Ilustrasi Perceraian (Shutterstock.com)
Dream - Tingkat perceraian di Arab Saudi selama masa karantina akibat pandemi Covid-19 ternyata mengalami peningkatan sebesar 30 persen. Data Kementerian Kehakiman Saudi mencatat sebanyak 52 persen kasus gugatan perceraian berasal di Kota Mekah dan Riyadh.
Fakta lain menyebutkan mayoritas wanita Saudi yang mengajukan cerai dari seorang suami yang berpoligami berprofesi sebagai karyawan, pengusaha dan dokter.
Dilansir dari Middle East Monitor, poligami adalah hal lumrah bagi kaum pria Saudi. Tetapi, seiring berjalannya waktu terjadi perubahan dalam dinamika sosial.
Wanita Saudi yang menolak praktik pernikahan poligami kini semakin banyak. Hal itu berdampak pada meningginya kasus gugatan cerai di Saudi.
Meningginya kasus perceraian Saudi disebabkan beberapa faktor. Di antaranya, banyak wanita yang menyadari suami mereka menikahi istri kedua, ketiga dan keempat secara diam-diam terutama selama lockdown.
Dilaporkan pada Februari 2020, terjadi peningkatan jumlah pernikahan di Saudi sebesar lima persen dibandingkan bulan yang sama tahun lalu. Rinciannya, ada 13 ribu pernikahan telah dilakukan dengan 542 pernikahan terdaftar secara online.
Menurut laporan, ada sekitar 7.482 perceraian di Saudi pada Februari lalu ketika jam malam dan pembatasan perjalanan pertama kali diterapkan. Tetapi tidak ada angka untuk bulan-bulan berikutnya karena penangguhan pengadilan akibat epidemi virus corona.
Pengacara Saudi, Saleh Musfer Al-Ghamdi, mengatakan dalam jangka waktu dua pekan pada Februari, dia menerima lima permintaan perceraian dari para istri.
" Di antara mereka adalah seorang dokter yang mengdapati suaminya menikah lagi secara diam-diam dengan wanita Arab lain,” kata Al-Ghamdi.
Poligami atau praktik pernikahan satu suami dengan lebih dari satu istri hukumnya dianggap sah dalam kehidupan keagamaan. Meski begitu, negara-negara Islam menerapkan hukum yang berbeda terhadap praktik pernikahan ini.
Sumber: Middle East Monitor
Dream - Arab Saudi memberlakukan lockdown total di seluruh kawasannya untuk mencegah penyebaran virus corona. Keputusan ini resmi berlaku terhitung mulai 30 Ramadhan hingga 4 Syawal 1441 H, bertepatan dengan 23-27 Mei 2020.
Tetapi, menurut Kementerian Dalam Negeri Saudi, kegiatan perekonomian di seluruh negeri masih akan tetap berjalan. Masyarakat juga masih diizinkan ke luar rumah dengan batas waktu antara pukul sembilan pagi hingga pukul lima sore, kecuali di Mekah yang terus diberlakukan lockdown.
Sebelumnya, Kementerian Dalam Negeri Saudi hanya memberlakukan lockdown 24 jam untuk wilayah Baish di Provinsi Jazan.
Dikutip dari Arab News, penduduk Arab Saudi hanya diizinkan keluar rumah untuk membeli barang-barang kebutuhan pokok dan keperluan medis dengan waktu yang telah ditentukan.
Pada Selasa, kemarin, Kementerian Kesehatan Saudi mencatatkan tingkat kesembuhan virus corona harian tertinggi sejak wabah itu masuk pada dua bulan lalu.
Ada lebih dari 2.520 pasien sembuh dan ini merupakan perhitungan harian tertinggi sejak awal pandemi di mana ada peningkatan jumlah total pasien sembuh menjadi 15.257 orang.
Tetapi, ada 1.911 kasus infeksi baru dilaporkan pada Selasa, 12 Maret 2020. Sehingga total kasus menjadi 42.925 di Arab Saudi dengan 27.404 kasus aktif dan 147 dalam kondisi kritis.
Dari kasus terkonfirmasi, 82 persen pasien adalah laki-laki dan 18 persen perempuan. Dua persen adalah orang dewasa di atas usia 65, sementara 6 persen adalah anak-anak.
Kematian terakhir dua warga Saudi dan tujuh ekspatriat di Mekah, Riyadh, dan Wadi Al-Dawaser, menjadikan jumlah total korban jiwa menjadi 264.
The King Abdul Aziz City for Science and Technology bersama dengan para pakar bidang epidemiologi dan matematika, sedang membangun sebuah model simulasi yang memantau pergerakan di kota-kota Saudi menggunakan teknologi AI.
Teknologi ini dikembangkan untuk membantu pemerintah dalam memprediksi langkah-langkah tepat dalam pengambilan keputusan untuk memerangi pandemi virus corona.
Dream - Kerajaan Arab Saudi mengumumkan kabar baik jelang malam Nuzulul Quran atau Minggu, 10 Mei 2020. Jumlah pasien positif terinfeksi virus corona yang dinyatakan sembuh sudah mencapai lebih 10 ribu jiwa.
Arab News melaporkan pasien sembuh di Arab Saudi sudah melewati 10 ribu pasien sejak Sabtu, 9 Mei 2020 lalu. Data dari Kementerian Kesehatan Saudi menyebutkan pasien hanya memiliki gejala ringan dengan tenggat waktu kesembuhan sekitar 14-21 hari.
Kementerian Kesehatan Saudi menyatakan 80 hingga 90 persen pasien Covid-19 berhasil pulih dalam waktu dua sampai tiga pekan. Kecuali yang kondisinya lebih parah.
Hingga Minggu malam, 10 Mei 2020, Worldometer mencatat pasien Covid-19 sembuh di Saudi sejumlah 10.144 pasien. Sementara pasien meninggal ada 239 orang.
Kasus aktif Covid-19 terkonfirmasi di Saudi mencapai 26.753 pasien. Sedangkan pasien kritis berjumlah 140 orang, dan total kasus ada 37.136.
Kasus di Saudi banyak terdeteksi dari tes massal yang digalakkan otoritas setempat.
Kerajaan Saudi sendiri telah melonggar kebijakan lockdown untuk beberapa lokasi seperti di Kota Mandinah. Tetapi masyarakat tetap diimbau untuk mengikuti anjuran yang diberikan secara bertahap sebagai upaya menekan persebaran virus corona.
(Sah, Sumber: Liputan6.com/Tommy Kurnia)
Advertisement
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah
UU BUMN 2025 Perkuat Transparansi dan Efisiensi Tata Kelola, Tegas Anggia Erma Rini
Masa Tunggu Haji Dipercepat, dari 40 Tahun Jadi 26 Tahun
Viral Laundry Majapahit yang Bayarnya Hanya Rp2000
NCII, Komunitas Warga Nigeria di Indonesia
Azizah Salsha di Usia 22 Tahun: Keinginanku Adalah Mencari Ketenangan
Throwback Serunya Dream Day Ramadan Fest bersama Royale Parfume Series by SoKlin Hijab
Benarkah Gaji Pensiunan PNS Naik Bulan Ini? Begini Penjelasan Resminya!
Timnas Padel Indonesia Wanita Cetak Sejarah Lolos ke 8 Besar FIP Asia Cup 2025
Hore, PLN Berikan Diskon Tambah Daya Listrik 50% Hingga 30 Oktober 2025
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah
Hasil Foto Paspor Shandy Aulia Pakai Makeup Artist Dikritik, Pihak Imigrasi Beri Penjelasan
Zaskia Mecca Kritik Acara Tanya Jawab di Kajian, Seperti Membuka Aib