Buaya Sungai Nil. (Foto: Tony Mackrill, National Geographic Your Shot)
Dream - Beberapa mumi buaya purba tanpa kepala telah ditemukan di kuburan Mesir yang masih belum terjamah sama sekali sebelumnya.
Para peneliti mengatakan mumi buaya yang ditemukan di Qubbat al-Hawaa di tepi barat Sungai Nil itu, diawetkan dengan cara yang 'unik'.
Buaya-buaya itu dimumikan dan dimakamkan dengan tujuan untuk menenangkan para dewa. Anehnya, kepala buaya dipotong setelah buaya dibunuh dan dikeringkan.
Meskipun memumikan hewan sudah menjadi tradisi orang Mesir kuno, namun temuan tersebut memberi wawasan baru tentang cara hidup buaya dan kematian mereka.
Menurut Bea De Cupere, dari Royal Belgian Institute of Natural Science, mumi hewan digunakan sebagai persembahan kepada dewa, atau dianggap sebagai manifestasi fisik dari dewa.
" Membunuh hewan bukanlah sebuah masalah jika muminya (perwujudan dewa) bisa menghubungkan dunia manusia dengan alam dewa," kata De Cupere, penulis penelitian yang mempublikasikan studinya dalam jurnal PLoS ONE.
Sebelumnya, para ilmuwan telah mempelajari bahwa buaya sering dijadikan tumbal sebagai cara menenangkan atau berhubungan dengan Dewa Sobek yang diasosiasikan dengan kesuburan.
Dewa Mesir kuno ini sering digambarkan sebagai buaya atau manusia berkepala buaya. Namun, mengawetkan buaya dalam bentuk mumi jarang sekali terjadi.
" Penemuan mumi buaya dengan kondisi utuh dalam penggalian makam yang lebih baru cukup langka. Sebagian besar hanya terdiri dari potongan-potongan yang sudah rusak," kata De Cupere.
" Karena itu, penemuan di Makam Qubbat al-Hawaa sangat unik, menampilkan koleksi mumi buaya yang dapat dipelajari dengan mudah," tambah De Cupere.
Penelitian itu kemudian menjelaskan proses mumifikasi buaya buntung kepalanya di Makam Qubbat al-Hawaa yang selama ini belum pernah dijamah penjarah kuburan.
" Diasumsikan bahwa buaya pertama-tama diletakkan di permukaan atau dikubur di lingkungan berpasir yang memungkinkan tubuhnya mengering secara alami.
" Bangkainya kemudian dibungkus dengan linen dan tikar yang terbuat dari daun palem sebelum dibawa ke makam tempat mereka disimpan.
" Selama proses mumifikasi, kerusakan terjadi pada beberapa buaya. Sementara sisanya yang lain terawetkan dengan baik.
" Untuk kasus mumi buaya tanpa kepala, tengkoraknya kemungkinan baru dilepas setelah sudah mengering secara alami," jelas peneliti.
Para peneliti tidak yakin bagaimana buaya itu dibunuh, karena tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan penyebab kematiannya.
Namun, beberapa metode dapat digunakan untuk membunuh hewan tanpa meninggalkan jejak yang jelas.
Buaya-buaya ini dibunuh dengan cara menenggelamkan, mencekik, dan menjemurnya di bawah sinar matahari untuk waktu yang lama.
Tim dari University of Jaén di Spanyol pertama kali mulai meneliti makam batu tersebut pada tahun 2008.
Situs pemakaman, yang namanya diterjemahkan sebagai 'Dome of the Wind', diperkirakan telah digunakan sejak sekitar 2.500 tahun yang lalu hingga periode Romawi dan Bizantium (30 SM - 642 M).
" Ini adalah salah satu Makam Mesir kuno yang paling padat 'penghuninya'. Banyak pejabat tinggi dimakamkan di kuburan yang dibuat dengan memotong bebatuan," tulis peneliti.
Sumber: DailyStar
Advertisement
Momen Haru Sopir Ojol Nangis dapat Orderan dari Singapura untuk Dibagikan
Siswa Belajar Online karena Demo, Saat Diminta Live Location Ada yang Sudah di Semeru
Cetak Sejarah Baru! 'Dynamite' BTS Jadi Lagu Asia Pertama Tembus 2 Miliar di Spotify dan YouTube
Komunitas Warga Indonesia di Amerika Tunjukkan Kepedulian Lewat `Amerika Bergerak`
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas