Sebelum Jatuh, Lion Air PK-LQP Juga Rusak di 3 Rute Ini

Reporter : Muhammad Ilman Nafi'an
Senin, 5 November 2018 20:11
Sebelum Jatuh, Lion Air PK-LQP Juga Rusak di 3 Rute Ini
KNKT mengatakan mendapat catatan kerusakan dalam empat penerbangan terakhir dari pesawat Lion Air JT610 yang jatuh di perairan Karawang Jawa Barat.

Dream - Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menyatakan pesawat Lion Air nomor penerbangan JT610 yang jatuh di Tanjung Karawang, Jawa Barat pada 29 Oktober 2018 itu mengalami kerusakan airspeed indicator. Kerusakan yang sama dideteksi juga terjadi pada tiga penerbangan sebelumnya.

Kerusakan yang ditemukan tim KNKT terjadi pada bagian air speed indicator (indikator kecepatan terbang).

Kepala Sub Komite Perbangan KNKT, Nur Cahyo mengatakan kerusakan tersebut diduga telah terjadi di empat penerbangan Lion Air PK-LQP itu sebelumnya.

" Ini empat penerbangan termasuk ke rute Jakarta-Tanjungpinang," ujar Cahyo di kantor KNKT, Jakarta, Senin 5 Oktober 2018.

Tiga jadwal penerbangan sebelumnya menggunakan pesawat Boeing 737 Max yang diduga mengalami kerusakan itu adalah rute sebagai berikut: 

1. Jakarta-Pangkalpinang, 29 Oktober 2018. Jatuh di Tanjung Karawang, Jawa Barat.

2. Denpasar-Jakarta, sehari sebelum kecelakaan atau 28 Oktober 2018. 

3. Manado-Denpasar, masih di tanggal 28 Oktober 2018.

Sementara satu jadwal penerbangan lagi dilakukan pada 27 Oktober 2018, atau dua hari sebelum kecelakaan dengan tujuan akhir ke Manado.

" Penerbangan pertama itu berangkatnya dari mana saya enggak tahu, tapi tujuannya terus ke Manado," kata Cahyo

Data kerusakan itu diketahui berdasarkan hasil pemeriksaan sementara data rekaman penerbangan (Flight Data Recorder/FDR) yang diunduh dari black box.

Terkait catatan tersebut, KNKT belum dapat memastikan apakah kerusakan pada empat rute penerbangan itu menjadi penyebab terjadinya kecelakaan pesawat Lion Air JT610 di penerbangan terakhirnya.

" Kita belum teliti lebih lanjut. Ini yang lagi kita cari tahu lebih lanjut," ujar dia.(Sah)

1 dari 4 halaman

Dream – Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) telah mengunduh informasi dalam Flight Data Recorder (FDR) pesawat Lion Air JT610.

Data dalam black box itu menunjukkan adanya kerusakan teknis pada pesawat yang jatuh ke perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat, Senin 29 Oktober 2018 lalu itu.

“ Pada empat penerbangan terakhir ditemukan kerusakan pada penunjuk kecepatan di pesawat, istilahnya air speed indicator,” kata Kepala KNKT, Soerjanto Tjahjono, di Kantornya, Jakarta, Senin 5 November 2018.

Soerjanto menuturkan, kerusakan pada air speed indicator juga sudah terjadi saat pesawat terbang dari Denpasar menuju Jakarta. Berdasarkan data FDR tersebut, saat ini KNKT baru menemukan satu kerusakan.

Kepala Sub Komite Perbangan KNKT, Nur Cahyo, menambahkan, nantinya akan melakukan penyelidikan mengenai data kerusakan dan akan mencari catatan perbaikan pesawat yang saat jatuh berisi 189 orang tersebut.

“ Ini akan kami cari tahu lebih lanjut, termasuk pesawat mengalami kerusakan, pilot menulis (kerusakan) dan teknisi memperbaiki dan menulis (hasil perbaikan) dan tes. Perbaikan pakai buku yang mana, kemudian komponen yang dilepas atau digantinya seperti apa,” ujar Nurcahyo.

Selain itu, KNKT juga tengah berusaha mencari bagian lain dari black box, yakni Cockpit Voice Recorder (CVR). Alat itu berisi rekaman segala percakapan pilot yang terjadi di kokpit. (ism)

2 dari 4 halaman

Saat Jatuh, Mesin Lion Air JT610 Masih Hidup, Turbin Berantakan

Dream - Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) membeberkan laporan sementara hasil penyelidikan penyebab kecelakaan pesawat Lion Air JT610.

Hasil penyelidikan sementara menunjukkan pesawat yang jatuh di perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat, pada Senin 29 Oktober 2018 itu tidak pecah di udara.

“ Pesawat mengalami pecah ketika bersentuhan dengan air dan pesawat tidak pecah di udara,” kata Kepala KNKT, Soerjanto Tjahjono dalam keterangan pers di Hotel Ibis, Jakarta Timur, Senin 5 November 2018.

Menurut Soerjanto, apabila pesawat pecah saat masih berada di udara, maka serpihannya akan lebar. Namun tidak pada serpihan-serpihan pesawat JT610 tersebut.

“ Pesawat saat menyentuh air dalam keadaan utuh,” tegas dia.

3 dari 4 halaman

Turbin Berantakan

Soerjanto menambahkan, mesin pesawat juga masih hidup saat masuk ke dalam air. Kesimpulan ini diambil dengan melihat salah satu kondisi mesin yang ditemukan dengan turbin berantakan.

“ Hal ini ditandai dengan hilangnya semua sudut turbin maupun kompresor, menandakan mesin dalam kondisi hidup dengan putaran cukup tinggi,” tutur dia.

Menurut dia, mesin pesawat PK-LQP yang terbang dari Bandara Soekarno Hatta ke Pangkalpinang itu tidak mengalami masalah.

“ Kami belum identifikasi, tapi dari temuan bagian-bagian mesin, kedua mesin dalam kondisi hidup dan dengan rpm yang cukup tinggi,” jelas dia.

“ Ini kita katakan bahwa ini seperti bonggolnya jagung, kalau kipasnya seperti jagung. Kalau seperti ini, mesin berputar cukup tinggi,” tambah Soerjono.

Konferensi pers ini dihadiri Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, pendiri Lion Group Rusdi Kirana, Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI FH Bambang Soelistyo, dan Direksi Lion Air.

4 dari 4 halaman

Rusdi Kirana Menunduk di Depan Keluarga Lion Air JT610

Dream - Orang tua penumpang Lion JT610 atas nama Johan Ramadhan, menganggap Lion Air gagal. Dia menganggap pemilik Lion Air, Rusdi Kirana, gagal merangkul keluarga korban.

" Maaf, khususnya Pak Rusdi Kirana, saya anggap gagal," ujar lelaki itu, di Hotel Ibis, Cawang, Jakarta, Senin, 5 November 2018.

Menurut orang tua korban tersebut, Lion Air tak pernah merangkul dan memberi informasi terhadap keluarga. " Faktanya hanya crisis center yang kami tidak pernah dihubungi oleh pihak Lion Air. Jangankan empati, menelepon (saja) tidak," ujar dia.

Sebelumnya, saat proses tanya jawab, salah satu keluarga korban bernama M Bambang menyampaikan pertanyaan ke Menteri Perhubungan Budi Karya dan pejabat lain.

Belum selesai bertanya, Bambang meminta pendiri Lion Air Rusdi Kirana yang duduk di barisan kursi depan kelurga korban untuk berdiri.

" Saya mohon Pak Rusdi Kirana berdiri. Saya baru lihat pertama kali ini Pak Rusdi," katanya di lokasi.

Mendengar permintaan itu, Rusdi Kirana lantas berdiri dan menghadap ke arah korban sembari menunduk dan menangkupkan tangan seperti tanda permintaan maaf.

Sementara itu, Muhammad Bambang Sukandar, ayah Pangky Pradana Sukandar, Pati, Jawa Tengah, meminta tim Disaster Victim Identification (DVI) RS Polri, dapat segera mengidentifikasi jasad korban dengan cepat. Dia ingin jasad para penumpang Lion Air JT610 dapat kembali ke keluarga.

Selain itu, Bambang juga meminta pemerintah mencari tahu, informasi mengenai masalah yang sempat dialami pesawat bernomor PK-LQP itu saat terbang dari Denpasar ke Jakarta, sehari sebelumnya.

Mendengar keluhan itu, Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi, menegaskan akan terus mendampingi keluarga korban mulai dari aspek pencarian jenazah, identifikasi, hingga legalitas. Budi juga akan meminta Tim DVI mempercepat proses identifikasi.

" Saya akan minta pada Polri upaya lebih cepat akan terus kita lakukan," ujar Budi.

Budi juga menyebut, saat ini Kemenhub juga telah menjalankan proses audit kepada 11 pesawat Boeing milik Lion Air dan satu spesial audit untuk awak dan teknisi.

Beri Komentar