Dream - Nasib SDN 331 Gresik di Dusun Poloasem, Desa Daun, Kecamatan Sangkapura, Bawean, Gresik sungguh memprihatinkan. Sekolah ini hanya mendapatkan empat murid baru dari Pendaftaran Peserta Didik Baru (PPDB) tahun ajaran 2024/2025.
Kepala Sekolah UPT SD Negeri 331 Gresik, Safiyanah, mengungkapkan bahwa masalah ini bukan hal baru. Setiap tahunnya, sekolah itu selalu menerima murid baru dalam jumlah sangat sedikit.
Tahun ajaran sebelumnya, sekolah tersebut hanya mendapat murid baru di bawah lima siswa.
“Jumlah siswa kelas 1 insyaallah ada 4 anak,” kata Safiyanah dilansir dari Gresik Satu, Selasa 16 Juli 2024.
Menurutnya, lokasi yang terpencil menjadi faktor utama rendahnya jumlah siswa baru. Apalagi sekolah ini berada di sebuah dusun yang hanya dihuni oleh 22 keluarga.
“Sekecamatan Sangkapura kami paling sedikit muridnya. Total ada 17 siswa dengan 10 guru di SDN 331 Gresik ini,” ungkapnya.
Meskipun jumlah siswa baru sangat sedikit, Safiyanah menegaskan bahwa SDN 331 Gresik tetap berkomitmen untuk memberikan pendidikan yang layak bagi anak-anak di daerah tersebut.
“Dulu pernah menerima siswa baru sampai 60 orang, saat itu angka kelahiran masih sangat tinggi dan belum ada program KB. Seiring berjalannya waktu, program KB sudah dilakukan dan jumlah angka kelahiran menyesuaikan standar ideal,” ujar Safiyanah
Sebelum ada SDN 331 Gresik, para warga awalnya sekolah di SDN 1 Daun. Untuk sampai ke SDN 1 Daun, warga Dusun Poloasem harus menempuh perjalanan menaiki bukit.
Akibat jarak yang terlalu jauh, tingkat pendidikan pada masa itu masih tergolong rendah. Hingga akhirnya dibangun SDN 331 agar tingkat pendidikan bisa naik.
“Antusiasme dari warga juga luar bisa, mereka menjual tanahnya sukarela dengan harga murah agar bisa didirikan sekolah. Meskipun siswanya disini cuma sedikit tapi bukan jadi alasan untuk anak tak memperoleh pendidikan yang layak,” ungkapnya.
Karena jumlah siswa yang terus menurun, sejumlah prasarana sekolah pun mulai terbengkalai karena jarang digunakan. Banyak jendela usang yang sulit dikunci dan atapnya rusak. Ini menyebabkan sekolah jadi sarang kelelawar.
“Sedangkan untuk sarana prasarana, atapnya disini sudah rusak, jendelanya sudah lama dan sulit dikunci sehingga banyak dihuni kalong. Baunya kan cukup mengganggu untuk KBM, jadi siswa terpaksa belajar di luar sekolah,” kata Safiyanah.
Advertisement
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN
Trik Wajah Glowing dengan Bahan yang Ada di Dapur