Pesan Haru Soeharto pada Tutut Dua Hari Jelang Tutup Usia

Reporter : Ahmad Baiquni
Kamis, 27 September 2018 15:46
Pesan Haru Soeharto pada Tutut Dua Hari Jelang Tutup Usia
Presiden kedua RI itu sempat ingin makan pizza.

Dream - Putri sulung Presiden Soeharto, Siti Hardiyanti Rukmana atau Tutut membagikan kisah haru jelang meninggalnyanya sang ayah. Tutut menuangkan ceritanya di laman pribadinya.

Tutut mengawali kisah itu dengan peristiwa yang terjadi pada tanggal 25 Januari 2008 malam hari. Waktu itu, ayahnya ingin makan pizza.

Jadilah dia dan adik-adiknya sibuk mencari toko pizza yang masih buka. Bahkan kedua adik Tutut, Titiek dan Mamiek, sampai meminta bantuan kepada teman-teman mereka untuk mencarikan pizza.

" Alhamdulillah masih ada yang buka," tulis Tutut di laman pribadinya, tututsoeharto.id.

Soeharto meminta anak-anaknya berkumpul untuk makan pizza bersama. Sebelum makan, tiba-tiba Soeharto menyanyikan lagu 'Panjang Umurnya'.

" Rupanya bapak ingat, bahwa pada bulan Januari ada anaknya yang ulang tahun, yaitu saya, pada tanggal 23 Januari," tulis Tutut.

 

1 dari 2 halaman

Petuah Terakhir

Petuah Terakhir © Dream

Momen kebersamaan itu sempat terabadikan lewat kamera ponsel milik Titiek. Keluarga itu pun berfoto bersama di rumah sakit.

" Kami tidak pernah mengira, bahwa itu foto kami berenam terakhir dengan bapak. Bila malam itu Titiek tidak membawa HP-nya, mungkin kami tidak punya kenangan terakhir dengan bapak yang dapat kami abadikan," tulis Tutut.

Sehari kemudian, Soeharto menjalani pemeriksaan rutin. Setelah diperiksa, Presiden Kedua RI itu meminta Tutut untuk mendekat.

Kepada Tutut, Soeharto memberikan beberapa pesan. Beberapa di antaranya, Tutut diminta untuk menjaga kerukunan di antara saudara-saudaranya.

" Saya tak dapat menahan air mata saya, tapi saya tidak mau bapak terbebani juga dengan kesedihan saya, saya sampaikan ke bapak, 'Bapak jangan ngendiko (bicara) begitu'," kata Tutut.

 

2 dari 2 halaman

Kondisi Menurun

Kondisi Menurun © Dream

Kemudian Soeharto berpesan agar Tutut mengelola seluruh yayasan yang telah didirikannya. Dia juga meminta Tutut untuk tidak menggunakan dana yayasan untuk urusan keluarga, melainkan sepenuhnya untuk membantu yang membutuhkan.

" Manfaatkan sebanyak-banyaknya untuk membantu masyarakat. Jangan kalian pakai untuk keperluan keluarga," terang Tutut menirukan ucapan sang ayah.

Sore hari setelah memberikan wejangan, kondisi fisik Soeharto menurun. Wakti subuh keesokan harinya, Soeharto dalam keadaan kritis.

Tutut berinisiatif mengumpulkan seluruh adiknya. Satu per satu, mereka diminta mencium tangan sang ayah, sembari membimbingnya untuk beristighfar dan bertasbih.

Siang hari pukul 13.10 tanggal 27 Januari 2008, Soeharto meninggal. Tutut tidak pernah membayangkan petuah yang disampaikan bapaknya menjadi kata-kata terakhir yang dia terima.

" Sesungguhnya apa yang Allah kehendaki, itulah yang akan terjadi. Tidak ada daya dan kekuatan melainkan dengan kehendak-Nya," tulis Tutut.

Selengkapnya...

Beri Komentar