Pengertian Puasa Ramadan Dan Faedah-faedahnya (Foto Ilustrasi: Shutterstock.com)
Dream – Puasa Ramadhan adalah puasa yang dilaksanakan oleh umat Islam di saat bulan Ramadhan tiba. Di mana dalam perhitungan kalender Hijriah, bulan Ramadhan merupakan bulan yang ke-9 dan di bulan ini setiap umat Islam diwajibkan untuk berpuasa selama satu bulan.
Pengertian puasa Ramadhan tentunya tidak terlepas dari makna Ramadhan itu sendiri. Seperti dikutip dari islam.nu.or.id, menurut Syekh Hasan bin Ahmad al-Kaff, nama “ Ramadhan” diberikan karena ketika itu cuaca sedang panas-panasnya. Ramadhan berasal dari kata “ al-ramdla’” yang berarti sangat panas. Namun ada juga yang mengatakan, bahwa kata “ panas” identik dengan istilah “ pembakaran atau pengampunan doa”. Hal ini karena di bulan Ramadhan, ampunan Allah SWT terbukan selebar-lebarnya.
Kewajiban untuk menjalankan puasa Ramadhan pun telah dijelaskan dalam firman Allah SWT melalui surat Al-Baqarah ayat 183 berikut ini:
يَٰٓأَيُّهَاٱلَّذِينَءَامَنُواْكُتِبَعَلَيۡكُمُٱلصِّيَامُكَمَاكُتِبَعَلَىٱلَّذِينَمِنقَبۡلِكُمۡلَعَلَّكُمۡتَتَّقُونَ
Artinya: “ Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183).
Nah, untuk mengetahui secara lebih jelas tentang pengertian puasa Ramadhan serta faedah-faedahnya, berikut sebagaimana telah dirangkum oleh Dream melalui islam.nu.or.id dan muslim.or.id.
Dikutip dari muslim.or.id, puasa berasal dari bahasa Arab Ash Shiyaam (الصيام) atau Ash Shaum (الصوم). Dari segi bahasa, istilah Ash Shiyam berarti al imsaak (الإمساك), yang artinya menahan diri. Sedang dari segi istilah, makna ash shiyaam adalah beribadah kepada Allah SWT dengan menahan diri dari makan, minum, dan pembatal puasa lainnya, sejak terbitnya matahari sampai terbenamnya matahari.
Sedangkan pengertian puasa Ramadhan adalah ibadah puasa wajib yang dikerjakan oleh umat Islam dan dilaksanakan pada bulan Ramadhan dengan menahan diri dari makan, minum, dan pembatal puasa lainnya yang dilakukan selama satu bulan penuh.
Dasar diwajibkannya puasa Ramadhan selain terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat 183, juga ada dalam hadis Nabi berikut ini:
بُنِيَ اْلإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ: شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَإِقَامِ الصَّلاَةِ وَإِيْتَاءِ الزَّكَاةِ وَحَجِّ الْبَيْتِ وَصَوْمِ رَمَضَانَ رَوَاهُ البُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ
Artinya: “ Islam dibangun di atas lima perkara: (1) bersaksi bahwa tidak ada yang berhak disembah melainkan Allah dan bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan Allah; (2) menunaikan shalat; (3) menunaikan zakat; (4) menunaikan haji ke Baitullah; dan (5) berpuasa Ramadhan” (HR al-Bukhari dan Muslim).
Setelah mengetahui pengertian puasa Ramadhan, sahabat Dream juga perlu mengetahui apa saja faedah dari menjalankan puasa Ramadhan ini. Berikut adalah beberapa faedahnya yang dikutip dari islam.nu.or.id:
Raf’u al-Darajat (Meninggikan Derajat)
Faedah puasa Ramadhan yang pertama adalah ditinggikannya derajat. Hal ini dengan didasarkan pada sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim berikut ini:
إِذَاجَاءَرَمَضَانَفُتِحَتْأَبْوَابُالْجَنَّةِوَغُلِّقَتْأَبْوَابُالنَّارِوَصُفِّدَتِالشَّيَاطِيْنَ
Artinya: “ Ketika Ramadhan tiba, dibukalah pintu-pintu surga, ditutuplah pintu-pintu neraka dan setan pun dibelenggu.” (HR Imam Muslim).
Dibukanya pintu surga pada bulan Ramadhan bermakna dorongan untuk banyak-banyak melakukan ibadah. Karena tidak akan ada artinya jika pintu itu dibuka, tetapi tidak ada orang yang ingin memasukinya. Lalu ditutupnya pintu neraka, menurut Imam Izzuddin, hal tersebut adalah berupa simbol untuk menyedikitkan maksiat. Sedangkan dibelenggunya setan adalah simbol terputusnya kewaswasan orang-orang yang berpuasa.
Takfir al-Kathi at (Penghapus Dosa)
Faedah puasa Ramadhan sebagai penghapus dosa ini dengan berdasar pada hadis berikut:
مَنْصَامَرَمَضَانَإِيْمَانًاوَاحْتِسَابًاغُفِرَلَهُمَاتَقَدَّمَمِنْذَنْبِهِ
Artinya: “ Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (H.R. Imam Bukhari dan Imam Muslim).
Kasr al-Syahawat (Mengalahkan Syahwat)
Faedah puasa Ramadhan untuk mengalah syahwat ini dengan berdasar pada hadis berikut:
يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ, فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ, وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ, وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ, فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ
Artinya: “ Wahai para pemuda, barangsiapa yang mampu untuk menikah, maka menikahlah. Sesungguhnya menikah lebih bisa menundukan pandangan dan lebih mudah menjaga kemaluan. Barangsiapa yang belum mampu menikah, maka berpuasalah, sesungguhnya puasa itu adalah penekan syahwatnya.” (HR Imam Ahmad dan Imam Bukhari).
Taktsir al-Shadaqat (Memperbanyak Sedekah)
Faedah puasa Ramadhan berikutnya menurut Imam Izzuddin al-Sulami bahwa puasa Ramadhan bisa membuatm manusia memperbanyak sedekah. Hal ini dijelaskan sebagai berikut:
لأنّالصّائمإذاجاعتذكّرمَاعندهمنالجوعفحثّهذلكعليإطعامالجائع
Artinya: “ Karena sesungguhnya orang berpuasa ketika dia merasakan lapar, dia mengingat rasa lapar itu. Hal itulah yang memberikan dorongan kepadanya untuk memberi makan pada orang yang lapar.” (Imam Izzuddin bin Abdissalam al-Sulami, Maqâshid al-Shaum, hlm 16).
Taufir al-Tha’at (Menyempurnakan Ketaatan)
Menurut Imam Izzuddin bin Abdissalam al-Sulami mengatakan bahwa orang yang melakukan puasa Ramadhan akan mengingatkan pada lapar dan hausnya ahli neraka. Hal ini disampaikan sebagai berikut:
لأنّهتذكّرجوعأهلالناروالظمأهمفحثّهذلكعليتكثيرالطاعاتلينجوبهامنالنّار
Artinya: “ Karena puasa mengingatkan kelaparan dan hausnya ahli neraka. Hal itulah yang mendorong orang berpuasa memperbanyak ketaatan kepada Allah agar terselamatkan dari api neraka.” (Imam Izzuddin bin Abdissalam al-Sulami, Maqâshid al-Shaum, hlm 17).
Syukr Alim al-Khafiyyat (Bersyukur Mengetahui Kenikmatan Tersembunyi)
Menurut Imam Izzuddin al-Sulami, menjalankan puasa Ramadhan bisa membuat kembalinya ingatan dan membuat untuk bersyukur. Inilah penjelasan yang disampaikan oleh beliau:
إذاصامعرفنعمةاللهعليهفيالشِّبَعوالرِّيّفشكرهالذلك, فإنّالنِّعَملايُعرفمقدارُهاإلّابفقدها
Artinya: “ Ketika berpuasa, manusa menjadi tahu nikmat Allah kepadanya berupa kenyang dan terpenuhinya rasa haus. Karena itu mereka bersyukur. Sebab, kenikmatan tidak diketahui kadar/nilainya tanpa melalui hilangnya rasa nikmat itu (terlebih dahulu).” (Imam Izzuddin bin Abdissalam al-Sulami, Maqâshid al-Shaum, hlm 17).
Al-Inzijar an-Khawathir al-Ma’ashi wa al-Mukhalafat (Mencegah Keinginan Bermaksiat dan Berlawanan)
Menurut Imam Izzudin, seseorang yang kenyang akan memiliki sifat yang cenderung lebih untuk melakukan maksiat. Namun ketika seseorang merasa lapar dan haus, justru akan lebih fokus untuk mencari makanan dan minuman. Dengan begitu, hal ini pun bisa mengurangi keinginan untuk berbuat kejahatan.
Meski begitu, yang harus digaris bawahi adalah bahwa lapar dan haus yang dimaksud adalah dalam menjalankan puasa. Bukan karena kelaparan dalam suatu kondisi tertentu.
Advertisement
Lebih dari Sekadar Kulit Sehat: Cerita Enam Selebriti Merawat Kepercayaan Diri yang Autentik
Kebiasaan Pakai Bra saat Tidur Berbahaya? Cari Tahu Faktanya
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Peneliti Ungkap Pemicu Perempuan Sanggup Bicara 20 Ribu Kata Sehari?
Tampil Cantik di Dream Day Ramadan Fest Bersama Beauty Class VIVA Cosmetics
Bentuk Roti Cokelat Picu Komentar Pedas di Medsos, Chef Sampai Revisi Bentuknya
Mahasiswa Sempat Touch Up di Tengah Demo, Tampilannya Slay Maksimal
Lebih dari Sekadar Kulit Sehat: Cerita Enam Selebriti Merawat Kepercayaan Diri yang Autentik