bocah tadi kemudian bertanya kepada laki-laki yang ternyata sang ayah, apakah itu cukup.
Sang ayah memberikan jawaban yang mengagumkan. " Cukup lah. Sisakan untuk yang lain karena masih banyak orang yang belum dapat," kata ayah tersebut.
Bocah itu menggaruk kepala karena merasa malu. Dia lalu mengambil posisi di belakang kursi roda ayahnya.
Dah 10 tahun kaki patah, anak berumur 7 tahun yang menolak kesana kesini.
Tulang dah patah, besi yang menggantikan tulang pun dah patah. Tunggu wheelchair je patah.
Anak: “ Cukup ke bah?”
Abah: “ Eh cukup la, bagi la orang lain pula ramai lagi tak dapat.”
???????? pic.twitter.com/wLdpNpgXQR— ????????? (@_AZ69)April 18, 2020
Menurut cuitan yang diunggah oleh AZ, kedua kaki sang ayah sudah patah sejak 10 tahun yang lalu. Sedangkan penyangga logam pengganti kakinya pun juga sudah patah.
Satu-satunya benda yang mendukung ayah itu agar dapat berjalan hanyalah kursi roda. Tentu dibantu dorongan dari sang anak.
Dikutip dari World of Buzz, AZ telah menemukan tempat tinggal sang ayah dan anaknya, yang ternyata hanya kasur di belakang sebuah toko. AZ dan teman-temannya sedang mencari solusi untuk mencoba membantu mereka lebih banyak.
AZ mengatakan kegiatan amal ini diinisiasi oleh teman-temannya. Ketika baru keluar pertama kali usai menjalani lockdown untuk berbagi, mereka hanya dapat memberikan 20 bungkus makanan per harinya.
Tetapi dengan kontribusi dari masyarakat, mereka dapat membagikan 250 bungkus makanan kepada orang kurang beruntung.
AZ juga mengatakan, di saat seperti ini, masyarakat dapat saling membantu. Tidak hanya secara finansial namun dapat juga menyumbangkan beberapa jenis sembako dan membagikannya ke orang-orang kurang beruntung.
Dream - Pandemi virus corona semakin mengkhawatirkan. Hal ini mengharuskan pemerintah mengambil beberapa kebijakan demi menekan persebaran virus.
Salah satu kebijakannya yaitu tetap berada di rumah untuk minimalisir aktivitas. Kebijakan itu juga berlaku dalam lingkungan pendidikan, para murid diharuskan belajar dirumah dengan metode online.
Namun bagaimana dengan murid yang tidak bisa mengakses internet dan belajar online?
Dalam kondisi tersebut, tatap muka antara guru dan murid harus tetap dilakukan secara manual. Metode inilah yang digunakan oleh guru bernama Avan Fathurrahman.
Informasi tersebut didapatkan melalui akun Facebook pribadinya. Ia merupakan guru di Sekolah Dasar Negeri Batuputih Laok 3, Sumenep, Jawa Timur.
Avan ini menceritakan perjuangannya harus tetap mengajar di tengah pandemi corona melalui unggahan facebooknya.
Avan rela mendatangi rumah siswanya satu persatu dengan jarak tempuh yang sangat jauh. Hal ini ia lakukan karena adanya keterbatasan teknologi. Setelah kebijakan Mendikbud, Avan kebingungan dengan metode belajar online.
" Sudah beberapa minggu saya berada dalam posisi yang dilematis. Bukan masalah rindu. Tapi tentang imbauan Mas Mentri, agar bekerja dari rumah. Ini jelas tidak bisa saya lakukan, karena murid saya tidak punya sarana untuk belajar dari rumah. Mereka tidak punya smartphone, juga tidak punya laptop. Jikapun misalnya punya, dana untuk beli kuota internet akan membebani wali murid," tulisnya.
Bahkan dirinya bercerita ada sebagian orang tua murid yang mengusahan mencari pinjaman uang untuk membeli telepon pintar. Kemudian, hal itu hendak dilarang oleh Pak Avan lantaran hanya membebani pihak orang tua.
" Karena mendengar kabar bahwa rata-rata, anak-anak harus belajar dari HP cerdas. Saya terkejut mendengar penuturannya. Lalu pelan-pelan saya bicara. Saya melarangnya. imbuhnya.
Avan juga mengimbau kepada murid dan wali murid untuk belajar di rumah dengan menggunakan buku-buku pelajaran yang telah dipinjamkan dari pihak sekolah.
" Saya memberikan pemahaman bahwa belajar di rumah, tidak harus lewat HP. Siswa bisa belajar dari buku-buku paket yang sudah dipinjami dari sekolah," tambah Pak Avan.
Akhirnya dengan ketulusan hatinya, Pak Avan rela berkeliling ke rumah siswa yang jaraknya tidak saling berdekatan. Proses pembelajaran keliling tersebut dilakukannya tiga kali dalam satu minggu.
" Saya bilang, bahwa sayalah yang akan berkeliling ke rumah-rumah siswa untuk mengajari. saya memang harus keliling ke rumah-rumah siswa, setidaknya 3 kali dalam seminggu. Medan yang saya tempuh juga lumayan jauh. Selain jarak antar rumah siswa memang jauh, jalan menuju ke masing-masing rumah siswa bisa dibilang kurang bagus. Bahkan jika hujan, saya harus jalan kaki ke salah satu rumah siswa," ucapnya
Advertisement
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Kebiasaan Pakai Bra saat Tidur Berbahaya? Cari Tahu Faktanya