Ilustrasi (Shutterstock.com)
Dream - Seorang ibu asal Inggris, sebut saja Rachel, mengisahkan cerita pilu putrinya yang diperkosa teman sekelasnya.
Putri Rachel diperkosa di lingkungan sekolah. Namun Rachel sangat murka melihat sang pemerkosa bisa bebas dengan mudah dan sekarang berada satu kelas lagi dengan putrinya.
" Dia ditangkap, ditebus, dan dikembalikan ke kelas keesokan harinya. Pelaku sudah berada di tempat yang seharusnya. Tapi sekarang berada di tempat yang sama dengan korbannya adalah sesuatu yang buruk," kata Rachel kepada program BBC, Victoria Derbyshire.
Kata Rachel, hal itu akan mengulang kembali trauma yang dialami putrinya. Menurutnya, itu adalah perlakuan paling buruk terhadap seorang korban kasus pemerkosaan.
Sementara itu, pemerintah mengatakan saat ini mereka tengah menyusun pedoman bagi sekolah-sekolah untuk mencegah korban berada dalam satu kelas dengan pelaku pemerkosaan atau pelecehan seksual.
Namun, bagi keluarga korban dan aktivis End Violence Against Women, penyusunan pedoman itu terlalu bertele-tele.
Menurut Rachel, anonimitas putrinya telah dirusak begitu kasus ini muncul sehingga kehidupannya semakin tambah hancur.
" Berada di kelas yang sama dengan orang yang memerkosa Anda adalah kondisi yang cukup sulit. Ketika orang-orang di ruangan itu mengetahui apa yang terjadi dan mereka menyaksikan bagaimana Anda berada di ruangan yang sama dengan pemerkosa Anda, itu adalah sesuatu yang mengerikan dan keji," dia menjelaskan.
Rachel mengatakan bahwa sekolah tersebut sepertinya tidak memiliki kebijakan untuk situasi seperti yang dialami putrinya. Kata Rachel, pihak sekolah menangani masalah tersebut dengan 'sangat buruk'.
Dia sudah mengusulkan diadakan sebuah pertemuan. Namun terlepas dari usahanya itu, pihak sekolah sepertinya tidak memprioritaskan kebutuhan putrinya.
" Mereka sangat ingin melindungi hak pendidikan pelaku. Tapi sama sekali tidak mempertimbangkan hak putri saya sebagai korban. Entah bagaimana mereka tidak mengerti apa yang akan terjadi pada korban pemerkosaan jika berada di tempat yang sama dengan pelaku," katanya.
Putrinya sering absen dari pelajaran di mana dia bisa bertemu dengan pelaku, sebelum secara bertahap menarik diri dari sekolah sepenuhnya.
Rachel mengatakan putrinya sekarang telah pulih dengan baik namun merasa 'sangat' dikecewakan.
" Situasinya mengerikan dan ada konsekuensi jangka panjang untuknya, baik dari segi kemampuannya untuk mengakses peradilan pidana dan mendapatkan kesejahteraan psikologis," katanya.
Sementara itu, Departemen Pendidikan mengatakan pihaknya tengah bekerja dengan pakar untuk menentukan bagaimana isu-isu seperti ini bisa masuk dalam panduan dan diselesaikan dengan benar.
" Pedoman tersebut sudah jelas bahwa sekolah harus memiliki kebijakan perlindungan anak yang efektif yang bisa mengatasi kasus seperti ini. Termasuk prosedur untuk meminimalkan kejadian agar tidak terulang, serta bagaimana menangani pelaku dan membantu korban," kata Robert Goodwill, Menteri untuk Anak dan Keluarga Inggris. (eko)
Advertisement
5 Komunitas Olahraga di Decathlon Summarecon Bekasi, Yuk Gabung!
Fakta Unik di Ethiopia yang Kini Masih 2018 Meski Dunia Sudah Tahun 2025
Belajar Sejarah Nggak Lagi Boring Bareng Komunitas Jelajah
4 Cara Ampuh Hilangkan Lemak di Perut, Cobain Yuk!
Jadi Pahlawan Lingkungan Bersama Trash Hero Indonesia