Dream - Pria asal Iran, Mehran Karimi Nasseri, tinggal di bandara selama hampir dua dekade sampai akhir hayatnya.
Mehran Karimi Nasseri, terpaksa tinggal di Bandara Charles de Gaulle di Paris, Prancis selama 18 tahun.
Nasseri melarikan diri dari negaranya setelah Iran mengalami depresi perekonomian dan berbagai persoalan sosial akibat revolusi tahun 1979 dan perang Iran-Irak yang berlangsung delapan tahun.
Dilansir dari NY Post, pada 1988, Nasseri keluar dari Iran untuk mencari suaka ke London dan mulai kehidupan baru. Namun ketika itu dia tidak menemukan penerbangan langsung dari Iran ke London, melainkan harus transit di Paris.
Penerbangan dan transitnya berjalan lancar. Dia pun mendarat dengan selamat di London. Namun ketika dia baru mendarat di Bandara Heathrow London, masalah pun muncul.
Pihak imigrasi meminta Nasseri membuktikan kewarganegaraannya, dia pun tersesat dalam labirin birokrasi. Alasan mengapa Nasseri tidak dapat membuktikan kewarganegaraannya tidak jelas.
Nasseri menuduh dia diusir dari Iran pada 1977 karena ikut unjuk rasa terhadap penguasa saat itu, Shah Mohammad Reza Pahlavi.
Hal ini menyebabkan status pengungsinya diakui oleh Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) di Belgia. Namun, penyelidikan kemudian membantah klaim ini, dan menunjukkan bahwa Nasseri sebenarnya tidak diusir dari Iran.
Pada tahun 1988, surat-surat Nasseri dilaporkan hilang ketika kopernya dicuri. Ada laporan yang bertentangan mengenai insiden ini, dengan beberapa sumber mengindikasikan bahwa Nasseri mungkin sengaja mengirimkan dokumennya ke Brussel saat bepergian ke Inggris, dan secara keliru mengklaim bahwa dokumen tersebut dicuri.
Kebingungan dan marah, Nasseri akhirnya terbang lagi ke Bandara Charles de Gaulle Paris. Setibanya di sana, dia diminta mengeluarkan dokumen-dokumen tapi dia tidak bisa menyerahkan apa yang diminta.
Nasseri berada dalam kesulitan yang unik, tanpa bukti identitas apa pun, dia pada dasarnya tidak memiliki kewarganegaraan, sehingga dia tidak dapat memasuki Prancis atau kembali ke Iran.
Dia mengira bakal tinggal di bandara sementara waktu, jadi dia memutuskan untuk membuat dirinya nyaman.
Dia membuat kemah darurat untuk dirinya sendiri di terminal bandara, menggunakan bangku, area tempat duduk, dan ruang lain yang tersedia untuk tidur dan menyimpan barang-barangnya.
Ia menjadi pemandangan yang tidak asing lagi bagi staf bandara, yang sering berinteraksi dengannya dan membantunya mendapatkan makanan dan kebutuhan lainnya bila diperlukan. Dia hampir setiap hari menyantap hamburger McDonald.
Dia menghabiskan waktunya dengan membaca buku, koran, dan majalah, yang dia peroleh dari toko bandara dan wisatawan yang melewati terminal.
Dia juga terlibat dalam menulis, membuat jurnal dan catatan tentang pengalaman dan pemikirannya. Dia biasanya dapat ditemukan di tempat favoritnya, bar Paris Bye Bye, di mana dia merokok dan mengamati orang-orang.
Setelah bertahun-tahun terlibat tarik-menarik birokrasi, Nasseri akhirnya diberikan status pengungsi pada awal tahun 2000-an. Namun dia menolak menandatangani dokumen status barunya dan memilih tetap tinggal di bandara.
Pada tahun 1990-an, dokter bandara menyatakan keprihatinannya terhadap kesehatan fisik dan mental Nasseri. Ia menggambarkan Nasseri sebagai seorang yang “telah menjadi fosil (menjadi batu) di sini.”
Seorang teman yang bekerja sebagai agen tiket membandingkannya dengan seorang narapidana yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan kehidupan di luar bandara. Tiba-tiba, kisah menarik Nasseri menjadi kisah sedih tentang perjuangannya menghadapi masalah kesehatan mental.
Nasseri masih tinggal di bandara hingga tahun 2006, ketika dia dirawat di rumah sakit karena kesehatannya memburuk.
Kehidupan di bandara dan bertahun-tahun tinggal di ruang tanpa jendela telah berdampak buruk pada kesehatan mentalnya.
Dia kemudian dipindahkan ke tempat penampungan di Paris, di mana dia tinggal hingga tahun 2022. Beberapa minggu sebelum kematiannya, Nasseri memiliki satu keinginan terakhir, yaitu untuk menjalani sisa hari-harinya di tempat yang dia sebut sebagai rumahnya selama hampir 20 tahun
Pada 12 November 2022, Nasseri meninggal karena serangan jantung di Bandara Charles de Gaulle.
Kisah Nasseri ini diadaptasi menjadi film Hollywood berjudul " The Terminal" yang dibintangi Tom Hanks pada 2004.