Kenyataan, menguasai AI bisa membantu karier perempuan
Kenyataan, menguasai AI bisa membantu karier perempuan
Dream - Kehadiran teknologi kecerdasan buatan (articial intelligence/AI) disambut dengan respons berbeda. Meski diakui banyak membantu pekerjaan, AI juga memicu kecemasan akan menggantikan peran manusia dalam beberapa bidang pekerjaan.
Studi IBM Institute for Business Value (IBV) Women in Leadership tahun 2023 menemukan hampir 46 persen perempuan khawatir otomasi yang didorong teknologi AI akan menggantikan peran mereka dalam dunia pekerjaan.
Persentase kecemasan yang dirasakan oleh kalangan perempuan ternyata lebih besar dibandingkan lawan jenisnya, laki-laki.
Masih dari studi yang sama, Sementara kekhawatiran serupa pada pria hanya 37 persen.
Padahal, menurut Catherine Lian, General Manager & Technology Leader di IBM ASEAN, perempuan yang mampu mengadopsi keterampilan penggunaan AI generatif dengan cepat akan mendapatkan banyak keuntungan.
Tidak hanya dapat memajukan kariernya, lian Catherine menilai adopsi keterampilan AI dapat mengurangi mitos gender dan bias sistemik dalam dunia kerja.
Catherine Lian, General Manager & Technology Leader di IBM ASEAN dikutip dari keterangan tertulis IBM, Selasa, 21 Mei 2024.
Keterlibatan aktif perempuan pada AI Generatif sejak awal diklaim dapat mengurangi bias dan ketidaksetaraan yang terjadi secara sistemik.
Dengan keterampilan AI, perempuan bisa menyoroti hasil yang bermasalah dari awal.
Penelitian Female Leadership in the Age of AI dari IBM menemukan 73 persen pemimpin bisnis di Eropa percaya bahwa memiliki lebih banyak pemimpin perempuan telah berperan penting untuk mengurangi bias gender dalam AI.
Namun saat ini hanya 32 persen pebisnis yang memiliki perempuan dengan tanggung jawab mengambil keputusan mengenai strategi AI.
Penelitian IBV menunjukkan penyusutan pemimpin perempuan. Hanya 14 persen VP senior, 16 persen VP atau direktur, dan 19 persen posisi manajer senior dipegang oleh perempuan.
Angka tersebut lebih rendah dibandingkan tahun 2019.
Penelitian juga menunjukkan organisasi-organisasi yang secara formal memprioritaskan penempatan perempuan dalam posisi kepemimpinan mengalami pertumbuhan pendapatan dan tingkat retensi karyawan yang lebih tinggi.
Menurut studi IBM, fungsi kerja pada 77 persen pekerja entry-level akan mengalami perubahan. Perempuan yang memiliki visi mengenai AI, memahami AI sejalan tujuan strategis, dan mengkomunikasikan bagaimana AI harus digunakan untuk memberikan hasil, akan mendapatkan keunggulan.
Seiring dengan berkembangnya teknologi transformatif ini, perempuan mempunyai peluang untuk menjadi pelopor penggunaan AI generatif secara produktif dan bertanggung jawab.
Hal ini diharapkan dapat mendorong organisasi tempat mereka bekerja agar memperhatikan penerapannya. Menggabungkan analisis yang tajam dan komunikasi yang baik dapat memberi perempuan kekuatan super di era AI generatif.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2019, sekitar 51,81% perempuan aktif secara ekonomi. Pada 2023, angka ini naik menjadi 52,52%.
Peningkatan pemanfaatan dan penguasaan lanskap AI Generatif menjadi sangat penting karena perempuan dapat menciptakan cara-cara baru dalam memberikan nilai bisnis dan memajukan karir mereka.
Advertisement