Penjelasan Ketum PBNU Soal Pernyataannya di Harlah Muslimat NU

Reporter : Muhammad Ilman Nafi'an
Senin, 28 Januari 2019 14:00
Penjelasan Ketum PBNU Soal Pernyataannya di Harlah Muslimat NU
Imam dan khotib dari kalangan NU dia anggap sudah paham rukun-rukunnya.

Dream - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Said Aqil Siradj menjelaskan pernyataan agar warga NU menempati pos penting mulai dari masjid sampai pemerintahan dikeluarkan karena keyakinan yang dipercayainya. 

Pada pidato perayaan hari lahir Muslimat NU ke-73 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, pada Minggu 27 Januari 2019, Said menyampaikan warga NU harus menempati posisi penting mulai dari imam masjid, khotib hingga Menteri Agama.

Menurut pemahamannya, imam dan khotib yang berasal dari kalangan NU dianggap sudah paham mengenai rukun-rukunnya.

" Tajwidnya benar. Baca Alquran makhrojnya benar. Paham syarat rukun sholat ngerti, dari pesantren-kan kalau dari NU- itu," ujar Said saat dihubungi Dream, Senin, 28 Januari 2019.

Dia mengatakan, berdasarkan kitab kuning yang selama ini diajarkan di pesantren NU, tidak sah jika khotib menyampaikan ceramah dengan isi caci maki atau ujaran kebencian.

" Khotbah nggak boleh panjang tapi (bacaan) sholat boleh, khutbah itu yang penting memenuhi syarat rukun khutbah. Di sini khutbah panjang lebar, caci maki orang, politik lah, nggak sah itu kalau di kitab kuning," ucap dia.

 

1 dari 1 halaman

Silakan Protes

Said menyadari jika pernyataannya tersebut bisa memicu kontroversi dan protes dari Ormas Islam lain. Menurutnya, hal tersebut merupakan sikap lumrah dan menjadi hak dari pemrotes.

" Ya silakan kalau ormas lain protes silakan. Itu biasa hak mereka. Itu keyakinan saya itu," kata dia.

" Kalau dari NU itu dari pesantren, baca Alquran, baca Al Fatihah-nya ketika jadi imam benar, syarat rukun sholat tahu, khutbah nggak caci maki," ujar dia.(Sah)

Beri Komentar