Panen Hijab Lebaran

Reporter : Eko Huda S
Rabu, 22 Juni 2016 21:06
Panen Hijab Lebaran
Para desainer berlomba kreatif untuk mengeluarkan koleksi Lebaran, sehingga mampu menangguk rupiah.

Dream - Perempuan mungil nan-cantik itu tak henti-hentinya bergerak. Seperti orang pecicilan. Sebentar mengangkat telepon genggam, sebentar berbicara dengan karyawannya. Sekejap menata busana, sebentar mengangkat telepon lagi.

" Wa'alaikumsalam. Oke, delapan karung sudah dikirim ke Surabaya," ujar wanita berhijab merah yang sepertinya tak mau tenggelam dalam kesibukannya.

Tangannya pun gesit menumpuk busana-busana hijab yang trendi. Potong demi potong disusun. Sebagian dijajar rapi pada gantungan. Sekejap, tangan itu berhenti. Menyambar lagi ponsel yang sudah berdering sedari tadi.

Dia lantas melesat. Naik ke lantai dua, menyalip lelaki pemanggul karung di depannya. Sebentar kemudian turun, memberi arahan kepada pegawai yang juga sibuk menerima telepon dari pelanggan.

Perempuan yang memburu waktu itu Tasya Nur Medina. Di gedung dua tingkat, di Jalan Ampera Raya, Cilandak, Jakarta Selatan, itu dia memimpin transaksi bisnis hijab beromzet ratusan juta hingga miliaran rupiah ini, Meccanism. Bisnis keluarga dengan brand ambassador yang juga adik kandungnya, Zaskia Adya Mecca.

“ Itu barang-barang baru datang lagi, mau kami simpan di atas karena di sini kan memang gudang sekaligus kantor,” kata Tasya saat seharian bersama jurnalis Dream, Ratih Wulan Pinandu.

Beberapa bulan ini, denyut di dalam gedung nomor 17 A ini memang berdegup lebih kencang. Dari pagi hingga malam. Para pegawai lebih gegas. Pertanda baik. Perputaran barang dan uang pun semakin deras dan cepat.

Maklum, sejak sebelum Ramadan pesanan busana hijab sudah membanjir. Permintaan semakin melonjak menjelang Hari Raya Kemenangan. Hijab-hijab itu dikirim ke penjuru Nusantara, dikenakan para Muslimah saat Idul Fitri.

***
Busana hijab memang tengah menjadi tren. Tak lagi identik dengan baju kuno. Tak lagi monoton, kini telah banyak model tersedia. Cocok untuk segala acara. Dan pemakainya mulai kalangan bawah hingga ibu-ibu dan remaja putri kelas elite.

Apapun modelnya, yang jelas busana hijab masih menjadi pilihan. Selain menjadi busana penutup aurat kaum hawa, hijab menjadi tren fesyen. Dan bisnis hijab terus berputar.

Sejak awal Ramadan, mukena dan hijab instan yang menjadi andalan Meccanism banyak diburu. Dalam sehari, 100-200 pesanan terkirim ke berbagai penjuru Tanah Air.

Tak hanya di Indonesia, busana-busana itu juga dikirim ke luar negeri, seperti Korea Selatan, Jepang, hingga Brunei Darussalam. Penjualan secara online membuat pasar Meccanism semakin melebar.

Kini, para pelanggan tak harus datang ke 10 butik yang tersebar di Jakarta, Bogor, Bandung, Solo, Yogyakarta, Surabaya, dan Makassar. Hanya dengan satu jari dari rumah, mereka sudah bisa mendapatkan koleksi trendi Meccanism.

Meski demikian, bukan berarti pelanggan yang datang ke butik lantas berkurang. Menurut Tasya, pesanan di butik Makassar dan Surabaya tetap membludak. Saat pembukaan butik di Makassar tahun lalu misalnya, dalam sehari mereka bisa meraup omzet Rp 30 juta.

Butik di Surabaya tak kalah ramai. Untuk edisi Lebaran saja, sudah 13 karung ludes terjual di Kota Pahlawan itu. “ Di sana, baru display saja langsung habis,” ujar istri Ferry Ardiansyah itu.

Tapi, Meccanism tak ingin latah mengeluarkan koleksi hari raya berupa kaftan ataupun gamis. Gaya busana daily wear masih menjadi karakter utama. Kenyamanan dan kepraktisan tetap menjadi ciri khas produk Meccanism.

Setiap desain, Meccanism selalu selektif memilih bahan. Banyak bermain dalam pemakaian kain katun, rayon, spandeks, dan sedikit satin, untuk outer. Tak ada batu ataupun payet agar harga tetap ekonomis.

“ Kita mengeluarkan seasonal Lebaran berupa atasan dan bawahan tapi nggak khusus. Harga juga sangat kita pikirkan biar orang yang beli Meccanism nggak susah dengan harga,” papar Tasya.

***

Pundi-pundi bisnis hijab kian gurih terasa. Banyak desainer lahir dari bisnis ini. Sebut saja Dian Pelangi, Jenahara, termasuk Zaskia Adya Mecca sendiri. Mereka menghasilkan busana-busana berkelas.

Tak hanya Meccanism. Peningkatan omzet juga dialami desainer dan pedagang lain. Toko online Saqina juga merasakan manisnya bisnis busana Muslim, khususnya hijab.

Panen raya saat Ramadan dan jelang Idul Fitri sukses dipetik. Kata pendiri Saqina, Ines Handayani, ini sudah lazim terjadi, termasuk saat Ramadan 2016 ini. “ Kenaikannya 30 persen, tapi untuk angka rupiahnya, rahasia,” kata Ines.

Selain Ramadan dan Lebaran, kenaikan omzet didongkrak dari promo diskon. Kali ini, Saqina menawarkan potongan harga 10 hingga 50 persen kepada para pelanggan.

Namun, bukan hanya saat Ramadan dan Lebaran saja. Pada hari-hari biasa, toko online dengan tagline “ gaya hidup keluarga Muslim” ini juga memberi diskon pada hari biasa. “ Diskon sepanjang masa,” ujar Ines.

Meccanism dan Saqina hanya sedikit contoh saja dari bisnis hijab. Selain mereka, ada ratusan bahkan ribuan lagi. Mereka siap membuat penampilan kaum Muslimah lebih cantik dan juga syar’i saat Lebaran.

***
Tiap desainer punya ciri masing-masing. Termasuk busana yang dibuat khusus Lebaran kali ini. Meccanism boleh saja tak mengeluarkan kaftan. Tapi tidak bagi Ria Miranda.

Menurut desainer berdarah Minang ini, busana-busana yang tren selama Ramadan dan Lebaran masih mendominasi dengan kaftan dan dress. “ Pokoknya busana yang simpel,” kata desainer yang menjadi model iklan di televisi ini.

“ Hijab sekarang kembali ke dulu lagi. Tidak terlalu styling atau apa. Balik lagi ke kerudung paris. Terus sifon bahan-bahan yang nyaman. Karena orang bakal detailnya ke baju,” tutur Ria.

***

Kesuksesan memang tak didapat secara instan. Bulir-bulir keringat, inovasi, kerja keras menjadi urat nadi bisnis ini agar dapat bertahan hidup. Satu atau dua tahun lalu, di dalam gudang Meccanism mungkin hanya akan ditemukan merek itu. Tapi kini gudang itu sudah berisi merek baru.

Inovasi menjadi kunci untuk melawan pasar yang terkadang jenuh. Bosan dengan pilihan yang ada. “ Untuk pilihan produk sekarang orang bisa milih, kalau tahun lalu hanya ada Meccanism. Tapi sekarang sudah ada Bia dan ZM for Ramayana,” tutur Tasya.

Belenggu pasar yang jenuh juga dirasakan Dian Pelangi. Desainer yang sudah melantai di banyak catwalk internasional itu menabrak pakemnya yang selama diusung, colorfull. " Saya mengeluarkan koleksi monochrome," sebut istri dari Tito Haris Prasetyo ini.

Dian yakin, perubahan besar itu tak akan membuat pelanggan setianya lari dan berpaling. Dia masih punya 'senjata rahasia'. " Kekuatan saya di kualitas kain dan motif," singkat wanita berdarah Pekalongan-Palembang ini.

Tapi terobosan tak melulu menabrak dan mengubah karakter desainer. Ria Miranda tetap konsisten dengan trilogi Minang Heritage dengan warna-warna pastel.

Beri Komentar