Ilustrasi Seorang Pria Di Prancis Yang Nekat Akan Melakukan Live Streaming Di Hari Kematiannya (Foto: Unsplash.com)
Dream – Seorang pria di Prancis bernama Alain Cocq ini nekat akan melakukan live streaming jelang hari kematiannya.
Karena penyakit yang sangat parah, Cocq akan melakukan live streaming kematiannya sebagai wujud protes atas ditolaknya permintaan euthanasia.
Euthanasia adalah sebuah tindakan sengaja untuk mengakhiri hidup seseorang yang mengalami sakit parah dan menderita, yang diliputi rasa sakit yang tak tertahankan dan tak bisa disembuhkan.
Eutanasia dilakukan dengan cara yang relatif cepat dan tanpa rasa sakit dengan alasan kemanusiaan.
Kasus yang dialami oleh Alain Cocq ini juga merupakan hal yang sama. Ia menderita penyakit yang sangat langka yang mana dinding arterinya saling menempel. Bahkan ia sudah tidak bisa makan dan minum lagi.
Dilansir dari laman Daily Star, sebagai bentuk protes atas ditolaknya permintaan euthanasia, ia mengancam akan melakukan live streaming di akun Facebooknya minggu depan sebagai perkiraan akhir dari umurnya. Mari kita simak informasi selengkapnya berikut ini.
Usai pemerintah Prancis melarang pemberlakuan euthanasia, Cocq akhirnya bertekad untuk mengucapkan selamat tinggal untuk terakhir kalinya di live streaming facebook.
Lelaki berusia 57 tahun itu menderita penyakit langka dimana dinding arterinya saling menempel. Cocq sudah tidak bisa makan dan minum lagi. Segala perawatan apapun untuk memperpanjang umurnya sudah tidak dapat dilakukan oleh dokter.
Lantas Cocq meminta untuk dilakukan euthanasia. Namun Presiden Emmanuel Macron menolak permintaan itu karena prosedur euthanasia tetap dilarang diberlakukan di Prancis.
Saat ini Cocq sedang terbaring lemas. Rasa sakit yang dirasakannya sangat membuatnya menderita. Namun permintaan euthanasia yang membantunya untuk mengakhiri hidup tanpa rasa sakit masih illegal di negara Prancis.
Makai a mengancam akan melakukan live streaming di laman facebook selama berjam-jam menjelang kematiannya. Menurutnya video amatir itu akan meningkatkan kesadaran betapa pentingnya euthanasia.
Ia berharap tindakannya akan diingat dan menjadi pengingat jangka Panjang sebagai langkah untuk menciptakan legalitas hukum atas diperbolehkannya euthanasia.
Cocq mengunggah jawaban presiden Macron atas permintaannya di halaman facebook-nya.
“ Karena saya tidak memiliki hukum yang sesuai, maka saya tidak bisa memenuhi permintaan anda,” kata Macron dalam sebuah surat.
“ Saya tidak bisa meminta siapapun untuk melewati batas hukum negara saat ini. Keinginan anda adalah meminta bantuan aktif dalam upaya bunuh diri yang disengaja dan ini tidak diizinkan di negara kita,” tambahnya.
Untuk menunjukkan kepada seluruh masyarakat Prancis bahwa penderitaan yang disebabkan oleh undang-undang di negara bagiannya membuat Cocq merasakan sakit tiada terkira hingga hari kematiannya.
Ia tetap bertekad untuk melakukan live streaming di laman facebooknya sebagai bentuk protes atas hukum negara Prancis yang melarang langkah euthanasia.
Advertisement
KAJI, Komunitas Bagi Para Alumni Mahasiswa Indonesia di Jepang
4 Komunitas Seru di Depok, Membaca Hingga Pelestarian Budaya Lokal
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah
UU BUMN 2025 Perkuat Transparansi dan Efisiensi Tata Kelola, Tegas Anggia Erma Rini
Masa Tunggu Haji Dipercepat, dari 40 Tahun Jadi 26 Tahun
Azizah Salsha di Usia 22 Tahun: Keinginanku Adalah Mencari Ketenangan
Rangkaian acara Dream Inspiring Women 2023 di Dream Day Ramadan Fest Day 5
Benarkah Gaji Pensiunan PNS Naik Bulan Ini? Begini Penjelasan Resminya!
Timnas Padel Indonesia Wanita Cetak Sejarah Lolos ke 8 Besar FIP Asia Cup 2025
Hore, PLN Berikan Diskon Tambah Daya Listrik 50% Hingga 30 Oktober 2025
KAJI, Komunitas Bagi Para Alumni Mahasiswa Indonesia di Jepang
Hari Santri, Ribuan Santri Hadiri Istighasah di Masjid Istiqlal
4 Cara Top Up Roblox dengan Mudah dan Aman, Biar Main Makin Seru!