Taruhan Nyawa, Pelajar Sigi Seberangi Sungai Pakai Alat Berat

Reporter : Sugiono
Kamis, 3 Desember 2020 08:01
Taruhan Nyawa, Pelajar Sigi Seberangi Sungai Pakai Alat Berat
Tidak ada Internet di desa, pelajar di Sigi terpaksa ujian akhir semester secara tatap muka di sekolah.

Dream - Tidak dipungkiri bahwa pembangunan di Indonesia lebih banyak dilakukan di kota-kota besar. Akibatnya, daerah-daerah terpencil jadi ketinggalan.

Pembangunan sarana dan prasarana, termasuk infrastruktur jalan, yang tidak merata sangat dirasakan dampaknya oleh daerah-daerah tersebut.

Jangankan akses Internet untuk mengikuti kelas daring, jembatan untuk menyeberang sungai saja para siswa di daerah terpencil harus bertaruh nyawa.

1 dari 5 halaman

Siswa Berangkat Sekolah Bertaruh Nyawa

Itulah yang dialami para siswa dan guru di Provinsi Sulawesi Tengah melalui video viral yang dibagikan oleh akun Facebook Hikmah Ladjidji ini.

Video itu memperlihatkan para siswa dan guru Madrasah Aliyah (MA) Vumbulangi, Desa Bangga, Kabupaten Sigi, yang harus bertaruh nyawa ketika berangkat sekolah.

Menyeberang sungai pakai ekskavator.

Para siswa dan guru ini terpaksa naik ekskavator untuk menyeberang sungai yang beraliran deras karena ketiadaan jembatan.

2 dari 5 halaman

Tak Ada Internet, Terpaksa UAS Secara Tatap Muka

Mereka tampak menjerit-jerit ketika menaiki 'lengan' ekskavator itu. Entah, jeritan itu sebagai ungkapan rasa takut jatuh atau mereka memang merasa seru lantaran naik ekskavator untuk menyeberang sungai.

Tidak bisa Ujian Akhir Semester secara online.

Menurut keterangan pengunggah video, para siswa ini tidak bisa mengikuti Ujian Akhir Semester (UAS) secara online. Penyebabnya tidak ada jaringan Internet di desa mereka.

Karena itu, mereka terpaksa masuk kelas dan menjalani UAS secara tatap muka. Namun untuk ke sekolah, mereka harus bertaruh nyawa.

3 dari 5 halaman

Dampak dari Bencana 2 Tahun Lalu

Belum tersedianya infrastruktur ini karena kondisi desa pascabencana alam 2 tahun lalu belum pulih. Bahkan warga masih tinggal di hunian sementara (huntara).

Pascabencana 2 tahun lalu banyak yang masih tinggal di hunian sementara.

" Kondisi desa pasca bencana alam sejak 2 tahun lalu belum pulih mereka masih tinggal di huntara yg diantaranya banyak dibangun para relawan LSM," tulis pengunggah video di postingannya.

4 dari 5 halaman

Gempa dan Tsunami di Palu, Donggal dan Sigi

Seperti diketahui, pada akhir September hingga awal Oktober 2018 lalu gempa dan tsunami melanda Donggala, Palu, Sigi dan beberapa wilayah lain di Sulawesi Tengah.

Sigi jadi salah satu daerah terparah yang terkena gempa.

Saat itu, ribuan bangunan hancur dan 1.234 dilaporkan meninggal dunia hingga Selasa, 2 Oktober 2018 pukul 13.00 WIB.

Sedangkan mereka yang mengungsi berjumlah lebih dari 16 ribu orang. Sebagian kawasan mengalami fenomena tanah bergerak yang dikenal dengan likuifaksi.

Akibatnya tanah yang dipijak berubah bak gelombang dan menenggelamkan ratusan rumah yang berdiri di atasnya.

Sumber: Facebook

5 dari 5 halaman

Videonya

Beri Komentar