Pendiri Wardah: Wanita Doktor Honoris Causa Pertama dari ITB

Reporter : Edy Haryadi
Senin, 7 Februari 2022 13:40
Pendiri Wardah: Wanita Doktor Honoris Causa Pertama dari ITB
Kontribusinya dinilai besar bagi kemajuan bangsa dan negara.

Dream -  Wanita setengah baya berhijab itu nampak tersenyum. Ia mengenakan hijab warna abu-abu lembut. Di atas hijab itu sebuah topi wisuda berwarna hitam nampak bertengger.  Ia juga mengenakan pakaian toga bercorak hitam dan biru tua. Di lehernya bertengger sebuah kalung berbentuk medali.

Di kalung medali berwarna perak itu tertulis “ Institut Teknologi Bandung--Doktor Kehormatan.” Wanita itu terlihat berjalan masuk ruangan diiringi beberapa Guru Besar Institut Teknologi Bandung (ITB) yang juga mengenakan topi wisuda dan toga berwarna senada. Senyum merekah tampak tersungging di bibir wanita berhijab abu-abu itu. Tak kering-kering.

Hari itu, Jumat 5 April 2019, memang merupakan hari bersejarah bagi wanita berjilbab abu-abu bernama Nurhayati Subakat itu. Pasalnya, hari itu ITB menganugerahkan gelar Doktor Kehormatan (Honoris Causa) kepada Dra. Nurhayati Subakat, Apt., bersamaan pada pelaksanaan Wisuda Kedua ITB Tahun Akademik 2018/2019 di Gedung Sasana Budaya Ganesha, Kota Bandung.

Seperti diketahui, Nurhayati Subakat merupakan pendiri dan sekarang duduk sebagai Komisaris Utama PT. Paragon Technology dan Innovation, produsen kosmetik halal Wardah. Ia juga menjadi perempuan pertama yang mendapat gelar Doktor Honoris Causa dari ITB.

Sebelum Nurhayati, baru 11 orang yang menerima gelar Doktor Kehormatan dari ITB. Yaitu Presiden Republik Indonesia pertama Dr.Ir. Soekarno, Dr. Ir. Sediatno, Dr.Ir. J.Rooseno, Dr.Soetarjo Sigit, Dr.Ir. Hartanto Satrosoenarto, Prof.Dr. Emil Salim, Dr.Ir. Arifin Panigoro; Presiden Republik Indonesia keenam Prof.Dr.H Susilo Bambang Yudhoyono, serta Nobel Laureate Prof.Peter Agre dan Prof. Finn Erling Kydland. Kesemuanya berjenis kelamin laki-laki.

Gelar Honoris Causa diberikan ITB sebagai bentuk penghargaan dan penghormatan kepada seseorang yang telah memberikan sumbangsih nyata dan menonjol dalam memajukan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Sehingga dinilai memiliki dampak yang luar biasa bagi perkembangan kebudayaan bangsa serta kemanusiaan.

Ketua Tim Promotor Prof. Yeyet Cahyati Soemirtapura menjelaskan, ada beberapa pertimbangan yang mendasari pemberian gelar tersebut, terutama dari karya inovasi Nurhayati yang telah dihasilkan. “ Berdasarkan pertimbangan, bu Nurhayati ini pantas dan memenuhi syarat untuk mendapatkan gelar Doktor Honoris Causa,” ujar Prof. Yeyet.

Dia menjelaskan, inovasi yang menonjol tersebut bisa dilihat dari produk kosmetik Wardah. Dari sisi mengembangkan formula, semuanya diperhatikan termasuk alat, bahan-bahan, juga proses pembuatan yang semuanya harus halal. “ Kemudian dari segi produk Wardah ini juga menggunakan bahan baku tradisional,” ucapnya.

Rektor ITB, Prof. Dr. Ir. Kadarsah Suryadi, DEA, mengatakan, proses pemberian gelar Doktor Honoris Causa tersebut sudah melalui proses yang panjang. Mulai dari tahap usulan calon penerima, sebelum disampaikan kepada Rektor.

“ Lalu Rektor mempunyai tim pengamat yang kemudian bekerja dan menganalisis, melihat membaca dan mengkaji data dari para calon. Baik itu CV, maupun karya-karya calon. Kemudian kalau tim pengamat ini sudah selesai bekerja, mereka akan melaporkannya kepada Rektor, lalu diteruskan kepada Senat Akademik. Di Senat Akademik dibentuk kembali tim promotor. Tim promotor bekerja dan hasilnya dilaporkan kepada rapat Senat dan kalau disetujui maka diketok palu dan hasilnya diberikan kembali kepada Rektor,” paparnya.

Rektor menyampaikan, gelar tersebut merupakan suatu penghargaan dan apresiasi kepada tokoh masyarakat yang mempunyai kontribusi baik untuk masyarakat itu sendiri maupun untuk bangsa dan negara. “ Melalui penganugerahan Doktor Honoris Causa ini, harapannya semoga memberi inspirasi supaya lebih banyak lagi insan-insan untuk selalu berkarya dan bermanfaat kepada orang banyak,” ujarnya.

Sementara bagi Nurhayati, pemberian penghargaan tersebut bukan hanya untuk dirinya pribadi, tapi lebih kepada tim yang telah bekerja keras  menghasilkan produk inovasi.

Dia menegaskan, gelar yang diraih adalah penghargaan terhadap karya anak bangsa. Ketika produk lokal dianggap bisa menyaingi produk-produk multinasional.

Dalam pidato pengukuhannya di ITB, Nurhayati jujur mengakui ini adalah saat dia kembali ke kampus sejak menginjakkan kaki pertama kali ke kampus ITB 48 tahun lalu, yakni ketika menjadi mahasiswi baru Fakultas Farmasi ITB tahun 1971.

" Bagi saya ITB adalah kampus keluarga. Dari delapan saudara kandung saya, enam orang di antaranya adalah lulusan ITB. Suami dan dua putera saya juga lulusan ITB," kata Nurhayati yang segera disambut tepuk tangan hadirin.

Suami Nurhayati, Subakat Hadi, memang alumnus ITB juga. Ia mahasiswa ITB angkatan 1968 jurusan teknik kimia. Sedangkan dua putera Nurhayati, Harman Subakat dan Salman Subakat, lulus dari jurusan teknik kimia ITB dan jurusan teknik elektro ITB pada tahun 2002 dan 2003. Tak mengherankan jika bagi Nurhayati kampus ITB adalah kampus yang dianggap kampus keluarga.

Dalam pidato itu, Nurhayati juga menuturkan pengalamannya. Berbekal keilmuan farmasetika saat menempuh pendidikan sarjana farmasi dan apoteker di ITB pada tahun 1971-1975, serta berbekal pengalaman sebagai manajer quality control di Wella Cosmetics (1979-1984), Nurhayati mulai mengembangkan formulasi produksinya hingga mampu bersaing di pasar sampai dengan saat ini.

Sejak tahun 1985, Nurhayati Subakat memutuskan keluar dari tempat kerjanya dan mendirikan home industry produk sampo di rumahnya. Saat itu dia  hanya dibantu dua orang karyawan.

Usaha produksi kosmetik Nurhayati terus berkembang meskipun pada tahun 1990 fasilitas home industry-nya sempat terbakar habis. Berkat keuletan dan pertimbangannya dalam 4P yaitu Product, Price, Place, dan Promotion, ditambah 1 P lagi menurutnya, yaitu Pertolongan Tuhan, maka PT Pusaka Tradisi Ibu (PTI) sampai pada tahun 2011 melakukan modernisasi hingga kemudian berganti nama perusahaan menjadi PT Paragon Technology dan Innovation.

Prestasi yang dicapai Nurhayati Subakat sudah banyak diapresiasi oleh berbagai pihak, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Sampai saat ini tidak kurang dari 12 penghargaan tingkat nasional dan internasional diterima oleh Nurhayati.

" Saya merasa tersanjung, dari 11 peraih Doktor Kehormatan ITB, saya menjadi satu-satunya perempuan penerima Doktor Honoris Causa pertama," kata Nurhayati dalam pidatonya.

Ia juga menuturkan, " Berawal dari  dua karyawan di tahun 1995, lalu sekarang menjadi pabrik seluas 20 hektar, dengan 31 pusat distribusi dan 11.000 karyawan.”

Ia juga mengaku walau lulus sebagai lulusan terbaik ITB, bukan berarti dia mudah mencari kerja. " Walaupun saya mendapat gelar lulusan terbaik, tidak membuat saya langsung mendapat pekerjaan. Bahkan melamar sebagai apoteker di Kampung Melayu pun ditolak. Jadi bagi lulusan ITB yang tidak langsung mendapat pekerjaan, tidak perlu khawatir. Karena setiap kesuksesan membutuhkan banyak usaha. Dan ini baik untuk menempa diri kita."

Ia juga mengaku beruntung bekerja di perusahaan kosmetik multinasional Wella. " Perjalanan membuat saya bekerja di perusahaan kosmetik multinasional. Di perusahaan inilah saya mendapat kesempatan untuk belajar."

Nurhayati lalu mengungkapkan, menurut data Kementrian Kesehatan RI untuk tahun 2018, pangsa pasar kosmetik mencapai Rp 42 triliun. “ Di mana 90 persen di antaranya masih dikuasai perusahaan multinasional," katanya. Karena itu peluang produsen kosmetik lokal menurutnya masih terbuka lebar.

Ia juga berterimakasih pada ilmu yang dia dapat di kampus ITB. " Ilmu farmasi seorang apoteker sudah terbukti bisa melahirkan produk kosmetik yang berkualitas, inovatif dan harga terjangkau," ujarnya.

Ia juga mengungkapkan sekilas lahirnya Wardah sebagi kosmetik halal di Indonesia.

" Tahun 1995 karena kesulitan mendapat kosmetik halal, kami mendapat dorongan sejumlah komunitas untuk memunculkan merek kosmetik Wardah. Dan ini dikenal sebagai brand kosmetik halal di Indonesia. Tidak bisa dibayangkan bahwa Wardah akhirnya menjadi market leader di Indonesia," tuturnya.

" Wardah telah mendapat sertifikat halal dari LPOM MUI sejak tahun 1999," tuturnya.

Ia juga beruntung ketika melakukan rebranding Wardah di tahun 2009, fenomena hijaber tengah bangkit. " Tahun 2009, yang bisa menjawab kebutuhan kosmetik hijaber akan produk halal hanya Wardah. Maka usaha di tahun itu juga melonjak tajam. "

Di bagian terakhir pidatonya, dia juga mengutarakan adanya insentif bagi karyawan yang loyal. " Karyawan yang sudah bekerja di atas tujuh tahun akan diberangkatkan umrah. Dan tiap tahun kami bisa memberangkatkan 500 orang karyawan umrah," ucapnya yang segera disambut tepuk tangan hadirin.

Mendapat gelar Doktor Kehormatan memang merupakan sebuah kehormatan yang tak ternilai harganya. Apalagi kampus yang memberikannya sekelas ITB, salah satu kampus terbaik di Asia Tenggara. (eha)

Sumber: ITB, Youtube Paragon Technology and Innovation,

Beri Komentar