Zoran Ludgiv, Difabel Asal Bosnia-Herzegovina Jadi Mualaf Di PP Muhammadiyah (Muhammadiyah.id)
Dream - Hidayah telah menyapa Zoran Ludgiv, 32 tahun. Difabel ini rela datang jauh-jauh dari Bosnia ke Indonesia untuk mengucap ikrar syahadat.
Zoran menjalani proses menjadi mualaf di bawah bimbingan Wakil Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Risman Mochtar. Pengucapan syahadat berlangsung di kantor PP Muhammadiyah Menteng, Jakarta Pusat pada Selasa, 12 November 2019.
Zoran datang seorang diri dari negaranya, Bosnia-Herzegovina. Sebelumnya, difabel ini sempat menjalin komunikasi dengan salah satu pengurus Pimpinan Daerah Muhammadiyah Bengkulu lewat Facebook.
" Beliau (Zoran) mengharapkan bantuan untuk masuk Islam," kata Risman, dikutip dari Muhammadiyah.id.
Menurut Risman, Zoran meminta sendiri prosesi pengucapan syahadat dilakukan di kantor PP Muhammadiyah Jakarta. Zoran tidak asing lagi dengan Jakarta karena sebelumnya pernah berkunjung.
" Semua, memakai biaya dari Zoran," kata Risman.
Zoran merupakan satu dari sekian banyak mualaf yang dibimbing Majelis Tabligh PP Muhammadiyah. Banyak mualaf dari Jepang, Korea, Belanda hingga Nigeria yang memeluk Islam lewat bantuan Muhammadiyah.
Sayangnya, kata Risman, belum ada database untuk mendata mereka. " Ini salah satu kekurangan dan kelemahan kita, semoga nanti bisa kita perbaiki," ucap dia.
Dream - Proses tilang yang dialami Saut Maruli Tua Aritonang dan istrinya, Meta Hutauruk, mengubah kisah hidup mereka. Karena razia itulah Saut mendapat pekerjaan baru.
Pasangan itu kena tilang karena tak mengenakan helm saat berkendara di Jalan Hangtuah-Duri, Kecamatan Mandau, Bengkalis, Riau. Setelah ditanya kelengkapan sudat-surat kendaraannya, ternyata mereka diketahui tidak membayar pajak.
" Dia memohon agar saya membebaskan dari tilang. Tentulah tidak bisa, saya tegaskan tetap ditilang," kata Kasat Lalu Lintas Polres Bengkalis, AKP Hairul Hidayat, dikutip dari Merdeka.com, Senin 11 November 2019.
Kepada Hairul, Saut mengaku sedang kesusahan secara keuangan dan sedang mencari kerja. Tapi, Hairul tidak yakin karena penampilan Saut yang rapi.
Sesaat kemudian, Meta mendatangi Hairul sambil memohon agar tidak ditilang. Dia mengaku menemani sang suami untuk mencari pekerjaan.
Meta mengaku mualaf dan sedang hamil dua bulan. Dia bercerita mengenai kondisi keluarganya. Meta dan Saut baru menikah empat bulan lalu.
Ternyata, usut punya usut, Meta bercerita, pakaian yang dikenakan sang suami bukanlah miliknya. Pakaian itu meminjam milik saudara agar tampilan rapi saat melamar kerja.
Hairul yang iba kemudian menawarkan pekerjaan ke pasangan suami-istri tersebut. " Saya tawarkan kepada Meta, agar suaminya bekerja sama kita sebagai gharim mushola di Mapolres Bengkalis. Honornya saya lebihkan dari honor dia di tempat sebelumnya, tapi saya tilang," kata Hairul.
Mendengar tawaran itu, Meta menangis. Tapi, tangisan Meta membuat Saut emosi ke Hairul.
" Saya sadar, dia salah paham. Saya meminta agar istrinya menjelaskan kenapa dia menangis kepada Saut, tapi istrinya belum bisa ngomong dan masih terus menangis," kata dia.
Hairul kemudian menjelaskan tawaran kerja yang dia berikan ke Saut.
" Saya tawarkan kepada mereka, agar berangkat segera ke Bengkalis, untuk menjadi Garim di Mushola Dzikirullah. Karena di sana juga tidak ada garimnya," kata Hairul.
Keesokan harinya, Saut dan Meta diberangkatkan menuju Pulau Bengkalis dengan mobil anggota kepolisian. Mulai 5 November, Saut bekerja di musala itu dan mendapat tempat tinggal di mess Polres Bengkalis.
Sumber: Merdeka.com/ Abdullah Sani
Dream – Sahabat Dream, kita tentu tak asing lagi dengan JNE. Ya, perusahaan ini menawarkan layanan pengiriman paket.
Tapi, tahukah kamu bahwa sang pendiri JNE merupakan seorang mualaf?
Dikutip dari wowmenariknya, Kamis 31 Oktober 2019, pendirinya adalah Johari Zein adalah Djohari Zein. Johari ini lahir di Medan, Sumatera Utara, pada 1954 dari keluarga pedagang Tionghoa. Keluarganya menganut agama Budha dan dia pernah bersekolah di sekolah Katolik.
Pada 1982, Johari “ berjumpa” dengan Islam dan memutuskan untuk mualaf. Sejak itulah, Alquran menjadi petunjuk hidupnya.
Mengapa memilih jadi mualaf? Tak diceritakan secara detail apa yang membuat founder JNE ini memutuskan menganut Islam. Dikatakan bahwa Johari sudah bertemu dengan kebenaran dalam Islam. Inilah yang mengetuk pintu hati untuk memeluk agama Islam.
Insting bisnis Johari mulai tumbuh di usia muda. Kala itu masih 12 tahun. Kala itu, dia pindah ke Jakarta pada 1966.
Johari muda yang masih duduk di bangku SMP berjualan majalah kepada teman-temannya. Usaha ini terus berlanjut sampai SMA.
Sadar menyukai dunia bisnis, Johari melanjutkan pendidikan ke Akademi Perhotelan Trisakti. Setelah lulus, dia langsung bekerja di Hilton International Hotel.
Pada 1980, Johari pindah ke perusahaan pengiriman multinasional, TNT. Di sana, pria ini bekerja sebagai sales.
Advertisement
Rumah Ini Pakai 1.000 Baterai Laptop untuk Sumber Listrik Selama 8 Tahun

Komunitas RAMAH Jadi Simbol Gerakan Anak Muda Aceh

Awas Jangan Salah Gate! 4 Maskapai Penerbangan Sudah Pindah ke Terminal 1B Bandara Soekarno-Hatta

Tegas! Universitas di Korsel Tolak Calon Mahasiswa dengan Catatan Kekerasan di Sekolah

Naik Gunung Anti Capek! Berdiri Santuy di Eskalator, 10 Menit Sampai Puncak


Mengenal Komunitas Bye Bye Plastic Bags, Pendirinya Gadis Bali yang Jadi Moderator Acara PBB
Penampilan Alya Zurayya di Acara Dream Day Ramadan Fest 2023 Day 6

Dokter Ini Jadi Satu-Satunya Pembicara Indonesia dalam Forum Kecantikan Asia Pasifik di Korsel

Viral Aksi Gercep Polisi Padamkan Motor Terbakar, Hitungan Detik Langsung Padam

Debut Jadi Sutradara, Reza Rahadian Nangis `Pangku` Dinobatkan Sebagai Film Terbaik FFI 2025

7 Masjid di Indonesia dengan Desain Paling Estetik, Ada yang Mirip Taj Mahal

