Dream - Baru-baru ini Kota Dubai, Uni Emirat Arab (UEA), mengalami banjir yang tidak biasa pada Senin, 15 April 2024. Banjir tersebut disebabkan oleh hujan badai dahsyat yang merupakan kejadian terburuk dalam 75 tahun terakhir.
Mengenai hujan badai dan banjir tidak biasa itu, warga lokal menuding pemerintah sebagai biang keladinya.
Mereka menuding terjadinya banjir bandang di Dubai akibat dari upaya pemerintah melakukan penyemaian awan atau cloud seeding.
Penyemaian awan merupakan salah satu cara untuk mendatangkan hujan dengan curah yang tinggi, terutama di area kering seperti gurun.
Teknologi ini dibuat dengan menyuntikkan zat yang dapat menghasilkan lebih banyak hujan ke awan badai melalui pesawat.
Yang jadi pertanyaan, benarkah aksi mengendalikan cuaca yang terdengar seperti cosplay jadi Tuhan ini menjadi penyebab hujan untuk jatah setahun turun hanya dalam sehari di Dubai?
Sejak zaman kuno, manusia sebenarnya sudah sering 'bermain-main' dengan alam. Namun cosplay jadi Tuhan ini malah diyakini bisa mendatangkan azab.
Pemerintah UEA sengaja melakukan penyemaian awan untuk mendorong curah hujan dan memerangi kekeringan selama 20 tahun.
Namun program penyemaian awan ini sebenarnya hanya berdampak kecil terhadap curah hujan di Dubai.
Curah hujan di kota yang dikelilingi gurun itu memang meningkat tapi hanya sekitar 5 hingga 15%.
Meskipun seorang pejabat UEA mengklaim bahwa dampak program cloud seeding itu bisa mencapai 30%.
Akan tetapi penyemaian awan di UEA ini bukan penyebab terjadinya hujan badai yang mengakibatkan banjir paling bersejarah di Dubai. Banyak ilmuwan atmosfer yang menolak anggapan bahwa penyemaian awan adalah penyebab banjir di Dubai.
Mereka menyebut bahwa hujan tersebut berasal dari fenomena langit bernama sistem awan petir yang jarang terjadi.
Sistem awan petir ini inilah yang akan membawa hujan deras. Bukan karena penyebaran awan yang dampaknya sangat kecil pada curah hujan di Dubai.
Namun jika ditelusuri lebih jauh, kejadian ekstrem itu sebenarnya disebabkan oleh ulah manusia itu sendiri. Terjadinya kegagalan kolektif manusia dalam menghentikan penggunaan bahan bakar fosil, dan menahan laju pemanasan global yang berdampak pada perubahan iklim.
John Marsham, seorang ilmuwan atmosfer di University of Leeds.
Meningkatnya suhu global menyebabkan curah hujan yang lebih tinggi di seluruh dunia.
Curah hujan yang meningkat ini bahkan terjadi di daerah yang biasanya kering atau bahkan di tengah kekeringan.
Jenis cuaca ekstrem ini terjadi akibat proses hukum fisika dasar yaitu udara yang lebih hangat menampung lebih banyak air.
Jadi, menurut Marsham, efek yang mungkin timbul dari penyemaian awan dalam kondisi seperti ini sangatlah kecil.
UEA bukan satu-satunya wilayah gurun yang dilanda hujan deras dalam beberapa tahun terakhir. Death Valley yang tandus di California, AS, mengalami banjir besar dan bersejarah pada tahun 2022, 2023, dan Februari tahun ini.
" Jika manusia terus membakar minyak, gas, dan batu bara, iklim akan terus memanas, curah hujan akan semakin deras, dan manusia akan terus kehilangan nyawa akibat banjir," pungkas Friederike Otto, dosen senior ilmu iklim di Imperial College London.
Advertisement
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN
Trik Wajah Glowing dengan Bahan yang Ada di Dapur