Permainan Jungkat Jungkit Lintas Negara (Foto: Instagram)
Dream - Dua profesor asal California Amerika Serikat (AS) membuat jungkat-jungkit lintas negara. Mereka membuar permain anak-anak ini di perbatasan wilayah Amerika Serikat dan Meksiko.
Kehadiran jungkat-jungkit itu memungkinkan anak-anak dari dua negara itu bisa bermain bersama.
Dilaporkan The People, Ronald Rael, profesor arsitek di University of California, Berkeley, dan Virginia San Fratello, profesor desain di San Jose State, memikirkan ide itu sejak 2009. Ronald dan Virginia terngiang ide konsep `Tembok Teertotter` antara AS dan Meksiko.
Ronald dan Virginia kemudian mengeksekusi ide itu pada Senin, 29 Juli 2019. Ronald menjelaskan betapa berartinya menyaksikan orang-orang dari kedua sisi perbatasan bermain bersama di sebuah teertotter, nama lain untuk jungkat-jungkit.
“ Salah satu pengalaman paling luar biasa dari karier saya dan @vasfsf menghidupkan kembali gambar-gambar konseptual Tembok Teetertotter dari 2009,” tulisnya.
Dalam video yang dibagikan, tampak orang-orang dari kedua negara tertawa dan berbicara.
Foto lain menawan menunjukkan hampir semua yang ada di daerah itu, termasuk dinding perbatasan yang besar, seperti warna kusam coklat dan abu-abu. Tapi, jungkat jungkit itu menjadi pembeda karena warna merah muda yang cerah.
Dream - Wabah rusa zombie sedang menghantui warga Amerika Serikat (AS) beberapa pekan ini. Beberapa pejabat di Tennessee mengatakan wabah ini sebagai `masalah besar` yang diprediksi akan bertahan dalam waktu lama.
Tentu saja rusa zombie yang dimaksud bukan mitos tentang sosok manusia atau binatang yang hidup kembali setelah mati seperti dipercaya warga Negeri Paman Sam.
Pusat Kontrol dan Pencegahan Penyakit AS menyebut penyakit kronis (CWD) ini terdeteksi menjangkiti rusa-rusa di 251 wilayah di 24 negara bagian. Sementara itu, dilaporkan News Channel 3, di Tennessee, 183 rusa positif mengidap penyakit itu.
Seorang pemburu dari Tennessee Barat dari Bolivar, Anthony Landreth, menemukan seekor rusa sedang berburu di wilayah barat daya Hardema memiliki CWD.
" Ketika saya pertama kali melihatnya, saya berpikir, ya ampun, benda ini sakit, buruk," kata Landreth tentang rusa yang dia bunuh pada 20 Januari lalu itu.
Meski menghebohkan secara nama, nyatanya banyak pemburu dan ahli margasatwa tak terlalu terkejut dengan kondisi yang dialami rusa-rusa itu. Sebab, penyakit semcam itu permah muncul dalam beberapa tahun dan disebut tidak menggambarkan sesuatu yang menyerupai `zombie`.
Dilaporkan USA Today, Direktur Komunikasi, Quality Deer Management Association, Lindsay Thomas, mengatakan, banyak rusa yang terinfeksi tidak mencapai level akhir wabah itu. Pada tahap akhir wabah, rusa akan kehilangan berat badan, mengeluarkan air liur, dan tersandung.
Lindsay justru membandingkan penyakit itu dengan demensia. Hewan yang terinfeksi wabah itu tampak kebingungan.
" Hewan-hewan ini bukan zombie," kata koordinator penyakit berbahaya di Pusat Kesehatan Satwa Liar Survei Nasional AS, Bryan J. Richards.
" Mereka siap mati. Mereka sangat sakit," ucap dia.
CWD pertama kali diidentifikasi pada 1960-an. Penyakit ini menular, namun kemungkinan tidak akan memicu kiamat.(sah)
Dilaporkan Health, tidak ada alasan untuk panik menghadapi wabah ini. Direktur Penyakit Pusat Patologi Nasional di Case Western Reserve University, Brian Appleby, mengatakan, tidak ada gejala baru dari tersebarnya wabah ini.
" Dan nomor dua, kami tidak memiliki bukti bahwa itu dapat ditularkan ke manusia," kata Appleby.
Satu-satunya cara masuknya penyakit itu dituluarkan ke manusia dengan cara mengkonsumsi daging hewan yang terkontiminasi.
Meski begitu kondisi ini jarang terjadi. Selama ini hanya ada empat kasus yang pernah dilaporkan di AS.
Kekhawatiran terbesar saat ini, kata Appleby, adalah besarnya ketidakpastian seputar masalah ini.
" Kita tidak hanya tidak tahu apakah penularan ke manusia mungkin terjadi, tetapi kita juga tidak tahu seperti apa itu nantinya," ujar dia.
Dream - Facial plateletrich plasma (PRP) atau dikenal dengan facial vampir banyak diminati kaum hawa. Perawatan ini dipercaya bisa membuat wajah jadi lebih cerah bukan dengan obat, tapi menggunakan darah sendiri.
Kim Kardashian sempat melakukannya dan kemudian jadi begitu populer, hingga ke Indonesia.
Sebuah insiden cukup mengagetkan terjadi terkait prosedur facial PRP ini. Dua pelanggan sebuah tempat spa dan facial di Meksiko divonis mengidap HIV.
Hal ini membuat Kementerian Kesehatan setempat melakukan tes HIV dan hepatitis ke beberapa pelanggan sebelumnya.
Kementerian Kesehatan New Mexico menyatakan bahwa mereka sedang menyelidiki dua kasus pelanggan yang terinfeksi ketika melakukan prosedur injeksi di VIP Spa, Albuquerque antara Mei dan September, 2018 lalu.
Petugas kesehatan menyarankan pelanggan yang telah melakukan perawatan vampire facial di spa tersebut untuk melakukan tes HIV. Kedua pasien pengidap HIV terserang virus yang sama. Hal tersebut membuktikan bahwa infeksi tersebut disebabkan oleh prosedur yang dilakukan di spa tersebut.
Vampire facial yang juga disebut sebagai plateletrich plasma (PRP) facial dilakukan dengan mengambil sedikit darah pasien. Kemudian, memisahkan trombositnya dan memasukkannya kembali ke wajah menggunakan jarum kecil.
Menurut American Academy of Orthopedic Surgeons, perawatan PRP juga mampu mengatasi lutut yang terkilir atau cedera otot kronis. Menurut Medical Director di Park Avenue Skin, Erica Walters, perawatan tersebut mampu menghilangkan garis halus di sekitar bibir dan area lainnya maupun kantung mata.
" PRP juga membantu meratakan warna kulit dan menyamarkan bekas jerawat," kata Erica dikutip dari InStyle.com.
Meskipun terkesan berbahaya, namun vampire facial sebenarnya aman ketika dilakukan dengan cara yang tepat. Tapi jika tempat perawatannya tidak menggunakan jarum yang steril, bisa sangat berbahaya.
Menurut Centers for Disease Control and Prevention, HIV, hepatitis B dan C bisa ditularkan melalui luka benda tajam seperti jarum.
Akhirnya, VIP Spa ditutup. Tempat itu juga diklaim sebagai tempat yang melakukan perawatan kecantikan berisiko, karena alatnya tidak steril. Bisa menularkan HIV, hepatitis B dan C.
Saat beritanya baru saja tersebar, Epidemiologist dari Kementerian Kesehatan Meksiko Baru, Michael Landen menyatakan bahwa ia melihat cara spa tersebut menyimpan, menggunakan dan membuang jarum suntik.
" Jika jarum suntiknya tidak ditangani dengan baik, pelanggannya bisa terkena infeksi," ujarnya.
Infeksi seperti yang terjadi di VIP Spa cukup jarang terjadi. Cobalah lebih waspada jika melakukan facial menggunakan jarum suntik. Pastikan tempat facial memiliki izin resmi.(Sah)
Advertisement
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN
Trik Wajah Glowing dengan Bahan yang Ada di Dapur