Dream - Mukjizat berasal dari bahasa Arab, yakni a'jaza yang berarti melemahkan atau menjadikan tidak mampu.
Pelakunya atau yang melemahkan disebut dengan mu'jiz dan jika kemampuan melemahkan pihak lain sangat jelas dan bisa membungkam lawannya, maka disebut dengan mu'jizat.
Secara umum, mukjizat sendiri adalah suatu kejadian yang ajaib yang sulit untuk diterima oleh akal manusia. Di mana mukjizat tersebut dimiliki oleh para Nabi dan Rasul, termasuk Nabi Muhammad saw.
Meski begitu, mukjizat Nabi Muhammad saw memiliki perbedaan dengan Rasul lainnya.
Karena beliau diutus oleh Allah SWT untuk seluruh umat manusia di dunia hingga akhir zaman kelak.
Untuk mengetahui alasan adanya perbedaan mukjizat Nabi Muhammad saw dengan Rasul lainnya, berikut sebagaimana dirangkum Dream melalui berbagai sumber.
Di dalam Islam terdapat beberapa macam mukjizat. Berikut di antaranya yang perlu sahabat Dream ketahui:
Mukjizat Syakhsiyyah adalah mukjizat yang keluar dan berasal dari tubuh seorang Nabi dan Rasul.
Misalnya tangan Nabi Musa as yang bisa memancarkan cahaya bulan. Lalu, Nabi Isa as yang bisa menyembuhkan penyakit buta dan kista.
Mukjizat Aqliyyah adalah mukjizat rasional atau yang masuk akal. Dalam hal ini, yang termasuk dalam mukjizat Aqliyyah adalah diturunkannya kitab suci Al-Quran kepada Nabi Muhammad saw.
Mukjizat Kauniyah adalah mukjizat yang memiliki hubungan dengan peristiwa alam. Misalnya Nabi Musa as yang membelah Laut Merah dengan tongkat dan Nabi Muhammad saw yang membelah bulan menjadi dua.
Mukjizat Salbiyyah adalah mukjizat yang membuat sesuatu menjadi tidak berdaya. Misalnya Nabi Ibrahim as yang dibakar oleh Raja Namrud, tetapi tubuhnya tidak terbakar.
Mukjizat yang dimiliki oleh Nabi Muhammad saw terdapat perbedaan dengan mukjizat Rasul lainnya. Mukjizat dizaman Nabi dan Rasul terdahulu, sifatnya adalah temporal, lokal, dan material.
Hal tersebut dikarenakan tujuan dakwah mereka terbatas pada daerah dan waktu tertentu saja.
Sedangkan Nabi Muhammad saw diutus untuk seluruh umat manusia di dunia hingga akhir zaman kelak.
Menurut Quraish Shihab, disebabkan karena sifat pengutusan itulah, maka bukti kebenaran beliau tidaklah mungkin bersifat lokal, temporal, dan material.
Buktinya harus bersifat universal, kekal, dan bisa dipikirkan serta dibuktikan kebenarannya oleh akal manusia. Inilah fungsi Al-Quran sebagai mukjizat.
Bukti lainnya bahwa benar adanya bahwa Al-Quran bersumber langsung dari Allah SWT adalah melihat kondisi Nabi Muhammad saw adalah seorang yang tidak pandai membaca dan menulis.
Bahkan, beliau juga tidak hidup di tengah masyarakat yang mengenal peradaban, seperti Mesir, Persia, dan Romawi.
Akan tetapi, beliau berada di tengah kaum yang beliau sendiri menggambarkannya sebagai " Kami adalah masyarakat yang tidak pandai menulis dan berhitung" .
Bahkan dijelaskan dalam Al-Quran surat Al-Ankabut ayat 48, bahwa seandainya Nabi Muhammad saw bisa membaa atau menulis, pasti akan ada yang meragukan kenabian beliau.
Di samping itu, dalam sebuah ceramahnya, Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha juga menjelaskan bahwa mukjizat Rasulullah saw tidak boleh berupa fisik seperti tongkatnya Nabi Musa.
Karena tidak menjawab kecerdasan-kecerdasan yang terimplementasi oleh kata-kata yang diucapkan orang kafir.
Akhirnya Nabi diwarisi kecerdasan oleh Allah SWT, yang disebut dengan fathonah.
Hingga akhirnya Al-Quran datang dengan kecerdasan untuk menjawab apa yang diucapkan orang kafir.
Sehingga, Nabi tidak memakai mukjizat fisik, tetapi mukjizat logika.
Advertisement
Momen Haru Sopir Ojol Nangis dapat Orderan dari Singapura untuk Dibagikan
Siswa Belajar Online karena Demo, Saat Diminta Live Location Ada yang Sudah di Semeru
Cetak Sejarah Baru! 'Dynamite' BTS Jadi Lagu Asia Pertama Tembus 2 Miliar di Spotify dan YouTube
Komunitas Warga Indonesia di Amerika Tunjukkan Kepedulian Lewat `Amerika Bergerak`
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas